8. Langit yang Dingin

10 0 0
                                    

Semua tuduhan mengarah kepada Langit bahkan tidak ada yang mempercayainya sama sekali.

"Sumpah Lang lo harus minta maaf sama Dara dia perempuan baik-baik gak semestinya lo gini in." Ucapan Rigel menyulut emosi Langit. Untuk sekarang adu otot bukan titik penyelesaiannya.

"Lo ngedit pakek apk apa Lang pro banget keliatannya ajarin dong biar gue bisa ngedit foto Tiara." Gibran sang ketua kelas seakan-akan mengejeknya.

"Mesum banget si lu Bran." Sahut Tiara yang mendengar pembicaraan Gibran.

"Males." Ucapan itu yang membuat Langit menahan segala ocehan teman-temannya. Lebih baik dirinya tidur tanpa pusing memikirkan hal ini.

Guru masuk ke kelas memperhatikan satu kelas matanya menyotot seseorang tidur di bangkunya.

"Yang tidur di jam pelajaran saya keluar sekarang!" Bentakan terdengar keras semua murid memandangi Langit yang masih setia tanpa ada pergerakan.

"Woy Lang. Lang." Rigel membangunkan Langit perlahan pasalnya guru yang membbinh sekarang adalah guru killer tidak ada yang berani membantahnya dikelas kecuali Langit seorang.

"Langit Alaska keluar sekarang."

Guru itu menggebrak meja Langit. Langit tanpa rasa bersalah hanya bangun sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing karena tidhr sebentar. Matanya menatap guru didepannya yang menatapnya tajam.

"Maaf pak saya ketiduran." Ucapan santai Langit membuat sang guru emosi.

"Kamu keluar sekarang! Saya tidak butuh kamu di pelajaran saya."

Langit justru senang ia menata tasnya dan menentengnya keluar ia akan langsung pulang sekarang juga.

"Lang." Rigel memanggil.

Langit hanya menganggukkan kepalanya lalu keluar.

"Gila Langit nyalinya gede juga ya."
.
.
.

Saat akan ke parkiran Langit berpapasan dengan Dara di belokan jurusan IPA. Langit tahu Dara didepannya tapi hal apa yang harus ia lakukan penjelasan pun rasanya tidak dipercaya.

Langit melewati Dara.

Degg.

Dara buru-buru berbalik ia menatap punggung Langit dari belakang.

"Gue benci elo Lang, Maaf jika sikap gue gagal membuktikan itu." Gumam Dara.

"Lo kenapa Dar gakpapa kan?" Historia teman perempuan satu-satunya di sekolah ini membuyarkan lamunannya.

"Gu..gue baik-baik aja kok ayok ke kelas." Mereka beriringan ke kelas.
.
.
.

Dara sedang berbelanja di minimarket terdekat ditangan kanannya sudah membawa keranjang.

Saat mau berjalan kekasir seseorang dari arah depan menabrak Dara.

Brukk.

"Aduh." Reflek Dara.

Seseorang yang menabraknya hanya melihatinya saja untung barang tidak berserakan kemana-mana.

Dara mendongak melihat siapa orang itu. "Langit?" Cowok itu Langit dia tanpa ada rasa bersalah hanya menatap datar Dara.

Langit melenggang pergi menuju rak mineral tanpa memperdulikan Dara yang sedikit sebal dengan perlakuannya.

"Dasar cowok gak tau diri." Dumel Dara.

"Mbak total nya 259 ribu." Ucap kasir setelah men-scan semua belanjaan Dara.

Dara merogoh saku hoodie nya. Kosong.

The ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang