Hujan.

66 5 0
                                    

Mīdมีด

Teror Di Sekolah

HUJAN

Titiknya bening kemilau. Rintiknya merdu mendayu. Bak suara Tuhan, yang mencabut jiwa sang pendosa.

SMU Raikan Topeni, 30 April 2014

Sudah hampir dua jam hujan turun mebasahi kota Bangkok. Hujan yang bercampur tiupan anggin, telah menciptakan sedikit kebekuan dan kesepian pada kota kecil di pinggiran Bangkok tersebut. Para pedagang jajanan yang biasa meramaikan pinggir jalan depan sekolah, sudah tak terlihat lagi. Bahkan mobil dan bus umumpun hanya sesekali melintas,menerobos rintikan air yang turun dari langgin hitam di atas. Semua aktivitas mendadak berhenti, karena semua orang lebih memilih menghabiskan waktu di rumah, atau di tempatnya berada pada saat itu.

Namun, Udara yang dinggin itu tentu saja tidak berlaku bagi beberapa siswa cowok yang sedang asik memperebutkan bola di lapangan indoor sekolah. Suara kaki-kaki bersepatu sport yang lari ke sana kemari, dribbling bola yang membal ke lantai, dan teriakan-teriakan singkat, membuat ruang olahraga berkapasitas sekitar seratus penonton itu terasa hanggat. Beberapa murid lainya yang menonton latihan basket tersebut bertepuk tangan seraya memberikan semangat, sampai pada akhirnya latihan usai tepat pukul tiga siang

"Keren, Tay! Aku salut dengan Triple treath position-mu. Gara-gara adengan triguna-mu itu, aku jadi sulit menebak gerakanmu. Menembak, menerobos, atau mengoper. Hadehh!" Ohm menggeleng-gelengkan kepalanya yang berkeringat. Sementara. Tay yang melangkah di sampingnya hanya tertawa menyeringai.

"Bisa ssaja kamu Ohm. Justru intercept-mu itu yang membuatku kesal. Selalu saja bisa memotong jalan bolaku," gerutu Tay, seraya ikut menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bukan, aku merasa passing-mu lemah. Kamu kurang gesit dalam mengatur arah bola," ucap Ohm masih dengan nada ngos-ngosan.

"Memang. Belakangan ini staminaku agak menurun. Sementara kuakui, kalau dribble-an mu sangat gesit. Terlebih saat kita head to head dan kamu berhasil nyetak three point. Speechless!" puji Tay, membuat Ohm menyeringai lebar.

"Tapi ingget Tay!" katanya kemudian. "Tim basket SMK Sippetpi nggak bisa dirmehin, Masih inggat pertandingan tempo hari, dimana tim mereka yang notabene bisa dibilang lemah dalam basic power, malah bisa ngalahin SMU Pritikam Jaya, pemenang Basket Cup tahun lalu dengan skor telak!"

Tay menatap sekitar arena lapangan basket sambil berpikir. "Kita harus memperbanyak porsi latihan, Ohm. Dan, jangan anggap remeh lawan-lawan kita!" simpulnya kemudian.

Ohm mengagguk. "Benar. Dan juga memikirkan strategi yang tepat untuk menghadapi SMK Sippetpi.Pertandingan hanya tinggal dua minggu lagi. Masih ada waktu untuk memperbaiki kekurangan kita!"

Saat yang sama, terdengar suara getar handphone dari dalam tas olahraga Ohm. Short message dari Fluke, saudara sekaligus kekasihnya.

"Fluke," gumamnya menjawab pandangan Tay, "sepertinya kami harus menemui Pak Mew."

"Biar ku tebak, ini tentang perpustakaan kita yang kerampokan kemarin kan?"

"Ohh. Gila juga ya? Kalo kupikir-pikir, nekat banget tuh orang-orang berani masuk ke sekolah kita. Atau, jangan-jangan ada orang dalam yang membantu , Ya?"

"Nah, itu dia!" seru Ohm cepat.

" Jadi kalian sudah tahu pelakunya?" tanya Tay penasaran.

"belum, tapi Fluke bilang ia menemukan petunjuk."

Tay menggeleng-gelengkan kepalanya. "Salut, Bro! Aku sudah mendengar beberapa kasus pencurian di sekolah yang berhasil kalian pecahkan. Dan aku yakin, pasti ini semacam bakat keturunan!"

Mīdมีด Teror Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang