Menyelamatkam Dan

3 3 0
                                    

Sesampainya di istana, Dan langsung di bawa ke ruang pengobatan yang di dalamnya sudah ada beberapa tabib hebab yang di pilih kusus anggota keluarga kerajaan. Dan sudah kami anggap sebagai bagian dari keluarga kami, jadi sudah sewajarnya jika dalam keadaan lemah seperti ini kami berikan pelayanan terbaik supaya Dan segera sembuh.

Aku yang tidak mau melewatkan proses penyembuhannyapun ikut masuk kedalam ruang pengobatan walau tidak harus berada disampingnya setidaknya aku dapat proses penyembuhanya dengan mataku sendiri. Disampingku sudah ada Kak Rew di sebelah kiriku dan Kak Erfi berada di sebelah kananku, sedangkan Ayahanda dan Ibunda berada di dalam kastil sedang melakukakn rapat darurat terkait penyerangan yang terjadi di desa Waren.

Semua terjadi begitu cepat, pergerakan mereka sangat sulit di tebak hingga beberapa prajurit kerajaan menjadi korbannya. Untung saja aku datang tepat waktu. Jika tidak mungkin separuh prajurit yang di kirim oleh pihak kerajaan yang menjadi korbannya.

***Falshback  On***

Saat ini aku sedang berada di dalam kamarku, aku dikurung disini oleh Ayahanda. Beliau sudah tahu tabiatku yang suka kabur walau sudah sering kali di peringati bahkan tidak jarang pula sering di hukum karenanya. ‘aku tidak boleh berdiam diri seperti ini terus menerus, aku harus memohon pada Bunda supaya aku bisa ikut membantu mereka.’ Gumamku

Ku dengar ada langkah kaki yang menuju ke arah kamarku, ku harap itu Ibunda. Suara ketukan terdengar, dari suaranya aku sudah menebak jika itu benar-benar Ibunda. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan langkah pastinya yang anggun, kulihat bayangan ia berjalan menghampiriku melalui jendela yang sedang duduk menghadap ke arah luar melalui jendela yang tertutup dan di kunci menggunakan segel.

“Sayang, apa yang sedang kamu fikirkan?” tanyanya

“Aya tidak apa-apa Bunda, tapi ijinkanlah Aya untuk ikut serta membantu mereka di luar,” balasku

“Sayang, Bunda tidak bisa melakukan apa-apa disini. Bunda tidak ingin membantah Ayahmu dan juga mengorbankanmu kedalam medan pertempuran,” jawab Ibunda

“Bunda, Aya janji hanya kali ini saja. Aya mohon Bunda, Aya tidak mau jika banyak prajurit yang menjadi korban atau bahkan warga desa, Bunda.” Balasku

“Tapi sayang, kamarmu ini sudah di beri segel kunci oleh Ayahmu dan hanya dialah yang bisa membukanya, kau tahu itu bukan?” jelasnya

“Iya, Aya tahu. Tapi setahu Aya, segel Ayah masih bisa di buka jika itu Bunda yang membuka segel itu karena Bunda pasangan Ayah. Bukankah seperti itu Bunda?” tanyaku

Kukihat Ibunda sedang memikirkan kalimat yang barusan ku ucapkan. Karena memang seperti itulah adanya, ada beberapa segel elemen dimana jika ia sudah menemukan pasangannya maka segel itu bis adi buka oleh pasangan itu sendiri.

“Aya mohon Bunda, hanya kali ini saja. Aya berjanji, Aya akan membatasi elemen Aya yang akan Aya gunakan disana. Jadi Bunda tidak perlu khawatir, Aya akan waspada, dan juga Aya akan menggunakan baju serta topeng untuk menyamarkan identitas Aya, Bunda. Aya mohon,” pintaku lagi sembari mengeluarkan puppey eyes

“Benarkah?, apakah kamu bisa menepati janjimu itu sayang?. Bunda benar-benar khawatir akan keselamatanmu, Bunda tak ingin kejadian di masa lampau terulang padamu,”

“Apakah Aya pernah mengingkari janji yang pernah Aya buat, Bunda?. Bunda tidak perlu risau, Aya akan buktikan jika tidak akan terjadi apapun pada Aya begitupun pada anggota keluarga kita yang sekarang berada di sana. Ayolah Bunda, Aya mohon,” bujukku lagi

“Baiklah baiklah, kamu ini. Bunda akan membuka segel ini, tapi ingat. Kamu harus berada di sekitar Ayah atau anggota keluarga kerajaan yang lain, jika yang kain tidak bisa merasakan kehadiranmu tapi tidak dengan Ayahmu. Kamu harus tahu itu,” titahnya

“Baik Bunda, Aya mengerti. Terima kasih Bunda, Aya sayang Bunda.” Ucapku sembari memeluk hangat dirinya

“Bunda juga sayang Aya. Baiklah bersiaplah, Bunda akan mempersiapkan semua yang kamu perlukan.” Ujarnya sembari membantuku bersiap

Lalu setelahnya akupun bersiap, ‘akhirnya aku bisa segera menuju ke area medanpertempuran. Aku memiliki firasat yang kurang mengenakan kali ini, semoga semua masih aman terkendali. Ayah, Kak Rew, Kak Erfi, Dan tunggulah aku. Ku mohon bertahanlah sebentar lagi’ gumamku cemas

“Ini semua hal yang kamu butuhkan sayang, apa ada hal yang tertinggal?,” tanya Bunda

“Tidak ada Bunda, semua sudah siap. Terima kasih sudah membantu Aya bersiap,” balasku

“Kenapa? Apa ada hal yang sedang kamu fikirkan?, kenapa raut wajahmu cemas seperti itu?,” tanyanya yang melihatku seperti inj

“Aah tidak apa Bunda, baiklah. Bunda bisa minta tolong buka segelnya sekarang?, Aya akan menggunakan segel teleportasi supaya tidak memakan waktu lama sampai disana.” Ucapku

“Baiklah, ingat apapun yang terjadi tetap tenangkan dirimu. Bunda sudah memberimu ijin, jadi gunakanlah sebaik mungkin kamu mengerti. Dan bawalah kalung ini, dan jangan biarkan siapapun merebutnya darimu.” Ujarnya yang ku balas dengan anggukan semangat dan ucapan terima kasih serta pelukan hangat sebagai salah pamitku berangkat padanya

Lalu setelahnya Ibunda mengucapkan mantra pelepas segel pengunci yang Ayahanda buat. Setelah segel pengunci ini terbuka sepenuhnya tanpa menunggu lama akupun mebgucaokan mantra teleportasi sembari memikirkan tempat kemana tujuanku. Hanya dalam satu kedipan mata akupun sudah berada di desa Waren, bersembunyi di balik pohon besar dimana di depan sana peperangan berlangsung.

***Flashback Off***

Beberapa saat kemudian dari ke 5 tabib yang mengobati Dan, empat diantara mundur perlahan dari tempat Dan terbaring. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi samar-samar kudengar mereka menghela nafas seperti orang yang sudah tidak memiliki semangat. Helaan nafas mereka membuat pikiranku melayang entah kemana, dengan ragu ku langkahkan kakiku menuju kearah mereka.

“Tabib, bagaimana keadaan Dan?, kenapa kalian terlihat sedih? Apa yang sedang terjadi pada Dan?,” tanyaku bertubi-tubi

“Maafkan kami Putri, racun yang masuk kedalam anggota tubun panglima Dan sudah menyebar ke seluruh tubuh hingga ke paru-paru beliau. Hanya tersisa bagian jantung saja, kami sudah berusaha sebisa kami Putri. Maafkan kami,”jawab tabib kepala

“Apa yang kalian maksud?, kumohon obatilah Dan. Kerahkan segala kemampuan kalian untuk Dan,”pintaku

“Maafkan kami Putri, kami sudah mengeluarkan segala kemampuan kami. Jika sudah menyebar keseluruh tubuh sepeti ini akan sangat sulit di sembuhkan, bahkan kami sendiripun belum bisa menyembuhkan pasien yang terkena racun seperti ini. Ini racun langka yang sangat mematikan, belum ada penawar pasti untuk menetralisir racun ini,” jelas tabib ke dua

“Lalu apa yang harus ku lakukan untuk mengobatinya tabib, jika bukan kalian setidaknya beri tahu aku apa yang harus ku lakukan,” tidak aku tidak boleh berdiam diri seperti ini. ‘Dan, ku mohon bertahanlah. Bangunlah Dan, kumohon,’ gumamku

“Tidak ada yang tahu secara pasti untuk racun jenis ini Putri, maafkan kami. Kami tidak bisa berbuat apa-apa, anda bisa menghukum kami karena kesalahan kami yang tidak bisa mengobati panglima, Putri.” Ujar kepala tabib sembari berlutut di hadapanku

“Maafkanlah kami, Putri.” Disusul oleh keempat tabib yang lain

Baiklah, jika mereka tidak bisa. Maka aku sendirilah yang akan maju untuk menyembuhkanmu Dan. Lalu ku langkahkan kakiku yang sedikit gemetaran ke arah Dan terbaring, ku genggam tangan kanannya menggunakan kedua tanganku. Ku amati dengan baik tubuhnya, mereka bilang hanya bagian jantunglah yang belum tersentuh oleh racun ini. Jadi masih ada kesempatanku untuk mengobati Dan, ku harap apa yang kulakukan bisa membantunya.

Lalu setelah selesai mengamati tubuhnya kini tangan kananku ku arahkan ke jantungnya. Ku salurkan energi dalamku kepadanya, menyalurkan sebagian elemenku padanya. Dengan sisa tenagaku, ku usahakan yang terbaik untuknya. Sekarang di sekitarku sudah terdapat sgel transparan yang mengurungku dan Dan di dalamnya. Hal ini ku lakukan supaya apa yang sedang aku lakukan tidak ada yang mengganggu. Dan aku teringat apa yang Ibunda katakan, ‘ingat apapun yang terjadi tetap tenangkan dirimu’ pintasan kalimat Ibunda itu terlitas begitu saja dalam pikiranku.

Baiklah, tenangkan dirimu Aya. Konsentrasi, apapun yang terjadi nanti kamu harus terima dengan lapang dada. Setidaknya aku sudah berusaha mengobatinya, ya benar. Setidaknya aku sudah mencoba.

Perlahan tapi pasti, aliran energikupun mengalir kedalam tubuhnya. Dengan pata tertutup sembari berkonsentrasi penuh dengan energi dalam yang kusalurkan padanya. Sedikit demi sedikit kurasakan ada pergerakan dadinya, awalnya cuma getaran pelan, lau lambat laun getaran itu semakin hebat. Ku buka mataku sembari tetap fokus menyalurkan tenagaku padanya. Kulihat ia mengeluarkan cairan hijau kehitaman dari arah mulutnya, ku tahu itu adalah racunnya.

“Keluarkan semua Dan, keluarkanlah semua. Ku mohon bertahanlah,”ujarku dengan nada tinggi menyemangatinya.

Semua tabib dan entah ada berapa banyak orang yang melihatku yang sedang berjuang mengobati Dan seorang diri disini. Segel ini juga kedap.suara, sehingga aku tidak mendengar apa yang mereka katakan padaku. Sengaja aku menggunakam segel berlapis supaya konsentrasiku tidak pecah.

Ku kerahkan seluruh kekuatanku untuk mngobati Dan, hingga kurasa semua sudah selesai. Danpun sudah tidak lagi bergetar hebat, dan kulihat pula ia sudah tidak mengeluarkan cairan dari dalam mulutnya. Aku mulai kehilangan seluruh tenagaku, hanya untuk berdiri saja sudah sangat terasa lemas kurasakan. Dan bertepatan itu pula segel berlapis yang ku buat hilang, kudengar samar-samar terjakan dari suara kedua Kakakku dan beberapa tabib.

“AYAAAA. Aya, dek. Kamu tidak apa-apa?”tanya Kak Rew sembari menopangku

“Ayaaa, kenapa kamu senekad ini si. Aya katakan pada Kakak, apa yang kamu rasakan sekarang,”tanya  Kak Erfi

“Sulit di percaya, keadaan panglima sudah lebih baik dari sebekumnya. Namun, saat ini keadaan panglima sedang dalam masa pemulihan diri (atau yang biasa kita sebut koma). Kemungkinan panglima sadar adalah dua sampai tiga hari kedepan,” ujar tabib ke tiga

Saat ini posisiku terbaring di samping Dan, dengan kepala tabib dan tabib ke dua yang sedang memeriksa kondisiku.

“Syukurlah, aku tidak terlambat Dan,” setelah mengatakan hal itu penglihatanku kian memburam, dan akupun tidak dapat mendengar apapun setelahnya. ‘Aku berhasil menyelamatkannya’ gumanku sebelum aku pingsan sepenuhnya.

Semua keadaan kembali normal, keadaan Dan sudah lebih baik dan tiga hari selepas Aya mengobatinya diapun sadar. Walau masih dalam tahap penulihan Dan dengan senantiasa menemani sang Putri, dia merasa sangat bersalah padanya karenanya snag Putri terbaring tak berdaya seperti ini.

Walau para tabib mengatakan jika keadaan Putri tidak apa-apa, tidak perlu ada yang di khawatirkan karena Putri hanya kecapean sudah mengeluarkan tenaganya begitu besar untuk membantu mereka dalam pertempuran sekaligus mengobatinya, serta kemungkinan akan sadar adalah empat hari tapi sampai saat ini sudah seminggu lamanya Putri belum juga bangun dari tidurnya dan itu semakin membuat Dan merasa amat bersalah padanya.

Oleh sebab itu, ia bertekad untuk menjaga sang Putri dua puluh empat jam di sampingnya. Ia akan keluar jika itu perintah langsung dari sang raja, Ayahanda dari sang tuan Putri sekaligus orang yang memercayakan anak bungsunya padanya.

Semua yang terjadi bukanlah kehendaknya, tidak ada yang menginginkan seseorang yang mereka sayang terbaring tak berdaya sepertinya saat ini. Dan sudah menganggap Aya sebagai adik kandungnya, begitupun Aya yang sudah menganggap Dan sebagai kakak kandungnya. Mereka sudah di satukan sejak kecil dengan Dan sebagai teman bermain dan juga penjaga Aya, perintah itu langsung diberikan olehnya dari Raja, Ayahanda dari Putri yang ia jaga hingga saat ini amanh itu ia jaga dengan penuh.

Memang semua yang terjadi pasti ada balasannya. Begitupun dengan terjadinya peperangan di desa Waren. Ada harga yang harus dibayar dari setiap keberhasilan yang kita rasakan.























#TDWC Clue 5
#Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan. Author masih dalam masa pembelajaran

ZhefayanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang