LAKIK!!

156 25 4
                                    

hidup itu lucu, kadang yang dikejar malah pergi dan yang tidak disangka-sangka malah datang.

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

"dia yang nonjok saya duluan pak" Alefran menunjuk nunjuk Revan, Revan hanya menatap Alefran datar. Namun sambil mengepal tangannya.

"Apa alasan kalian berantem?" Tanya pak Tono

"Biasalah" sahut Alefran dengan sangat santai

"Diam kamu Le, saya nanya Revan!"

"Iya pak, maaf"

"Sekarang kalian saling minta maaf" perintah pak Tono membuat Alefran dan Revan membulatkan matanya sempurna.

"Dia yang salah pak, masa saya yang minta maaf? Ih gak mau gak suka gelay"

"Kalian LAKIK! Bukan sih? Masa LAKIK!! kayak perempuan yang gengsian?" Pak Tono menatap Revan dan Alefran. Membuat mereka berdua semakin ketakutan.

"Ayolah! Perilaku kalian ini udah ga patut di tiru, ga LAKIK!!"

"Nih guru kerasukan apa sih?" Cibir Alefran pelan, namun masih bisa di dengar oleh pak Tono.

"Alefran, kamu bukan LAKIKK! ya? Kok LAKIK!! suka nyinyir?" Ucap pak Tono tepat di depan wajah Alefran,membuat Revan tertawa kecil.

"Diem lo, gausah tawain gue!" Alefran menginjak kaki Revan tanpa ampun.

"Hey, kalian LAKIK!! kan? Ayo minta maaf! Atau saya kasih kalian hukuman" pak Tono menggebrak meja, membuat Alefran dan Revan tersentak kaget.

"Hukuman LAKIK!! pak?" Sahut Revan

"Bukan! Hukuman kalian cukup ikutan ghibah dengan guru perempuan" pak Tono menaikkan sebelah alisnya, Alefran hanya menatap pak Tono secara iba.

"Jangan pak, menghibah orang itu sarang dosa"

"Itu lagu kesukaan ibu saya" pak Tono menatap Alefran datar "AYO CEPAT MINTA MAAF! LAKIKK!! KOK SUSAH MINTA MAAF"

Alefran dan Revan yang kaget langsung refleks  bersalaman dan pergi dari ruang bk.

"Heran, emang ada ya? Modelan LAKIK!! kayak mereka berdua?" Gumam Pak Tono lalu kembali mengerjakan pekerjaannya.

Di luar kelas Alefran mengambil nafasnya gausar, sedangkan Revan malah menatap Alefran dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Lo belum menang!"

Alefran menyiritkan dahinya "gue jelas jelas ga salah, dan gue menang. Kenapa lo nyolot sih?"

Revan menarik kerah bajunya Alefran "kita tanding, balapan pulang sekolah! Gimana? Mau?"

"Menang? Sebentar, emang kita ada janjian buat ngadain perlombaan? Gak kan?"

"Gue cuma mau buktiin, sekuat dan se berani apa lo. Sampe sampe lo jadi pacarnya Caca" bisik Revan dengan nada meremehkannya.

Bukannya terbawa emosi, Alefran malah tertawa cekikikan. Tentu saja membuat Revan bingung.

"Lah, bocah malah tawa"Revan menatap Alefran dengan tatapan tidak bisa diartikan.

"Lo nge-remehin gue?  Sorry nih ya. Keahlian gue yang luar biasa ini gak akan gue tunjukin ke anak tk kayak lo. Ups tk? Teko lebih pantas" Alefran memasukkan tanganya ke kantong celananya dan berjalan meninggalkan Revan yang sedang mengepal tangannya karena tidak terima di bilang anak tk dengan Alefran.

Dengan emosi yang menggebu gebu, Revan membalikkan tubuh Alefran. Lalu memukul perut Alefran tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Bughh

ALEFRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang