ғ ɪ ᴠ ᴇ
n༶e༶o༶p༶h༶y༶t༶e༶
"Aidan!" jerit Alena. Seketika kegiatan mereka terinterupsi. Dan lantas mengerubungi Aidan yang sudah terkapar di tengah lapang.
"Bapak minta seorang, nemenin Aidan di UKS!" tegas pak Doni, mulai membopong tubuh kecil Aidan.
"Saya pak!"
Alena segera melangkah cepat mengikuti pria paruh baya berbadan sehat itu menuju UKS. Ini kesempatan yang bagus bukan? Bolos di beberapa mata pelajaran tanpa mendapatkan hukuman. Apalagi hanya untuk bersantai dengan seorang 'Aidan'.
Tapi tidak, tidak ada niatan seperti itu dari hati kecil Alena. Niatnya murni hanya untuk berbalas budi.
Kini setiap inci tubuh Aidan sudah terbaring di ranjang UKS. Semburat merah dengan wajah pucat Aidan kini menjadi satu. Keringat masih bercucuran dari pelipisnya, namun suhu tubuhnya masih tergolong cukup tinggi.
"Aidan demam. Lebih baik dibawa pulang kerumah, terus diperiksa kan ke dokter," jelas pak Doni.
"Iya pak, biar nanti saya yang bicara sama Aidan. Kalau Aidan udah siuman," jawab Alena. Maniknya tak lepas dari Aidan yang masih terkulai lemah.
"Bapak titip Aidan dulu ya, maaf harus bapak tinggal,"
"kalau kamu butuh sesuatu bilang aja. Jangan sungkan," tambah pak Doni, lantas berlalu begitu saja.
Kini hanya tersisa Alena dan Aidan, yang masih berada di alam bawah sadarnya. Perempuan itu mendudukkan dirinya di kursi dekat ranjang.
Aktivitas nya hanya sebatas menatap Aidan, memeriksa suhu tubuhnya dengan punggung tangan, menyalin jawaban pr Aidan-hehe sekalian-, menatapi sekitar dengan batinnya yang terus menggerutu.
Sampai pada akhirnya, terlintas di benaknya untuk mengambil minyak angin yang tersedia di UKS, dan menghirupkan nya ke dekat puncak hidung Aidan agar terisap.
Dan ya! Sepertinya usahanya berhasil. Aidan mulai membuka kelopak matanya perlahan, sempat mengerjapkan matanya beberapa kali menyesuaikan. Sampai pada akhirnya pandangan nya tertuju pada gadis di sampingnya, karena hanya itu objek yang dilihatnya pertama kali.
"Gue dimana?" tanya Aidan dengan suara berat khas bangun tidur.
"Alah.. gausah sok drama. Masa gak tau UKS sekolah sendiri," cibir Alena.
"UKS? emang gue kenapa?" tanya Aidan lagi. Ia nampak masih bingung dengan apa yang terjadi.
Alena melipat kedua tangannya di depan dada,"Tadi lo pingsan. Gak nurut sama gue sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴᴇᴏᴘʜʏᴛᴇ || ᴀɪᴅᴀɴ ɢᴀʟʟᴀɢʜᴇʀ
Fanfiction[HIATUS - BELUM DI REVISI] "Dan, mungkin ini terakhir kalinya gue ngerayain ultah lo. Gue cuma ngasih yang terbaik buat lo. Apapun." "Gue cuma mau satu hal. Nulis ulang sepenggal takdir gue, dan lo." • cerita tidak ada sangkut pautnya dengan kehi...