9. Males

7 0 0
                                    

Setelah kejadian tadi Langit segera mengantarkan Dara tidak ada perbincangan sama sekali dari mereka berdua hanya suara mesin yang mendominasi.

Dara turun sebelum itu dia mengucapkan sesuatu.

"Lang gue udah seburuk itu jadi perempuan jadi jangan ditambah buruk lagi. Gue yakin lo ngerti sama ucapan gue tanpa perlu dijelasin." Dara meninggalkan Langit yang masih setia duduk di motornya tangannya mengepal kuat lalu meninju kedepan tepat diatas spidometer.

Hijab dan akhlak itu tidak melulu berdampingan. Hijab wajib bagi perempuan muslim perintah langsung dari Allah sedangkan Akhlak budi pekerti yang tergantung pada diri masing-masing.

Dara dia berhijab bukan karena dia merasa baik tapi dengan hijab ia yakin bisa melindungi dirinya dari hal-hal yang merugikan dirinya sendiri.

PERCUMA BERHIJAB KALAU KELAKUAN MINUS.

KAYAK GUE DONG GAK BERHIJAB KELAKUAN NGGAK BURUK.

Oh menyakitkan sekali mendengar ucapan teman-temannya disekolah. Kenapa seolah-olah disini hijab yang salah padahal seseorang berhijab ketika melakukan kesalahan harus nya akhlak yang dituju kenapa hijab.

Dara selalu menahan untuk tidak menangis dihadapan umum sekalipun didepan kedua orangtuanya. Tapi sekarang dirumahnya yang sepi dia luruh air matanya keluar tanpa henti, hati nya sesak sekarang dia menjadi perbincangan seluruh murid di sekolah baru nya. Tak mengapa Dara kuat menjalaninya.

Kenapa tidak dikeluarkan disekolah? Karena kekuasaan Papa Dara yang tinggi di sekolah itu.

Disaat tangisnya sedikit meredam suara dering ponsel Dara berbunyi ia segera mengusap ingus nya dan bekas air mata.

"Dar, anggep aja lo ga pernah kenal gue lo bebas sekarang."

Telepon dari Langit bukannya malah membuat Dara senang air matanya keluar lagi Dara sesenggukan, ponselnya terjatuh.

Kenapa disaat kayak gini lo buat gue patah semangat dimana Langit yang dulu selalu ngehibur gue.

"Dar. Dara!" Teriakan dari luar gerbang Dara menghentikan tangis nya.

"Lo lama banget si bukainnya." Omel cowok itu ketika Dara membukakan gerbang untuk nya.

Cowok itu heran ia meneliti Dara yang sama sekali gak menatap nya.

"Lo ngapain tadi Dar."

"Dar."

"Woy."

Dara terlonjak. "Apa si Tang."

"Ah gue tahu lo abis nangis kan, gara-gara siapa bokap lo? Apa nyokap lo?" Dara menggeleng.

Lintang menyipitkan matanya melihat wajah Dara yang acak-acakan.

"Gara-gara Langit?"

Dara diam.

"Tenang besok gue akan kasih pelajaran ke dia, dari dulu emang dia sendiri yang ga pede sama perasaannya sendiri. Sumpah gemes gue makanya gue sering gelut ama dia saking gemesnya." Oceh Lintang.

The ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang