Dare dari Zain #4

29 21 61
                                    

"semuanya butuh proses, kalo sat set itu santet"
- Arsa Arviansya Putra -

•••


"Astaga gw lupa kalo waktunya olahraga," tak lama kesadaran Adara pulih langsung berlari ke lapangan, masalah baju Adara sudah mengenakan itu dari tadi pagi.

Sesampainya di lapangan yang di dapati Adara adalah teman-temannya sedang bersantai, sedangkan dirinya sudah ngos-ngosan berlari.

"Zea, dimana pak botak?" Tanya Adara mencari keberadaan guru olahraga itu.

"Katanya sih lagi rapat, tapi tadi kita di suruh ke lapangan." Degus Zea, perihal ia sedang asik dengan IPS tiba-tiba di panggil untuk olahraga.

Adara pun menyenderkan kepalanya ke tiang basket, sesekali memijat pelipis kepala yang di aliri oleh air keringat.

"Ini buku siapa?" Tanya seorang yang entah itu siapa, Adara bersikap bodoamat lebih memilih memejamkan mata.

"Woy loh,"

"Punya nama," Adara sudah tau siapa yang dimaksud woy itu, dipastikan dirinya.

/Mengpede.

"Buku loh kan?" Adara membuka mata, tak lama ia mengingat saat buku IPS itu jatuh di depan kelas akibat lupa jika jadwal olahraga.

Adara langsung bersiap untuk mengambil, tetapi pemiliknya lebih gesit untuk membalikan buku IPS itu ke belakang punggungnya.

"Ngapain bisa kayak gini?" Tanya Arsa datar, sok datar aja bangga.

'katanya cuek, tapi nggak pantes sih lebih ke nyeselin banget.' Gerutu Adara.

"Lupa, mana sini gua bawa ke kelas." Minta Adara agar masalah nggak jelas kelar.

"Enak aja," ujar Arsa berlari menghindari dari serangan Adara.

Berputar mengelilingi lapangan sembari teriak-teriak seperti orang minta tolong itu lah yang dilakukan Adara sekarang.

"Jamal sini gak loh!!" Ujar Adara ngos-ngosan, sama halnya ia olahraga seperti ini.

"Nggak akan!"

Brakk..

Adara tersungkur menabrak tiang, suara ketawa riuh menyoraki dirinya, kenapa harus terjadi pada dirinya, kenapa tidak si Jamal saja?

"JAMAL'UDIN!!!" Teriak Adara, yang di panggil hanya melengah pergi dan meninggalkan buku IPS milik Adara.

•••

"Memar banget Ra," ujar Zea mengolesi betadine di lutut dan kepala Adara, untung saja hanya lutut yang parah bukan kepala.

"Ya udin nggak usah di pencet-pencet gitu kalik," pukul Adara pada tangan Zea yang memencet lukanya.

"Hehehehh, maaf Ra." Cengenges Zea sembari duduk di kantin menghadap seblak.

Kali ini kedua gadis itu tidak memakan bakso lagi, Melain mengganti dengan menu baru yaitu,  seblak.

"Gas makan, ngueng." Ujar Zea langsung menyuapkan sesendok kuah kedalam mulutnya.

Adara hanya mampu menggelengkan kepala saja lalu ikut memakan seblak di depannya.

Hanya suara riuh penghuni kantin yang terdengar keduanya hanya diam dan memakan.

A'rsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang