BAB 2: Ditempat itu

1.3K 243 67
                                    

Disepanjang jalan pulangnya, pria kecil itu menampilkan senyuman di wajahnya, "mama, aku punya teman" Gumamnya.

-6 tahunnya

Kicauan burung membangunkan sanji yang tengah terlelap dalam mimpinya, anak itu mengusap wajahnya dia mengangkat tangannya keatas dan melihat telapak tangannya, "ahh, aku masih hidup" Gumam sanji

Langkah sanji beralih pada kamar mandi yang berada dikamarnya, anak itu membersihkan badannya. Seperti halnya ritual sanji selalu bermain air disaat mandi, singkat saja dia menyukai air.

"Sanji..." Panggilan yang diiringi ketukan pintu membuat sanji keluar dari rendamannya, sanji menyambar bajunya dan segera melangkah keluar

Pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok wanita yang paut umurnya tidak terlalu jauh darinya, itu reiju kakak perempuannya.

"Ada apa?" Tanya pria mungil itu, pakaian sanji lengkap dengan jas hujan kuning yang dipakainya. Reiju menatapnya intens seolah sedang menilai penampilan adiknya itu

Tangan reiju secara spontan meraih rambut kuningnya, "mau kemana?" tanya reiju dengan wajah datarnya. Sanji terdiam dia hanya terkejut ketika kakaknya tiba-tiba berperilaku berbeda

"Ah, bukan maksud melarangmu tapi tolong bersihkan dapur dulu, yonji mengacaukannya" Sambung reiju kemudian pergi dari hadapannya

'Ah..memang mustahil' batin sanji, dia yang beberapa detik yg lalu sempat tertegun karena tingkah kakaknya kini kembali dihadang awan mendung dihatinya, mengecewakan.

Disepanjang langkahnya menuju dapur sanji menggerutu betapa menyebalkannya ketika yang merusak semuanya adalah yonji namun sanji yang di suruh bertanggungjawab, tetapi pria itu tetap membereskannya walaupun menyebalkan, karena bagaimanapun dia mencintai dapurnya.

Sanji bergerak ke ruang kerja ayahnya, anak itu masih saja membuatkan hidangan pembuka untuk sang ayah walaupun selalu berkali-kali ditolak

"Ayah..." Panggilan yang diiringi ketukan membuat judge membukakan pintu ruang kerjanya, pria tua itu sangat tau bahwa putra ketiganya-lah yang datang

"Bukankah aku sudah bilang berkali-kali berhenti menemuiku, kau memuakkan" Kalimat tegas yang terdengar ditelinga sanji setelah pintu terbuka membuatnya masam

Wajah sanji terangkat hingga kedua matanya bertemu dengan mata sang ayah, judge tertegun ketika putranya itu kini berani menatapnya. "Aku akan pergi keluar, dan ini untuk ayah" Ujarnya kemudian meletakkan nampan berisi sup dilantai tanpa berniat mendengarkan pendapat ayahnya, sanji segera berlari keluar

Judge hanya menatap punggung kecil putranya itu. Kian menjauh dan menghilang, 'kapan dia seberani itu?' batin judge.

Suara tawa dan langkah bahagia milik sanji membuat semua orang disekitarnya menatapnya, ketika mereka melihat anak kecil dengan senyum cerah diwajahnya sedang berlari kecil di tengah gerimis hujan

Pagi ini sanji berniat kembali ke makam ibunya, dia akan menemui gadis kecil yang kemarin menyapanya, sebagai seorang lelaki bukankah wajar jika dia menyukai sosok manis kecil nan mungil itu

Gerimis yang menguyur kepalanya membuatnya berlari lebih cepat, sanji berlari sambil memeluk kotak makan ditangannya, "tidak boleh basah, tidak boleh" Gumamnya.

"Uwah pohon pohon, aku harus berteduh" Ujar sanji ketika sampai didepan gundukan tanah dengan batu nisan

Sanji menggelengkan kepalanya berkali kali, rambutnya menjadi basah karena tudungnya terlepas saat berlari. Anak itu duduk dibawah pohon beringin, dia menunggu seseorang datang

MAKE A WISH, SANJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang