Prolog

1.6K 152 19
                                    

Suasana setelah tengah malam sungguh sunyi. Hawa musim dingin turut menyelimuti hati Jungkook, yang tengah mengamati turunnya salju pertama tahun ini melalui jendela besar di hadapannya. la tidak terlalu suka malam-malam bersalju seperti ini, karena selalu mengingatkannya pada musim dingin ketika ia berusia sembilan tahun.

Jungkook merasa senang sekali sewaktu ia melihat turunnya salju hari itu. Namun bukan itu yang membuatnya takkan bisa melupakan malam itu.

Jungkook tidak bisa tidur karena khawatir dengan adiknya. Meskipun ibunya berkata bahwa semua akan baik-baik saja, Jung Hyun tetap sakit dan tidak bisa keluar dari rumah sakit. Sebentar lagi mungkin adiknya itu akan terus-terusan menangis dan menjadi sosok yang menyebalkan. Tapi tetap saja, ayahnya selalu berpesan bahwa Jung Hyun adalah adiknya yang lucu dan Jungkook harus menjaganya. Sedangkan ibunya berkata bahwa mungkin Jungkooklah yang bisa menyelamatkan adiknya. Oleh karena itu, darah Jungkook harus di ambil di rumah sakit dengan sebuah jarum besar. Meskipun merasa takut dan kesakitan, Jungkook bisa bertahan.

Setidaknya hingga malam itu.

Jungkook perlahan membuka pintu kamarnya dan berjalan turun ke ruang tamu. Secara otomatis, ia menghentikan langkahnya ketika mendengar suara ibunya yang meninggi. Ibunya terlihat sedang marah besar, sementara ayahnya tampak sedang membelakangi ibunya.

"Bagaimana kau tega berbuat seperti ini? Anak itu sudah hampir mati. Seandainya dia anak Ji Hye, apa kau juga akan tetap mengabaikannya?"

"Wanita itu tidak seperti dirimu," ayahnya membalas.

Tatapan ibunya langsung membeku saat mendengar ucapan sinis ayahnya.

Ji Hye. Sebuah nama yang sering sekali terucap dari bibir ibunya setiap ia bertengkar dengan ayahnya. Jungkook benar-benar membenci wanita yang bahkan tidak pernah ia temui itu.

"Di tengah situasi seperti ini kau masih membela wanita itu? Jadi urusan cinta pertama lebih penting daripada anak sendiri? Jung Hyun itu anakmu!"

"Anakku?"

Ayah Jungkook berbalik menghadap ibu Jungkook. Tatapan ayah Jungkook saat itu rasanya adalah tatapan yang paling menyeramkan selama ini. Jungkook bahkan sampai merasa napasnya berhenti ketika melihat ayahnya malam itu. Namun ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok ayahnya.

"Kau pikir aku juga senang melihat anak kecil itu menderita dan kesakitan seperti itu?"

"Kalau begitu, lakukanlah sesuatu. Apa pun itu."

"Apa yang harus kulakukan? Kau mau aku bersikap bagaimana? Padahal kemungkinan cocok sangat kecil, apalagi jika tidak ada hubungan sedarah. Lalu apa yang harus kulakukan?"

"Kau."

Ucapan itu sungguh sulit dipahami Jungkook. la hanya bisa melihat bagaimana ekspresi ibunya mendadak berubah pucat, sementara wajah ayahnya memerah menahan amarah. Hati Jungkook berdebar keras seolah ia telah merusak pena mahal milik kakeknya. Satu-satunya yang diketahui Jungkook saat itu adalah ia tahu bahwa ia mendengar sesuatu yang seharusnya tidak boleh didengarnya.

"Toh, Jung Hyun bukan anakku. Memangnya apa yang harus kulakukan? Aku sudah membiarkan anakku sendiri ditusuk oleh jarum besar agar bisa menyelamatkan anak orang lain. Apa kau tahu? Meski aku berharap sumsum tulang Jung Hyun dan Jungkook cocok, tetapi aku juga berharap sumsum tulang mereka tidak cocok?"

"Yeobo, Jungkook adalah anakmu."

"Bagaimana aku bisa memercayaimu?!"

Suara teriakan ayah Jungkook terdengar menyeramkan. Jungkook awalnya tidak memahami dengan pasti apa maksud ucapan ayahnya. la hanya tahu adiknya yang sakit ternyata bukan anak ayahnya, lalu , lalu dia....

"Awalnya kau juga berbohong kan, soal kehamilan Jungkook dulu."

"Tapi itu semua karena aku mencintaimu. Semua demi kebaikanmu."

"Jadi Jung Hyun juga seperti itu? Jangan bohong padaku. Sejak awal, semua bukanlah demi kebaikanku, tapi demi dirimu sendiri, kan? Kau ingin menjadi nyonya di keluarga besar pemilik perusahaan Myung Sang Electronic, kan?"

Jungkook merasa bulu kuduknya berdiri melihat tawa sinis ayahnya.

"Aku adalah wanita yang jauh lebih cocok untukmu daripada Ji Hye."

"Jadi itu sebabnya kau mengatur rencana ini dengan ibuku? Dengan mengatakan bahwa kau hamil?"

"Kejadian itu sudah berlalu lebih dari sepuluh tahun. Aku bahkan telah melupakan semuanya. Tidak bisakah kau juga melakukan hal yang sama?"

"Hebat sekali kau. Kalau begitu, biar aku mengingatkanmu. Aku tidak tahu apa yang ada di dalam minuman alkohol yang kuminum saat itu, tapi kau telah mengkhianati temanmu sendiri, sedangkan aku sudah mengkhianati tunanganku. Saat ini yang kulakukan hanya menjalankan tanggung jawab dan akan terus seperti ini untuk ke depannya nanti. Jadi jangan pernah berharap kau bisa mendapat pengakuanku sebagai istriku. Toh, pernikahan ini sudah direncanakan dan aku sudah cukup bersabar selama ini."

Jungkook kemudian mendengar suara pintu ruang baca yang dibanting dengan keras oleh ayahnya, disusul suara tangisan ibunya dari dalam ruangan itu.

Malam musim dingin dengan bulan bersinar terang pada saat itu merupakan sebuah malam yang cukup mengejutkan bagi Jungkook. Sejak hari itu, ia tidak bisa benar-benar menatap mata ayahnya.

OLD STORY | KOOKJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang