BAB 7: [ sanji ]

562 97 4
                                    

"Sebenarnya sanji pernah bertanya tentang apa aku mau berpacaran dengannya, tapi itu sudah lama, bisakah itu dianggap pernyataan?" Tanya y/n ketika teringat bahwa dia dan sanji pernah mengalami kejadian itu.

-17 years old

[Y/N POV]

Sedikit cerita tentang tahun kemarin, sebuah memori indah yang aku lakukan dengannya, entah itu berlari dibawah derasnya hujan, ataupun menonton konser ditengah sapa nya matahari

Awalnya kuharap itu berjalan sedikit lama, lebih lama hingga terasa membosankan ketika aku mengenggam tangan besar pria itu. Namun terkadang skenario Tuhan lebih penuh kejutan dibandingkan ekspetasi ku.

Saat itu pukul duabelas malam, dering telepon membuatku terbangun dari tidur, aku bertanya pada sosok tidak sopan yang menelpon seseorang di tengah malam yang pekat ini, setelah menutup teleponnya aku berlari turun kebawah

Tepat ketika kembang api tahun baru menyapa langit, ayah berkali-kali mencoba menahanku yang terus mencoba untuk berlari keluar, saat itu bisingnya tahun baru memenuhi telinga

Disetiap jalan yang kulewati, disetiap gang yang kutemui dan, disetiap langkah yang kutinggalkan, suasana indah yang menyelimuti malam tahun baru

Bus dengan arah kerumah sanji kunaiki, bus yang dibawa dengan hati-hati, saat itu bahkan tidak terasa jika itu tengah malam. Ramainya percakapan anak kecil yang kian kemari bertanya pada ibunya tentang apa arti kembang api

Halte tempatku turun pun dihiasi dengan lampu kerlap kerlip, ketika itu aku hanya memperhatikan beberapa hal yang terlihat karena sibuk berlari kearah rumah sanji

Gerbang besar yang dihiasi dengan elegan dan mewah tersebut terbuka ketika aku tiba, seorang wanita dengan rambut pink dan baju yang cantik menatapku

Tatapan kesal, tatapan lega, tatapan senang, tatapan wanita yang penuh arti, langkah sedikit terburu-buru dan tanganku yang terus ditarik olehnya menuju sebuah ruangan

Ketika tiba disana tubuhku tidak bisa melakukan apapun kecuali membeku, menatap pria dihadapanku kini membuatku menyadari bahwa aku sangat menyayanginya, mencintainya, dan ingin menjaganya disampingku.

"APA KAU BODOH!" Nadaku meninggi ketika melihatnya yang terbaring diatas ranjang dan dikelilingi dua dokter, pria dengan pakaian putih itu tidak melakukan apa-apa kecuali terbaring

Reiju menepuk pundak ku beberapa kali, "dia memang bodoh" ujarnya kala itu. Wanita yang dikatakan tidak mencintai adiknya itu ternyata amat sangat mengkhawatirkannya, bahkan tepukan reiju saat itu masih terasa membekas

Seorang pria berjenggot dan menggunakan kacamata tengah berbicara serius dengan dokter. Ivankov-sensei yang saat itu juga berada disana menghampiriku, padahal baru beberapa bulan lalu ketika aku membicarakan hubunganku dengan sanji kepadanya

Aku meminta waktu untuk menelepon ayah, "Ayah, maafkan aku, mungkin hari ini aku akan menginap dirumah sanji, jangan mengkhawatirkanku" ijinku, ayah menjawab dengan lembut dan mengingatkanku untuk menjaga diri

Tiga pria yang berdiri dibelakangku terus menatap kearah kamar sanji, wajah ketiganya sangat mirip dengan sanji mungkin tidak ada bedanya kecuali gaya rambut dan sikapnya

Sosok yang terlihat paling dewasa dengan jam ditangannya serta kemeja yang rapi mendekat padaku, mungkin sanji tidak akan pernah tau bahwa keluarganya menyayanginya

Pria itu memandangku dari atas hingga bawah, seolah menilai manusia seperti apa aku ini, hingga pandangan matanya akhirnya ditutup oleh tangan reiju, "tidak sopan ichiji" ujar wanita cantik itu

"Dia memang anak yang bodoh, dia sangat bodoh, benar-benar" semua mata tertuju pada pria tua itu, tubuhnya yang mulai melemas itu dipapah oleh para putranya, membuatnya duduk di sofa

Pundak pria tua dengan kacamata tersebut ditepuk oleh putranya, sosok yang terlihat bahwa diapun sebenarnya ingin menangis, kalimat yang berulangkali dikeluarkan oleh mulut niji saat itu adalah "tidak apa-apa ayah, semuanya akan baik-baik saja, tidak apa-apa ayah, tidak apa-apa"

Aku berfikir beribukali, mengapa keluarga yang sesungguhnya sangat harmonis menjadi kacau? Sanji kuharap kau juga melihatnya banyak yang menangis untukmu, bukan hanya aku dan sensei, tapi ayahmu, kakakmu, dan adik laki-laki mu.

Dokter hiluluk berdiri, pria yang terlihat akrab dengan ayah sanji itu mengatakan kalimat pedas yang tidak layak keluar dari mulut seorang dokter, "sebagai teman aku sudah mengatakan berkali-kali padamu untuk mengawasinya, bukankah kau juga tau putramu itu...." Kalimatnya terhenti disitu, dan langkahnya segera beralih dari sana.

Jadi sanji, bukankah kau ingin hidup lama?...


Lanjut besok(' . .̫ . ')
Btw, otanjoubi omedetou ace, harusnya kemarin sih wkwkwkw


MAKE A WISH, SANJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang