Auranya yang keras, sulit dihancurkan, belakangan ini, lebih tulus dari biasanya.
"Kohaku, aku membawa daifuku, bisa dimakan selagi kita belajar bersama. Kau mau?"
"Hm? Tumben kau membawa sesuatu, biasanya kau bagian meminta." Sambil meletakkan dango yang dibelinya tadi, Kohaku menerima sebuah daifuku dari genggaman tangan [Name] yang diulurkan padanya.
Kohaku melahapnya, matanya terpejam menikmati setiap rasa yang timbul di lidah. Ketika [Name] mendapati mata Kohaku yang penuh binaran, [Name] ikut tersenyum.
"Daifuku stroberi? Terima kasih, [Name]-han. ♪"
"Aku punya satu kotak, kau bisa mengambilnya di sini jika mau." [Name] meletakkan kotak penuh dengan daifuku di balik laptop Kohaku, membuat sang pemuda memasang raut wajah yang sedikit sulit dijelaskan.
"Kenapa?"
"Kita 'kan posisinya di kafe, memangnya tidak apa-apa jika membawa makanan dari luar?"
"Seperti biasa, kau terlalu kaku. Ini kan kafe milik kerabatku, jadi aku diperbolehkan," ujar [Name], lalu mengangkat cangkir teh dan meminumnya. "Lagipula akan membosankan jika tak ada kudapan yang banyak. Itu kata-katamu, bukan?"
Bibirnya membentuk kurva cembung, "Itu kata-kata milik Bou."
"Anggap saja sama."
"Kami tidak sama!"
Kekehan lembut terdengar dari mulut sang gadis, membuat pemuda di depannya menghela nafas. "Lebih baik kita cepat selesaikan pekerjaan ini, lalu pulang. Dan ingat untuk membawa buku catatanmu seperti biasanya."
Membuka buku biru di depannya, senyum penghangat hati itu semakin melebar. "Baik, siap laksanakan!"
"Uh ... melelahkan."
Kohaku merenggangkan tangannya. Meski kelelahan, Ia bangga sudah menyelesaikan pekerjaannya, yaitu membuat sebuah laporan.
"Sudah selesai?" tanya [Name] tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopnya.
"Sudah." Sejujurnya, hatinya penasaran apa yang sedang dilakukan lawan bicaranya. Netra dan raut wajah sang gadis yang terlihat sangat fokus, melihatnya saja hati Kohaku sedikit bergelonjak.
"Aku sedang bermain catur online, kalau mau tahu."
"Siapa juga yang mau tahu."
"Tidak apa-apa, sekalian flashback ke masa kecil kita."
Sebuah sound effect khas permainan lama dapat ditangkap oleh telinga Kohaku, begitu juga suara antusias [Name] yang bersorak penuh kegembiraan. "Aku menang!"
"Terkadang daku heran mengapa kau ahli bermain catur."
"Kakekku seorang yang sangat menggemari catur, dan aku juga tertarik pada catur saat pertama kali melihatnya bermain. Saat berpikir langkah selanjutnya itu cukup menantang, seperti memikirkan langkah untuk masa depan versi lite."
"Daku tidak paham pola pikiranmu, tapi," Kohaku tersenyum, "Daku akui kau hebat."
"Makasih!" [Name] menampakkan semangat gadis muda yang membara, Ia mengepalkan tangannya menunjukan tekad. "Aku jadi ingin melawan Tsukasa lagi!"
"Bahkan tahun lalu kau bisa mengalahkan Bou dalam permainan ini 'ya."
Senyum Kohaku menipis. "Kau juga bisa berbicara saat bertemu Bou, kalian memang ditakdirkan untuk bersama."
"Uh ... Jangan bilang begitu."
"Hm? Mengapa?"
"Entahlah, tapi aku merasa bahwa itu tidak benar." [Name] menatap kosong secangkir tehnya, sukses membuat Kohaku terheran.
" ... Benarkah? Apa alasannya?"
Netra kedua insan itu bertemu. [Name] menatap Kohaku dengan serius, hingga bibirnya bergerak mengucapkan sebuah kata, "Firasat."
"Tunggu ... kau bukan dukun atau sejenisnya 'kan?"
"Mana ada!"
"Kau menjerit kegirangan karena menang melawan Bou, menggenggam tanganku dan tersenyum ke arahku. Tanpa daku sadari, kau berhasil membuat daku jatuh cinta padamu."
──❬🌸 513 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
spring's symphony › oukawa kohaku
Short Story⇘ : : "Aku yang melanggarnya." Pemuda bersurai sakura itu mencintai orang yang berhasil meluluhkan hatinya, yang kata banyak orang adalah soulmate salah satu orang terdekatnya. Tapi ingat, itu hanyalah kepercayaan banyak orang, siapa yang menyangka...