ғ ᴏ ᴜ ʀ

169 27 4
                                    


n༶e༶o༶p༶h༶y༶t༶e༶

Matahari telah terbit menunjukkan eksistensi nya, sinarnya menembus kelopak mata seorang gadis yang sedang terpejam dalam tidurnya. Alena membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya remang yang menusuk pupil nya.

Setelah nyawanya terkumpul, Alena segera bangkit dari singgasana tidurnya lalu beranjak untuk mandi. Tak membutuhkan waktu yang lama Alena siap dengan baju basket nya, karena di jam pertama hari ini memang diisi dengan kegiatan olahraga.

Setelah dirinya siap, Alena lekas turun ke lantai bawah dengan segala perlengkapan nya. "Morning mom,"sapa Alena.

"Morning too dear," sahut Devi yang kini tengah menyiapkan sarapan pagi.

Alena tak bergeming kembali dan malah sibuk memasukkan sepotong roti coklat kedalam kotak bekal yang dibawanya tadi.

Devi hanya melihat anak gadisnya heran,sebab Alena tak pernah membawa bekal sarapan kesekolah nya."Kenapa gak sarapan disini Al?" tanya Devi.

"Ini udah jam berapa mom,nanti Al telat" jawab Alena sembari memasukkan kotak bekal kedalam ranselnya terburu-buru.

"Astaga! Perasaan tadi masih jam 6," pekik Devi yang baru menyadari jam di tangannya telah menunjukkan pukul 06.30.

Alena beranjak tergesa-gesa dari pijakannya menuju teras rumah dan segera memakai sepatu sekolah miliknya. Setelah tali sepatunya terikat rapih, Alena segera bangkit dari duduknya dan berpamitan singkat pada mom nya.

"Moom, Al berangkat!" teriak Alena dari teras rumah nya yang entah digubris oleh mom nya atau tidak.

Jenjang kakinya berjalan secepat mungkin menyusuri jalan setapak dari rumahnya menuju halte bus. Langit biru yang belum didominasi oleh teriknya sinar matahari membuat gadis bersurai brunette tersebut tak mengeluarkan banyak keringat,karena bahkan ia belum memulai kegiatan olahraga nya disekolah.

Tak perlu menunggu lama, bertepatan saat Alena sampai di halte sebuah bus jurusan sekolahnya datang menjemputnya. Tak perlu banyak basa-basi Alena segera naik ke dalam bus tersebut dan menikmati perjalanan menuju sekolahnya.

.

.

Kini gadis bermanik amber itu sampai di tempat tujuannya, namun kali ini ia tak langsung menghampiri kelasnya. Tapi menuju lapangan basket yang sudah tersedia sesuai instruksi yang diberikan oleh guru penjas nya kemarin.

Bel sudah berbunyi beberapa detik yang lalu, seluruh murid berhamburan masuk kedalam kelasnya masing-masing. Tapi suasana dilapangan sangatlah berbeda, yang seharusnya diisi oleh siswa di kelas Alena, malah masih tampak sepi.

Alena mendekati area lapangan tersebut dan melihat punggung seseorang yang sedang duduk sendirian di sisi lapang. "Hey, kok lu sendirian?" sapa Alena menepuk pundak lelaki yang kini berada disampingnya.

Lelaki bermanik hijau emerald tersebut tampak sedikit terkejut dan buyar dari lamunannya. "H-heh elu," sahutnya.

"Lo kenapa? kaya kaget gitu,"kata Alena yang kini ikut duduk disamping Aida.

"Ya elu tiba-tiba muncul disamping gue" balas Aidan sarkas. Sepertinya ia sedang tidak mendukung untuk diajak bicara.

"Iya maap, jangan ngelamun mangkannya," balas Alena pelan.

"Ck, sok tau lu," cerca Aidan.

Alena yang seakan mengerti dengan suasana hati Aidan yang sedang tidak cocok untuk diajak bicara pun memilih beranjak pergi meninggalkan Aidan sendirian, karena sepertinya itu yang sedang diinginkannya.

ɴᴇᴏᴘʜʏᴛᴇ || ᴀɪᴅᴀɴ ɢᴀʟʟᴀɢʜᴇʀ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang