Flashback
"Iya bro ken-"
"Aidan! Ini gue Alena! Tolongin gue please, gue kejebak di toilet sek-"Telepon mereka terpotong sebelum perkataan Alena usai. Aidan kembali menatap layar ponselnya yang sebelumnya tertempel di telinganya. Perkataan Alena belum cukup jelas, namun Aidan menerka jika Alena terjebak di dalam toilet sekolah. Kecil kemungkinan kan, kalau Alena terjebak di toilet rumahnya sendiri?
Aidan segera mengambil kunci mobil ayahnya yang menganggur di rumah, karena cuaca di luar sedang hujan deras. Dan lekas menancapkan pedal gas-nya secepat mungkin menuju sekolah. Ditengah perjalanannya ia sempat terjebak macet, disaat itu Aidan mencoba meminta tolong pada Noah dan pengabdi kecebong lainnya lewat pesan chat. Aidan tak terlalu meng- khawatirkan kondisi Alena, karena ia tahu Alena bersama Johnny, kan?
Sesampainya di depan gerbang sekolah, hujan sudah mereda. Aidan menatap sekeliling, sangat sepi, terlebih lagi sahabatnya yang lain belum sampai. Gerbang depan jelas sudah terkunci rapat, pasti begitupun dengan gerbang belakang. Jadi bagaimana Aidan masuk? Manjat?
"Dan!" Seseorang meneriaki. Aidan tertuju pada arah suara. Tak salah lagi, itu suara Noah dan yang lainnya.
"Eh jadi maksudnya ntu gimana si? Ale kekurung di toilet sama si joni?" Tanya Noah berturut-turut dengan tatapan rasa ingin tahu.
"Gua juga belom tau pasti. Tapi kek nya gitu," jawab Aidan.
"Lah kok bisa? Ngapain si Joni sama si Ale beduaan? Di toilet lagi, di hotel kek," celetuk Noah kembali dengan polosnya.
Aidan menatap sengit Noah, seraya alisnya bertaut geram. "Heh, lo mau gua kurung juga di kamar mandi sendirian hah? Temenan aja sono sama kerak wc," bentak Louis, seraya bertolak pinggang.
"Elah sensi amat, kek cewe pms aje," ujar Noah.
"Lu pada kalo cuma debat di rumah aja gih, berisik." Aidan bersuara.
"Yaudah nih, gerbang nya dikunci kan? Kita ambil aja ke pak Supri, kan rumahnya deket tuh," usul William. Bisa dibilang pak Supri adalah penjaga sekolah menengah atas ini sejak awal. Dan kebetulan rumah beliau tak jauh dari sekolah.
"Nah, ide mengkilat tuh. Kuy gas ngengg." Noah menarik tangan Louis dan William, disusul oleh Finn di belakang.
Aidan masih berdiri di atas pijakannya. Berpikir sejenak sebelum akhirnya ia memanjat sendiri gerbang setinggi sekitar 3 meter lebih itu. Ditambah lagi pagar basah membuatnya licin.
Setelah kembali memijakkan kakinya ke tanah, lelaki bermanik hijau itu segera menghampiri toilet. Memanggil nama seorang gadis dan sahabatnya yang mungkin tengah menunggu nya.
"Aaall!! Johnn!!"
.
.
Alena menatap lekat Aidan yang masih bercerita. Kini ia sudah berada di rumah Aidan, Aidan sendiri yang membawanya kesana. Para siluman kecebong lainnya pun ikut menyangkut di rumah Aidan. Jadi hanya Alena sendirian disana dikelilingi cowok-cowok kece itu.
Ngomong-ngomong soal kece, awalnya nama geng mereka itu para pasukan 'kece, bung'. Tapi saat diterjemahkan ke dalam bahasa Noah berubah jadi 'kecebong'. Dan sampai saat ini mereka terkenal dengan julukan itu. Aneh sih. Alay juga. Tapi mereka tak mau ambil pusing karena julukan itu.
"Terus tadi kenapa lo gak sekolah hah?" Alena bertanya sesaat setelah Aidan selesai bercerita.
Kini mereka berdua terduduk di sofa ruang tamu, sementara yang lainnya sedang asik membuat mie instan masal di dapur. Padahal hanya membuat mie instan, tapi seperti sedang tawuran antar sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴᴇᴏᴘʜʏᴛᴇ || ᴀɪᴅᴀɴ ɢᴀʟʟᴀɢʜᴇʀ
Fanfic[HIATUS - BELUM DI REVISI] "Dan, mungkin ini terakhir kalinya gue ngerayain ultah lo. Gue cuma ngasih yang terbaik buat lo. Apapun." "Gue cuma mau satu hal. Nulis ulang sepenggal takdir gue, dan lo." • cerita tidak ada sangkut pautnya dengan kehi...