"Eungh..." Emma melenguh, perlahan ia membuka matanya dan meraba punggungnya yang terasa nyeri.
Emma melihat kesekelilingnya, ini kamarnya. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran ranjang.
"Leo..." lirihnya, karena seingatnya Leo sedang terluka parah.
Tanpa peduli pada rasa pusingnya, Emma beranjak dari ranjangnya dan membuka jendela besar kamarnya lalu melompat keluar.
Dalam rimbunnya pohon di hutan, Emma masih berlari menuju pantai yang ada di balik hutan ini, ia hanya menuruti instingnya agar menuju tempat itu.
"Hah... Itu tempatnya..." Emma tersenyum puas saat melihat rumah Leo yang sudah dekat.
Emma setengah melayang dengan mengepakkan sayap terkecilnya menuju satu-satunya rumah di tepi pantai diatas tebing.
Tap!
Emma menyimpan sayapnya saat kakinya menapak di lantai marmer rumah Leo. Ia memegang knop pintu dan mendorongnya keras agar terbuka.
...
"Bagaimana dengan Leo?"
"Oh! Pangeran, Lord masih belum sadarkan diri, tetapi Pangeran Ken berhasil mengeluarkan racunnya, hanya saja lukanya sulit menutup." ujar Ben saat Charles menanyakan keadaan Leo.
Setelah mendapat kabar dari Ken, Charles segera mengunjungi Leo dengan salah satu orang kepercayaannya, Harley Johannes.
"Kondisinya lumayan membaik daripada pagi tadi." ujar Ravi saat ia keluar dari kamar Leo dan bergabung dengan yang lainnya untuk duduk di sofa.
"Akkhh..."
"Kau kenapa?" Charles menatap Harley dan memegang pundaknya saat laki-laki itu tiba-tiba merintih dan memegang dadanya.
"Se- sesak..." ucap Harley terbata.
Brak!
"Dimana Leo?!"
Tidak ada jawaban, hanya tatapan terkejut dari lima pasang mata dan satu orang yang pingsan yang menyambut Emma.
"L- lan- lantai atas..." jawab Ben akhirnya.
Emma berjalan menaiki tangga dengan cepat, suhu dalam rumah ini sangat dingin, jadi Emma mengantisipasi dengan memakai mantel tebal.
Emma berhenti tepat di depan pintu dengan cat biru es itu, ia ragu, tapi ia akhirnya membuka pintu. Pandangannya tertuju pada sosok yang belum membuka matanya diatas ranjang, langkah kakinya membawanya mendekat ke sosok itu.
"Mengapa aku mengkhawatirkanmu?" ucap Emma saat ia sudah duduk di samping Leo, matanya masih menatap wajah Leo yang bertambah pucat.
Leo masih memejamkan matanya, suhu dalam kamarnya pun lebih dingin dari ruangan yang dilewati Emma di rumah ini.
Emma mengulurkan tangannya menyentuh pipi Leo, "Astaga! Dingin sekali, makhluk apa sebenarnya kau ini?"
"Engh..."
Pergerakan kecil pada jari Leo membuat Emma menarik tangannya dari pipi Leo. Perlahan, Leo membuka matanya.
"Emma?"
"Hm."
"Kau disini?"
"Ya."
"Sejak kapan?"
"Tadi."
"Kau mengkhawatirkanku?"
"Ya."
Selanjutnya hening, Leo bersandar di sandaran ranjangnya, menyisir rambut peraknya kebelakang menggunakan jari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lord, Love, and War [HIATUS]
خيال (فانتازيا)Emma mencintai Leo, sang raja es terkuat dan raja dari segala raja. Hanya, semua tak seindah bayangan Emma.