10. Confession

6 2 0
                                    

Dara tidak akan pergi sekalipun hujan turun. Bodoh memang tapi untuk saat ini dia harus memberi pengakuan kepada Langit semuanya tanpa ada yang dirahasiakan.

Dara terduduk di depan gerbang rumah Langit seluruh tubuhnya sudah basah kuyup matanya memerah badannya menggigil kedingingan.

Langit dikuasai ego yang tidak mau kalah ia berdiri di lantai dua didepan jendela besar yang terlihat jelas keadaan diluar, Langit ingin keluar tapi dia masih mengingat perkataannya yang tidak akan mengganggu Dara lagi.

Langit melihat tubuh kecil Dara yang kedinginan langkah kakinya ingin sekali mengampiri tapi ego nya tetap kekeuh untuk diam ditempat.

"Lang kalo lo gak mau keluar biae gue yang nyamperin Dara sekarang. Persetan dengan larangan Papa dia cewek Lang buang jauh ego lo." Ucap Bumi menggebu.

Bukan karena apa-apa Bumi hanya merasa bersalah untuk kelakuannya waktu itu. Untuk sekarang ini dia harus menebusnya.

Dara merasa air hujan tidak mengenainya. Ia terlalu antusias jikalau Langit mendatanginya. Tapi ketika melihat orang didepannya tatapan Dara membuyar. "Nyatanya gue gak bisa benci seperti elo benci ke gue Lang." Racau Dara lalu  semua gelap Dara pingsan.

Dengan sigap Bumi memegang tubuh Dara payung yang dibawanya ia lempar sembarangan kini Bumi ikutan basah. Ia menggendong Dara masuk ke rumah.

"Dara kenapa?"

"Goblok lo dia pingsan! panggilin Art sekarang biar pakaiannya diganti." Bumi menidurkan Dara di kamar utama.

Tidak lama kedatangan Art untuk mengganti pakaian Dara yang sangat basah, setelah mengganti pakaian Dara Art itu keluar.

"Lo kenapa khawatir juga heh, kalo aja gue tau Dara kesini udah gue suruh masuk sebelum hujan turun."

Langit bodoh.

"Lo nggak boleh masuk bentar lagi dokter meriksa Dara."

"Gue mau liat dia bentar."

"Nggak! Siapa yang nelantarin dia diluar itu salah lo."

"Lo bukan siapa-siapa nya Dara." Sarkas Langit.

Bumi menatap santai Langit.

"Gue yang nolong dia, lo juga bukan siapa-siapa nya ngapain emosi hah."

.
.
.

Dokter yang dipanggil tadi memeriksa tubuh Dara. Sudah beres dengan pekerjaannya dokter itu keluar.

"Bagaimana Dok hasilnya?" Tanya Langit khawatir.

Dokter itu tersenyum.

"Saudari Dara kondisinya tidak stabil demam nya sangat tinggi. Apa saudari Dara habis kehujanan?" Dokter itu menatap Langit.

"Iya dok dia tadi kehujanan gak dibukain pintu sama dia." Bumi berucap sambil menunjuk Langit.

Dokter mengerti ini mungkin soal asmara jadi tidak berniat melanjutkan bertanya.

"Hm yaudah saya catatkan obat nya sewaktu-waktu demamnya belum turun."

Dokter itu menyodorkan kertas bertulisan resep obat untuk ditebus di apotik terdekat.

"Makasih dok."

"Gue mohon sama lo beliin obat nya, gue mau nemenin Dara."

Rasanya Bumi ingin mencekik leher Langit, enak banget nyuruh-nyuruh.

"Langit tunggu siapa yang ada di dalam?" Artur Papa Langit mengintimidasi.

"Temen Langit Pa dia sakit." Ucap Langit, jujur saja dirinya tidak minat menjawabnya.

The ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang