•Biasakan untuk meninggalkan jejak,, Saya tunggu komen kalian 😉Bastian merintih lirih saat matanya terbuka secara perlahan, suara gemericik air dari arah kamar mandi membuat alisnya sedikit terangkat, pusing pada kepalanya menyerang secara bertubi-tubi saat dia mengangkat kepalanya dari bantal.
"Damn,,," makinya pelan saat merasakan tubuhnya terasa remuk.
Matanya menatap kesegala sudut, dia menemukan bajunya yang berserakan di lantai, memori kejadian malam panas semalam berputar secara slow motion seperti kaset rusak dalam kepalanya, Bastian langsung bergidig ngeri.
Tangannya menyibak selimut yang menutupi sebagian tubuh bawahnya, dia langsung menatap horor pada tanda merah keunguan yang memenuhi sebagian pahanya "Damn,, apa yang lo lakukan bodoh,,!" makinya dalam hati.
Mengabaikan rasa perih pada holenya Bastian turun dari atas tempat tidur dengan sedikit tertatih dia memunguti bajunya yang berserakan dan memakainya dengan asal, melihat kesegala sudut untuk menemukan barang lain miliknya, setelah yakin kalau tidak ada barangnya yang tertinggal, dia menatap pintu kamar mandi "Semoga kita tidak pernah bertemu lagi" bisiknya pelan sebelum menuju pintu keluar dengan gaya jalan seperti pinguin, meninggalkan pria yang sedang bersenandung dalam kamar mandi.
Tak berapa lama Tristan keluar dari kamar mandi, air masih menetes dari ujung rambutnya. matanya bergulir kesegala arah mencari sosok yang beberapa saat lalu masih di atas kasur, dia hanya menemukan kamar sudah dalam keadaan kosong, selimut yang tadi menggulung cowok yang sudah melewati malam panas dengannya itu sudah kosong.
"Bastian,,?" panggilnya, berharap cowok itu masih ada disana.
"Apa dia baru saja dicampakkan,,?" Tristan terkekeh keras saat menyadari kalau dia baru saja di tinggalkan oleh partner sexnya.
Ini adalah pertama kalinya dia di tinggalkan, biasanya dialah yang akan meninggalkan partner sexnya.
"Ini menarik" bibirnya menyeringai tipis.
*
"Lo semalem ga pulang,,?"
Tangan Bastian berhenti menggosok rambut dengan handuk "Tau dari mana,,?"
Gandi menyodorkan ponsel yang sedari tadi bergetar, ada nama mami tertera dalam layar itu.
"Hangover, nginep di hotel" Bastian mengabaikan panggilan itu dan kembali sibuk mengeringkan rambut, baju serta celananya sudah berganti dengan pakaian milik Gandi, sahabatnya itu bahkan menatap tajam tadi saat dia menggedor pintu.
"Lo minum,,?" Gandi kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Iseng"
"Tumben iseng lo ga guna" Gandi menatap Bastian dengan mata setengah menutup, masih terlalu pagi untuknya bangun. Kalau saja sahabatnya tidak menggedor pintu kamarnya seperti orang kesetanan dia pasti masih menjelajah di alam mimpi.
Bastian tertegun, benar juga. dia bukanlah tipe orang yang akan lari ke minuman beralkohol kalau sedang ada masalah, hanya saja kemarin malam dia sangat ingin menumpahkan kekesalannya pada minuman beralkohol. melihat wajah tanpa dosa Akbar membuatnya sukses menumpuk emosi, apalagi saat Akbar dengan wajah datar meminta maaf tentang masa lalu yang katanya hanya kenakalan remaja yang belum bisa mengontrol diri, seolah dirinya yang di bully dan meninggalkan trauma mendalam baginya itu hanya hal wajar yang biasa dilakukan oleh anak-anak. Lalu apakah anak yang bunuh diri karena di bully juga termasuk hal wajar kenakalan anak-anak,,? Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran orang-orang yang mewajarkan pembullyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet You
RandomWARNING Cerita ini mengandung tema HOMOSEKSUAL bagi HOMOPHOBIC silahkan MINGGIR secara teratur jika tetap NEKAT membacanya saya Tidak tanggung akibatnya, itu Karena ulah kenekatan anda sendiri.....‼