𓄷 O4.

307 52 0
                                    

[Name] memandang ke arah teras belakang rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Name] memandang ke arah teras belakang rumahnya. Di sana, Kohaku dan Tsukasa sedang berbicara empat mata. Sang gadis khawatir jika ada konflik kecil yang bisa membesar di antara mereka, apalagi jika karena dirinya.

Kabar bahwa Tsukasa adalah soulmate [Name], gadis remaja yatim piatu yang dulunya tinggal di panti asuhan menggemparkan keluarga Suou. Bertemu tanpa sengaja di tengah keramaian, dengan tanda yang sangat ajaib.

Namun apa kau pernah berpikir, bahwa sebenarnya tanda tersebut sebenarnya tertunda?

Itulah yang membuat Kohaku terus bertahan di samping [Name], dan menggali informasi yang sebenarnya. Menurutnya lumayan aneh jika seorang yang sebelumnya memiliki kerusakan saraf bagian berbicara bisa sembuh 1 detik setelah bertemu soulmatenya.

 Menurutnya lumayan aneh jika seorang yang sebelumnya memiliki kerusakan saraf bagian berbicara bisa sembuh 1 detik setelah bertemu soulmatenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menentang hukum soulmate tidak baik, kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menentang hukum soulmate tidak baik, kan?"

"..."

"Oukawa?"

"Sangat tidak baik."

"Apa yang kau ketahui tentang konsekuensinya?"

"Nasib buruk. Dan skenario terburuknya, mati."

"Begitu..." Tsukasa mengangguk dan tersenyum tipis. Ia memandang Kohaku dengan sorot penuh belas kasihan.

Belas kasihan dalam maksud apa?

"Bou ... daku tahu kau sudah menang, jangan menatapku dengan tatapan seperti itu."

"Apa maksudmu aku menang?"

Mulutnya mengeluarkan decihan sebal, seakan semua hal dan kata-kata tadi kurang jelas dan membuang waktunya. "Kau 'kan soulmate nya. Kau mengatakan pertanyaan itu seakan daku melanggar dan harus kalah."

Helaan nafas kasar mengisi rongga telinga Tsukasa. Wajah pemuda bersurai sakura itu diangkat ke arah langit luas tanpa batas. Angin ganas yang menerpa kencang tak terasa di kedua matanya.

Mendadak semangatnya yang masih tertanam untuk tetap bertahan terkikis sedikit demi sedikit. Sepertinya percuma Ia bertahan demi mencari tahu siapa soulmate [Name] sebenarnya. Sudah banyak yang percaya bahwa Tsukasa jawabannya.

Kohaku memejamkan matanya.

Kemudian, menangis...

"Oukawa?!"

"Diam di sana–" Tak ada yang bisa menahan kurva di bibirnya lagi. Melengkung dengan anak sungai di sampingnya.

"Dangonya sudah ja– tunggu, Kohaku?!"

[Name] kebingungan, dan segera meletakkan nampan yang Ia bawa berisi makanan dan minuman untuk kedua tamunya. Tidak ada isakan, namun bahunya bergetar menahan suara.

"[Name]-san, lebih baik kau mengantar Oukawa ke dalam, biarkan aku di sini."

"Tapi..."

"Tidak apa-apa." Tsukasa mengangguk penuh keyakinan, disusul [Name] yang kemudian menuntun Kohaku untuk masuk ke ruang tengah.

"Kau tahu, Kohakun? Sebenarnya aku lah yang melanggarnya." ucap Tsukasa kemudian.

"Di sini terlihat sangat egois, apalagi daku sampai menangis hanya karena hal seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di sini terlihat sangat egois, apalagi daku sampai menangis hanya karena hal seperti ini ... Tapi sekalipun kau bukan soulmateku, daku tidak akan pernah menyesal akan perasaan cinta yang merubahku ini."

──❬🌸 387 kata

spring's symphony › oukawa kohakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang