5. Langit mendung

12 0 0
                                    

Disaat laju motor temannya semakin cepat Lintang yang fokus melihat dua orang dikenalinya memberhentikan motornya ia melepas helm nya turun menghampiri cewek yang sedang didesak oleh cowok yang sangat ia kenal.

"Ngomong aja disini."

"Nggak, kita ngomong di tempat lain aja." Langit menarik lengan Dara. Tapi kedatangan Lintang melepas pegangan Langit.

"Lo jangan maksa dong jadi cowok Lang." Seru Langit menatap tajam Langit.

Langit mengusap-usap lengannya seakan-akan menghilangkan kotoran disana. Lintang mendecih.

Dari dulu keduanya selalu berantem apapun masalahnya tapi untuk masalah cewek baru kali ini mereka seperti.

Lintang menatap Dara. "Lo gakpapakan Ra?"

"Gak papa santai, syukur lo dateng tepat waktu."

Langit menatap cengo keduanya. Mereka berdua seperti sangat akrab untuk orang yang baru kenal.

"Lo gak ada sangkut pautnya sama dia jadi jauhin Dara." Setelah mengucapkan itu Lintang menarik pelan tangan Dara itu seperti genggaman saat mata Langit memperhatikan.

"Gue makin benci lo Dar." Gumam Langit lesu. Sorot mata yang sendu menatap sepasang mata yang sudah pergi dengan menaiki motor Lintang sahabat nya.

"Kenapa lo tahu gue disana Tang?" Pertanyaan Dara saat lampu merah menyala.

"Gue ga sengaja liat elo tadi yaudah gue samperin untung temen-temen gue pada gas pol semua."

"Tapi gue rada takut Langit masih nyimpen foto gue dulu." Nada Dara seperti gemetar.

"Tenang Langit nggak kayak gitu kok orang nya gue udah kenal dia lama. So keep calm."

Dara sedikit lega dengan penuturan Langit. Tidak selang lama tiba-tiba motor KLX milik Langit menghadangnya.

Sangat terpaksa Lintang dan Dara turun. "Lo kenapa si Lang nekat banget."

"Gue nggak punya urusan sama lo tapi sama cewek dibelakang lo." Tunjuk Langit kedepan.

Lintang memutar bola mata nya malas. Kenapa si gengsi selalu di nomor satukan oleh Langit. Kedua matanya sudah menggambarkan kalo Langit tertarik dengan Dara. Tapi di sikap nya seperti ada kebencian yang tertutup.

"Oke berhubung lo gak ikutan main gue serahin ke elo dah. Bye." Lintang tersenyum meyakinkan kearah Dara setelah itu melajukan motor hitam nya dengan kecepatan tinggi biasa anak jalanan.

"Kok tega banget si Lintang." Dara sudah cemberut di tempat nya. Hal seperti itu membuat diri Langit runtuh untuk tidak terhibur dengan cewek didepannya.

"Gue perlu ngomong sama lo ikut gue gak ada penolakan atau gue tinggal disini." Tidak ada jawaban lain selain ikut Langit kawasan sekitar yang sepi mana mau ditinggal sendirian.

Beberapa menit perjalanan Dara jadi tahu kalo Langit itu orang nya dingit banget nggak pandai mengekspresikan sesuatu disetiap ucapannya selalu serius nggak ada nada bercanda sama sekali.

Motor Langit berhenti di sebuah taman yang di sekitarnya ada danau buatan (waduk) udara nya dingin banget sampai Dara hampir pilek disini. Langit menyadarinya buru-buru ia mengambil jaket jeans nya untuk dikasihkan ke Dara.

"Pakek dulu ntar balikin lagi."

"Nggak usah."

"Ekspresi lo keliatan banget kalo kedinginan dan butuh kehangatan kenapa nolak? Kepengen gue pakein? Sorry gue males soal begituan lo pakek sendiri aja." Ucapan tengil dari mulut Langit menambah kesan wow pada Dara kenapa dia kepedean banget si.

"Pede banget lo gue gak butuh jaket elo cepetan mau ngomong apa." Jutek Dara.

Langit masih bergeming dia berjalan kebelakang Dara menyampirkan jaket dipunggung Dara. "Pakek yang bener." Bisikan Langit yang menerpa telinganya membuat Dara panas di hawa yang begitu dingin ini.

Langit kembali ke posisinya duduk di samping Dara menatap cewek itu yang sedang memperbaiki jaket ditubuhnya.

"Kenapa waktu itu lo gak bales chat gue sama sekali?" To the point Langit mengingatkan Dara di masa lalu.

Dara yang nggak tahu harus ngapain tiba-tiba ada keinginan untuk main do sebuah aplikasi chatting yang bertemu banyak orang salah satunya Langit. Waktu itu Dara lagi ada banyak masalah terutama keluarga dengan berkenalan dengan Langit Dara merasa senang walaupun masalah tetap datang se enggak nya tidak membuat dirinya suntuk dan stres di rumah.

Langit pendengar setia ketika Dara bercerita.

Langit tahu semua tentang Dara hal kecil pun tahu.

Langit juga sudah melihat apa yang tidak harus ia lihat.

Langit cowok brengsek bagi Dara.

Tapi kenyataannya Dara menaruh harapan kepada Langit cowok yang tidak pernah ia temui itu. Bukan harapan perasaan tapi harapan yang kelak ia menjaga rahasianya rapat-rapat.

"Kenapa Dar?" Suara lembut Langit menyadarkannya.

Dara mendongak.

"Gue nggak mau lagi berurusan sama lo lagi." Suara Dara sedikit bergetar.

"Kenapa Dar?"

Dara menggeleng dia tidak mau menjawab.

"Waktu gue ngeliat elo disekolah rasanya gue benci banget ngelihat elo Dar." Langit menghela nafas.

"Apalagi gue gak bisa nahan diri saat ngelihat elo." Langit gejolak di dirinya nafasnya tersengal-sengal.

"Lo kenapa?" Ada nada khawatir diucapan Dara.

"Elo jangan sok gak tahu deh." Langit berjalan ke motornya.

"Kok malah pergi." Dara bingung.

"Lo masih ingat kan ucapan gue waktu itu? Kalo ketemu lo pasti tubuh gue turn on dan see itu memang benar."

Dara menabok kepala Langit dengar tangannya. "Dasar mesum.".

"Gue benci lo Dar." Sorot mata Langit datar menusuk netra Dara.

Dara tahu itu, ia menundukkan kepalanya.

"Tapi jangan nolak saat gue ngelindungin elo."

"Gue gak butuh perlindungan dari lo." Dara menahan kuat-kuat perasaannya.

Langit menatap Dara butuh penjelasan.

"Gue udah ada Lintang yang selalu jagain gue dari cowok brengsek macam lo Lang."

Awan gelap menyelimuti langit menandakan kesan gelap mendung hari ini.

Tatapan Langit sayu. Dara tega.

"Asal lo tau Dar, Lintang lebih brengsek dari gue!" Bentak Langit. Dara terkesiap hatinya nyeri.

"Lo bukan Langit kan?"

"Gue Langit cowok yang elo temui di suatu aplikasi dan tuhan men takdirkan kita bertemu."

Dara menggeleng ia sangat mengenal Langit walaupun tanpa temu. Suara bentakan itu membuka kembali luka Dara yang sudah lama ia kubur.

Dara benci Langit.

Dara benci bentakan Langit.

Dara berdiri ingin pergi tapi dicekal kuat oleh tangan Langit.

"Kita pulang sekarang." Suara Langit sedikit serak.

Satu hal Dara tidak berniat menghindari Langit 6 bulan yang lalu.

























28, Ramadhan 1442 H
Sen, 1 Mei 2021

The ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang