Semoga Kamu Temukan Bahagiamu

1.2K 130 37
                                    

Seungcheol memperlakukan Wonwoo dengan sangat baik, bahkan lebih baik dari Kim Mingyu muda yang dulu juga memperlakukannya dengan begitu baik. Dokter tampan itu membelikan perlengkapan kucing, bahkan mendesain sendiri Cat Tree dan memilih bahan terbaik untuk membuatnya. Ia juga sudah menyiapkan lahan dihalaman yang akan dibangun taman untuk Wonwoo menanam bunga.

Dan usahanya itu mulai terbayarkan sedikit demi sedikit. Dia bahkan bisa memiliki sebagian kasur Wonwoo. Meskipun dia harus membawa bantal dan selimutnya sendiri dan membuat jarak yang cukup diantara mereka saat tidur. Seungcheol membuka pintu kamar dengan pelan. Ia menghampiri Wonwoo yang sedang membaca buku di kasur dengan ditemani temaram lampu baca berwarna jingga yang hangat.

"apa yang sedang kamu baca?" tanya Seungcheol sembari naik ke kasur dan merapikan bantalnya.

Wonwoo menolehkan kepalanya menatap Seungcheol dengan sedikit tersenyum, "The Hen Who Dreamed She Could Fly, apa kamu juga ingin membacanya?"

Seungcheol menggeleng pelan, kemudian mendekat dan mengistirahatkan kepalanya di bahu Wonwoo, ia berbicara dengan suara yang pelan, "aku bermimpi buruk semalam."

"Ah, karna itu kamu menangis dalam tidur semalam. Aku jadi penasaran dengan mimpi itu", Balas Wonwoo dan membiarkan kepala Seungcheol tetap berada di bahunya.

Seungcheol terdiam sejenak, "aku ini tidak berguna, bukan?", Dokter itu tak ingin Wonwoo tahu bahwa didalam mimpinya, pria manis ini akan meninggalkannya perlahan hingga benar-benar tak bisa ia jangkau dan akhirnya berubah menjadi awan dilangit. Wonwoo menutup bukunya dan mencoba menghibur, "mimpi itu hanya bunga tidur. Bahkan bisa berlawanan dengan kenyataan."

"Wonwoo-ya, aku sudah menghubungi teman kampus ku dulu di Busan. Kita akan pergi kesana untuk mengobati penyakitmu, ya?" Seungcheol dengan pelan mencoba membujuk Wonwoo untuk kembali berobat.

Tapi bagi Wonwooo, tampaknya percakapan mereka ini mulai berubah. Bahkan ia mulai merasa jika semua yang Seungcheol lakukan untuknya saat ini adalah sebuah jebakan, dan Wonwoo juga sudah tidak berniat lagi untuk sembuh. Nada suara Wonwoo mulai mendingin, "tidak..tidak mau."

Seungcheol tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap wajah Wonwoo, "jangan biarkan tubuhmu menderita lebih lama lagi." Katanya

"kamu itu seorang dokter. Apakah kamu yakin jika penyakitku yang sudah parah ini masih bisa diobati? Di situasi ku yang saat ini, aku hanya perlu menunggu giliran ku untuk dijemput Tuhan. Dan aku akan bersabar menanti Tuhan membawaku pergi dengan tenang." Wonwoo memalingkan wajahnya.

"kita tak akan pernah tahu... jika kita tak mencobanya. Alat dan dokter di Busan cukup terampil dan aku akan tetap berusaha membuatmu sembuh." Gumaman Seungcheol entah mengapa membuat hati Wonwoo sedikit sakit. Wonwoo mengulurkan tangannya, jari-jarinya dengan lembut membelai pipi Seungcheol, "jika kamu peduli padaku, berhentilah memaksaku. Kemotherapi itu menyakitkan. Obat-obat itu juga membuatku mual. Rasa sakit itu dimulai dari pembuluh darah, dan pemeriksaan sumsum tulang itu sangat menyiksaku. Apakah kamu benar-benar ingin membuatku menjalani hari-hari terakhirku dalam penyiksaan seperti itu? Pergi ke rumah sakit dan membuatku menjadi lebih menderita sebelum aku mati?" Tanyanya dengan mata sayu menatap wajah Seungcheol

Dokter tampan itu paham dengan semua yang diucapkan Wonwoo, namun mendengar semua kebenaran itu dari mulut orang terkasihnya, sungguh hal yang berat. Setiap kata-kata seolah olah menyayat hatinya, dan Seungcheol menderita. Namun penderitaan hatinya tidak sebanding dengan penderitaan hati yang dialami Wonwoo selama ini. Kamu tak akan tahu bagaimana menyakitkannya ujung jarum jika kamu tak merasakannya sendiri.

"tapi jika kita tak melakukan apapun, kamu akan semakin menderita." Seungcheol menggertakkan giginya, menggelengkan kepala dan menahan air matanya.

[ON HOLD] The Days When I Loved You So Much | Meanie / Woncoups [Re make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang