s ɪ x

133 27 5
                                    


Al, maaf, harus mum sama dad tinggal. Tadi pagi ada urusan penting mendadak, yang gabisa ditinggal. Jaga diri baik-baik ya, love.

-mom♡

Isi sebuah surat, di atas meja makan yang Alena temui siang tadi. Ya, lagi dan lagi. Alena harus ditinggal kedua orang tua nya karena urusan pekerjaan. Sebetulnya hanya untuk beberapa hari, tapi bisa membuat Alena terkurung dalam kesepian. Karena ia tak memiliki siapa-siapa lagi dirumah nya.

Oh ya, kenapa Devi tidak mengirim pesan lewat chat online saja? Jawaban nya karena Alena sering kali lupa mematikan mode pesawat di ponselnya. Karena menurutnya ia menjadi tak merasa terganggu dengan apa pun. Ingat kejadian saat Alena hangout dengan temannya kemarin? Ya, itu salah satu contohnya.

"Umh, iya!"

"gimana kabar Aidan sekarang ya? "

Batin Alena yang tiba-tiba bertanya. Ia lantas meraba-raba kasur yang sedang ia tempati untuk mencari ponsel nya. Setelah nya, Alena menekan kontak bernamakan 'Aidan' untuk sekedar menanyakan kabarnya.

Dan, gimana? Lo udah
mendingan belum?

Satu pesan terkirim. Tinggal menunggu balasan dari sebrang nya.

-10 menit kemudian- Tak kunjung ada balasan dari lelaki itu. Alena mulai khawatir, tapi mungkin saja, Aidan sedang tidak memainkan hp nya. Karena terakhir kali bertemu dengannya, Aidan sepertinya sudah tampak semakin membaik.

Kini Alena sedang menikmati musik di kamar nya menggunakan earphone yang terpasang di kedua telinganya. Sampai, ketenangan itu terusik oleh sebuah suara yang bersumber dari jendela kamarnya.

Alena melepas earphone yang ia kenakan. Dan terdengar semakin jelas, ada seseorang yang mengetuk kaca jendelanya. Tapi siapa, yang akan bertamu malam hari terlebih lewat jendela kamarnya yang berada di lantai dua? Sangat tak masuk akal.

"Aaaaaalllllll" teriak seorang pria, yang membuat Alena tertegun.

Suaranya terdengar tak asing. Namun Alena tetap berancang-ancang untuk berjaga-jaga, dengan mengambil sebuah payung yang berdiri di dekat pintu kamarnya. Perlahan Alena mendekati arah suara, dan mencoba mengintip melewati sela-sela jendela nya.

Perempuan itu hanya melihat seseorang dengan pakaian serba hitam dan wajahnya yang tertutup oleh topi nya. Tak terlihat sangat jelas, karena kondisi di luar pun sangat gelap.

"Jangan main-main dengan anaknya pak David!" Alena bersiap untuk membuka jendela nya yang menghadap kearah luar agar seseorang itu terjatuh.

Brukk..

Alena membuka jendela kamarnya nya sekaligus, menggunakan tenaga dalamnya. Tak lupa dengan payung nya yang ia julurkan kearah luar, berjaga-jaga untuk melawan.

Namun, Alena salah perkiraan. Seseorang itu tak jatuh, bahkan ia masih bergelantung pada sela pipa dan sisi-sisi jendela kamarnya.

Tapi Alena sangat bersyukur, jika tadi takdir berkata lain. Itu adalah hal paling bodoh yang Alena lalukan dan akan selalu ia sesali.

"Nek lampir! Ini gue Aidan!" Pekiknya.

Tanpa pikir panjang, Alena segera menjulurkan tangannya keluar, membantu Aidan memanjat. Betapa sesal nya Alena jika tadi Aidan benar terjatuh. Walau itu bukan sepenuhnya salahnya. Karena siapa juga, yang tak curiga jika ada seseorang yang berusaha menyusup ke kamarnya?

ɴᴇᴏᴘʜʏᴛᴇ || ᴀɪᴅᴀɴ ɢᴀʟʟᴀɢʜᴇʀ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang