BILA KAMI SEDANG BERSAMA, aku sering sekali merasakan Tara diam-diam sedang memerhatikanku. Tetapi setiap kali aku menoleh dan membalas tatapannya, dia tersenyum terkejut, kemudian cepat-cepat mengalihkan pandangannya kembali pada buku yang sedang dibacanya. Hal itu tidak hanya terjadi satu atau dua kali, melainkan berkali-kali.
Setiap kali berpisah di perpustakaan atau di kampus, dia seperti ingin mengatakan sesuatu kepadaku. Tetapi berulang kali juga dia mengurung niatnya. Aneh sekali. Apakah aku begitu menakutkan sampai dia tidak berani mengatakan sesuatu atau berekspresi dengan bebas bersamaku? Atau ada alasan lain yang aku tidak tahu?
Tara adalah pria yang baik, sopan, dan pekerja keras. Dia memang tidak mirip seratus persen dengan Papa, tetapi lima puluh persennya ada. Tepat seperti harapanku. Baskara juga mirip dengan Papa. Dia tampan, baik hati, dan romantis. Hanya ada satu masalahnya, dia bukan tipe pekerja keras. Dia begitu mudah menyerah. Jurusan musik adalah pilihannya sendiri tetapi dia tidak berusaha keras untuk menguasai ilmu yang sedang dipelajarinya tersebut. Itu bukan tipe kesukaanku. Karena itu saat dia mengajakku menjadi lebih dari teman, tanpa perlu pikir panjang, aku menolaknya.
Tara berbeda dengan tipe pria yang pernah datang kepadaku atau dekat denganku. Dia membuatku nyaman dengan kehadirannya, berusaha mengenal kesukaan dan ketidaksukaanku, berhenti ketika aku bilang tidak, dan dengan senang hati membantu di saat aku membutuhkan pertolongannya.
Tidak seperti mereka yang merasa berada di atas angin hanya karena kami pernah satu kelompok belajar, yang yakin benar kedekatan kami lebih dari teman. Saat cinta ditolak, mereka marah besar dan menjelek-jelekkan namaku di belakangku. Juga tidak seperti mereka yang yakin cintanya akan aku terima hanya dengan bermodalkan wajah dan penampilan yang oke. Yang justru membuatku tidak ingin berjumpa lagi, sampai kapan pun.
Masalahnya sekarang hanya satu. Apakah Tara juga suka kepadaku? Atau sebenarnya dia hanya ingin berteman ketika diam-diam sering menatapku saat berada di perpustakaan atau di mana saja saat kami bersama?
"Ma, kalau seorang laki-laki suka menatap kita tanpa kita sadari, lalu mengalihkan pandangan saat kita menatapnya, apa menurut Mama itu berarti sesuatu?" tanyaku penasaran. Kami sedang menyiapkan makan malam di dapur. Mama yang sedang menuang sup ke dalam mangkuk menoleh ke arahku.
"Anak mama sangat cantik. Wajar saja kalau ada laki-laki yang suka mengagumi kecantikannya." ucap Mama memuji.
"Bukan itu maksudku, Ma." Aku mendesah keras.
"Berarti kemungkinan yang kedua. Dia suka kamu." Mama mengerlingkan matanya.
"Kalau dia suka aku, mengapa dia hanya diam saja dan tidak mengatakannya langsung?" tanyaku heran.
"Laki-laki itu bersemangat baja ketika membicarakan pekerjaan, hobi, dan mimpi mereka, sayang. Tapi pada saat membicarakan cinta, nyali mereka langsung ciut. Jarang sekali ada laki-laki yang benar-benar suka kepada seorang perempuan, yang berani langsung mengatakan suka. Justru mereka kehilangan kata-kata di dekat gadis yang disukainya." Mama kemudian meletakkan panci bekas sup ke dalam wastafel.
"Repot juga." ucapku pelan. Mama tersenyum penuh arti.
"Apakah laki-laki yang sedang kita bicarakan ini adalah Tara?" tebak Mama. Aku mengerang pelan. Kalau Mama sampai tahu, itu artinya semua orang juga melihat hal yang sama.
"Kelihatan sekali, ya, Ma?" Aku menutup muka menahan malu. Mama tertawa kecil.
"Dia tidak bisa mengalihkan matanya darimu waktu datang ke rumah kita pada hari ulang tahunmu." Mama mengerlingkan matanya. "Jadi, apakah benar?"
"Iya. Mungkin dia hanya kagum. Mungkin juga suka. Tapi kalau dia tidak mau bilang, aku anggap dia hanya ingin berteman. Tidak lebih." Aku mengangkat kedua bahuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salam Sayang untuk Dia
RomanceTara menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja sambil menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Dia tidak punya waktu untuk bersenang-senang dengan teman-teman atau membuang waktu dengan melakukan sebuah hobi. Baginya waktu adalah belajar dan...