Bastian tidak pernah bermimpi memiliki hidup sempurna, karena dia tau kalau dunia ini penuh dengan kisah. Dia hanya ingin hidup nyaman, meski tetkadang menghadapi satu atau dua masalah itu wajar dirasakan setiap manusia.Namun sayang, sang pencipta menggariskan takdirnya dengan penuh misteri dan penuh kejutan.
Hamil, dianggap aib keluarga lalu berakhir berada dibelahan bumi lain. Dia sedang mencoba mengiba pada sang pencipta kalau memang inilah jalan kebahagiaannya setelah semua kisah pelik yang ia lewati.
Bastian tidak pernah menyalahkan tuhan, dia tau tuhan adalah pemilik hidupnya, namun terkadang ia juga merasa tuhan tidak adil padanya. Kenapa menentukan kebahagiaan yang lain begitu mudah sementara dirinya harus melalui duri. Ah,,,dia tau, tuhan sedang marah padanya karena dia sudah menjadi kaum pendosa.
Bastian tau, ia bersalah.
Mengerti betul, kalau keputusan yang ia ambil akan berakhir keliru.
Namun Bastian bisa apa,,? Dia sudah pernah berusaha semaksimal mungkin untuk meminta pengampunan dari kedua orang tuanya. Tapi sekeras apapun dia mencoba, kedua orang tuanya tetap memandangnya layaknya kotoran menjijikan.
Bastian hanya pemuda yang sedang mencari jati diri saat diterpa masalah pelik yang sialnya dia sendirilah penyebabnya. Tentu saja dia berharap kalau kedua orang tuanya mau menerima kondisinya, karena hanya pada kedua orang tuanya lah ia bergantung dan berlindung. Namun sayang bukan dengan tangan terbuka kedua orang tuanya menyambutnya melainkan dengan usiran kasar serta makian yang ia dapatkan.
Saat itu, dalam dompetnya hanya tersisa beberapa lembar uang, sementara dia harus mencari tempat untuk tinggal dan juga harus memikirkan janin yang sedang tumbuh dalam perutnya. Tentu saja Bastian lebih memilih menyambut uluran tangan Keana yang sudah pasti akan menjamin hidupnya dan juga janinnya.
Meski Bastian tau keputusanya ini akan memperparah hubungannya dengan kedua orang tuanya, atau lebih buruknya lagi dia tidak punya kesempatan untuk meminta maaf dan bertemu dengan kedua orang tuanya lagi.
Kata orang, waktu yang akan menyembuhkan luka dan waktu juga yang akan membuatmu lupa. Namun mereka tidak tau, kalau waktu juga lah sang pengingat terbaik.
*
*
Bastian sedang mengenakan coat tebalnya saat ponsel miliknya berdering.
"Mydy,,,,"
Bastian terkekeh pelan saat suara cempreng khas anak-anak menyambut indranya. "Kenapa sayang,,?" Tanyanya dengan lembut.
"Jangan yupa bawa loti,," Kata suara cempreng itu lagi.
Bastian terkekeh lagi "Siap sayang, ada lagi,,?"
"Ga yada,, telima kacih,,"
Bastian melangkah keluar dari ruangannya, bibirnya masih menyetak senyum "Apa Elyn jadi anak baik disana,,?" Tanyanya.
"Tentu caja, Elyn kan anak baik"
"Good girl,,"
"Mydy cudah belangkat,,?"
"Ini sudah mau berangkat sayang,,"
"Jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya,,"
"Tentu sayang,,"
"Kalau gitu, cudah dulu ya mydy. Elyn mau main lagi cama glandma,,"
"Oke sayang,, be a good girl okay,,"
"Okay,,"
Jocelyn Meika Januar, anak perempuan yang 3 tahun lalu Bastian lahirkan. Jocelyn kini sudah menginjak umur ke 3 tahun dan sudah mulai lancar berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet You
RandomWARNING Cerita ini mengandung tema HOMOSEKSUAL bagi HOMOPHOBIC silahkan MINGGIR secara teratur jika tetap NEKAT membacanya saya Tidak tanggung akibatnya, itu Karena ulah kenekatan anda sendiri.....‼