"ini 'kan lokasi tempat Gawin meniggal Phi!" ujar Fluke, ketika Ohm menghentikan motornya di sebuah lokasi pembangunan. Saat yang sama, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Off.
"Tepat sekli," jawab Ohm berlari ke arah tangga bangunan tersebut. Fluke menyusul dari belakang.
"Iya, maksudku, kenapa kita kemari?" Fluke masih mencoba menghubungi Off. Binggung, kenapa ponsel pamanya tidak bernada. Terpaksa ia mengirim pesan dengan harapan begitu ponsel pamanya aktif, pesan itu akan masuk dan Paman mereka tahu di mana mereka berada saat ini.
" beberapa kali Phi pulang bersamanya dan melewati tempat ini, tiap kali itu juga kulihat dia memerhatikan tempat ini, awalnya Phi anggap biasa saja. Ngak penting lah mencari tahu apa isi benak orang terhadap suatu hal. Namun, setelah Phi melihat foto di diary tadi, Phi baru menyadari satu hal. Di sinilah Gawin tewas. Ayo, cepat Fluke! Sebelum terlambat."
Fluke berusaha mengatur nafasnya yang tersengal- sengal mengikuti kekasihnya menaiki sepuluh tangga bangunan menuju lantai sepuluh. "gila! Napas ku mau putus, Phi."
"dulu bangunan ini adalah rumah berlantai tiga. Tetapi setelah kebakaran itu, pemilik tanah ini berganti, dan sekarang akan dibangun rumah sususn berlantai sepuluh. Kalo menurut dugaanku, di sinilah awal dari semuanya dan dia akan mengakhirinya di sini juga!" ujar Ohm menjelaskan.
"Siapa, Phi?"
Ohm tidak langsung menjawab. Namun, setelah mereka sampai di lantai paling atas, ia mengisyaratkan agar mereka bersembunyi di balik balok-balok kayu, yng tersusun setinggi pinggang orang dewasa, yang tidak jauh dari tangga yang mereka naiki sebelumnya. Lalu ia pun berseru pelan. "Dia!"
Ohm menunjuk ke arah dua orang siswa yang tampak melangkah menuju ujung lantai. Kondisi lantai paling atas itu biasa-biasa saja seperti lantai-lantai lainya yang masih belum selesai. Lantainya belum di keramik, dan dindingnya belum diplester semen halus. Namun, khusus di lantai atas tersebut, dinding sebelah luarnya ternyata belum dibangun. Sehingga siapa saja, jika tidak berhati-hati dapat terjatuh ke bawah tanpa ampun.
Fluke melihat kedua orang berseragam SMU yang mereka ikuti. Keduanya melangkah dengan kondisi yang amat rapat dan kaku. Kalau saja mereka tidak mengikuti kasus ini dari awal, tentulah mereka tidak akan mengetahui betapa menggigilnya orang yang berjalan di depan, di bawah todongan orang yang berada di belakang.
"Astaga! Itu New!" seru fluke terkejut. Suaranya tertahan di tengorokan. Walaupun pencahayan di lantai paling atas itu terlihat samar, Fluke sudah dapat menyimpulkan apa yang sedang terjadi.
"Ya"
"Dan, yang dibelakang? Astaga! Tak mungkin! Itu ... itu Gawin ?"
"Bukan"
"bukan?" Fluke mengeluh. Dilihatnya, kini justru ponselnya yang tidak bisa menelepon." Sial. Tempat ini ngak ada sinyal, Phi! Semoga saja pesan ku tadi nyampe!"
"Aku akan menegur mereka dan berushaa agar orang itu melepaskan New," jawab Ohm dengan nada berbisik.
Setelah mengumpulkan nyali dan keberanian, detik berikutnya Ohm melangkah keluar dari balik balok-balok tempatnya bersembunyi dan meperlihatkan dirinya dengan terang-terangan. Disusul oleh Fluke di belakangnya.
"Semuanya sudah selesai, Gawin. Lepaskan New dan menyerahlah!" terdengar suara Ohm bernada sangat tenang, solah ia takut kata-katanya akan membuat kepanikan. Pria cantik yangs sedang menyandera New menoleh kanget. Sebelah tanganya mencengkram bahu New dari belakang lebih erat lagi, sementara yang sebelah lagi mendekatkan mata pisaunya ke tenggorokan New.
"Menyerah? Kau pikir kau siapa? Polisi?" terdengar jawaban dari belakang New. Suara yang biasanya lembut tadi berubah keras dan mengandung ancaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mīdมีด Teror Di Sekolah
Misteri / ThrillerWarning!!! Mohon untuk tidak mengaggap serius cerita di atas. Segala hal yang terjai dalam cerita murni hasil karangan. Saya hanya mengunakan nama karakter yang saya suka, jika ada kesalahan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dendam,, akan kehil...