Bastian Januar, cowok 22 tahun yang untuk kesekian kalinya memergoki kekasihnya berciuman mesra di salah satu bilik toilet kampus. Kebetulan pertama dia anggap salah lihat, kebetulan kedua dia anggap kekasihnya khilaf, kebetulan kali ketiga dia masih bisa memaafkannya lalu kebetulan berikutnya Bastian mulai terbiasa, dan hari ini untuk kebetulan yang kesekian kalinya dia mulai muak.
Setelah memberi bogeman telak pada rahang, Bastian mencuci tangannya dengan tenang "Ternyata harga dirimu hanya sebatas toilet" desisnya, sambil melirik sinis kearah dua manusia yang terduduk di lantai.
*
"Udah gue bilang, Ilona itu fvck girl"
Bastian tidak menghiraukannya, dia membuka bungkus rokok yang tergeletak di lantai, mengeluarkan satu batang lalu melempar bungkus rokok itu ke tong sampah, tak berapa lama asap rokok keluar dengan intens dari bibirnya.
"Kenapa lagi tu anak,,?" cowok bertubuh jangkung yang baru saja datang itu bersender pada kusen pintu, menatap malas ke arah Bastian yang terlihat mendung.
"Biasa"
"Si Ilona nyosor orang lagi,,?" dengusan itu seolah menunjukan kalau si jangkung mulai bosan dengan cerita yang sama. "Udah tau cewe ga bener tetep nekat di pacarin" katanya lagi.
Bastian memiliki dua sahabat, dan kedua sahabatnya sudah memberi warning saat dia pdkt dengan Ilona dulu, namun Bastian tetep nekat mendekati cewe bertubuh mungil itu demi mematahkan perkataan kedua sahabatnya yang selalu membicarakan tentang kejelekan Ilona.
Gandi si pemilik kamar kosan yang selalu menjadi markas tempat mereka berkumpul, cowok pendiam namun mulutnya bisa lebih pedas dari tabasco saat sudah berbicara. Dan Herbert, cowok bertubuh jangkung yang memiliki tingkat kepercayaan diri di luar nalar, Herbert selalu bilang kalau wajahnya adalah pahatan paling sempurna.
"Bert,, makanan gue mana,,?"
"Emang lu nitip,,?"
Gandi hanya mendengus pelan, ia bangkit dari rebahannya lalu membuka lemari tempat biasa dia menyimpan makanan dan mengambil 2 bungkus indomie.
"Lo mau ga Bas,,?"
Bastian menggeleng dramatis "Kriting lama-lama lambung gue, tiap hari lo jejelin mie"
Gandi hanya mengedikkan bahu cuek.
"Gue ga di tawarin,,?"
Gandi melirik sinis, membawa panci yang berisi dua bungkus indomie keluar kamar menuju dapur kosan yang terletak di lantai bawah.
Kosan Gandi memang bukan tipe kosan elit, kamar mandi dan dapur letaknya terpisah, di pakai bersama penghuni lain.
"Sensitif amat tu anak" kata Herbert sambil menatap punggung Gandi yang menjauh keluar kamar.
"Lo nya ajah yang ga peka"
"Gue beneran ga baca chat"
Bastian tidak menganggapi, dia lebih memilih meraih gitar yang tergeletak di lantai.
"Putus juga lo sama tu jalang,,?"
Bastian hanya mengangguk.
"Udah tau ga punya feel sama cewe, tetep nekat nyoba"
"Yang berengsek dia Bert bukan gue"
"Apes emang lo, mau nyoba kembali straight yang buat bahan percobaan model Ilona" Herbert terkekeh pelan, sementara Bastian sudah menatap tanpa ekspresi.
Bastian punya rahasia besar dalam hidupnya yang bahkan kedua orangtuanya pun tidak tau, hanya kedua sahabatnya yang tau tentang rahasianya. Dulu Herbert tidak sengaja memergoki dirinya sedang kencan dengan seorang pria dan karena Herbert mulutnya tidak bisa di filter, si jangkung itu tidak sengaja keceplosan di depan Gandi. Begitulah cara Herbert dan Gandi mengetahui tentang rahasia yang selama ini dia tutup dengan rapat. Keduanya tidak masalah dengan orientasi seksualnya yang menyimpang, hal itu lah yang membuat Bastian tetap sahabatan dengan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet You
RandomWARNING Cerita ini mengandung tema HOMOSEKSUAL bagi HOMOPHOBIC silahkan MINGGIR secara teratur jika tetap NEKAT membacanya saya Tidak tanggung akibatnya, itu Karena ulah kenekatan anda sendiri.....‼