"kenapa kamu selalu memilih tempat ini? Ini Cafe milik Sekar,dia bisa lihat kita kapan saja kalau kita disini"protes seorang pria paruh baya itu pada wanita yang sudah dinikahinya lebih dari 25tahun yang lalu.
"dia gak akan ada disini,dia sibuk ada diperusahaan yang seharusnya sudah jadi milik kita"
"cukup berambisi dengan perusahaan itu,kamu bisa membangun usaha lain jika kamu mau"
"kamu pikir membangun perusahaan dan jaya itu mudah? kita bahkan gak punya modal,sedangkan perusahaan wanita itu sudah berjalan dan menjanjikan kedepannya,gak perlu kita pusing"
Betapa egoisnya seseorang kalau sudah berpikir seperti itu.
"Coba kamu pikirkan,berapa lama ayahnya membangun perusahaan itu hingga maju seperti saat ini? berapa banyak waktu yang dia habiskan untuk perusahaan? berapa uang yang habis untuk itu? dan kita datang untuk merebutnya? rasanya gak etis kita melakukan itu"
"sejak kapan kamu berpikir seperti itu? sejak kapan kamu menjadi memikirkan mereka? bukannya dari awal itu memang tujuan kita?"
"tujuan kamu"Abraham memberi penekanan."aku melakukannya karena janji ku untuk terus mengikuti mau mu,tapi sekarang aku lelah,aku lelah menjadi pengkhianat untuk anak dan istriku,aku lelah menjadi bajingan untuk mereka yang sampai saat ini masih memberiku hidup,andai saja mereka seperti kita,punya pikiran busuk seperti kita,mungkin aku yang gak berarti ini sudah tidak bernyawa "
"pengkhianat untuk anak istri? apa aku gak salah denger? kamu bilang anak dan istri? mereka? waaah!! kena petir dimana kamu?"Sintia agak tercengang saat itu.
"aku lebih merasa bahwa mereka lah anak dan istri yang sebenarnya,mereka lebih menghargaiku"
"kamu lupa bagaimana Zoya memperlakukanmu? dia sama sekali tak menganggap kamu sebagai ayah"
"itu karena aku yang bertingkah layaknya musuh buat anakku sendiri,aku yang menciptakan itu sampai dia seperti sekarang,semua salahku"Abraham tetap membela Zoya dan mengakui salahnya. Tetap saja,Sintia merasa tak terima dengan perubahan sikap suaminya itu.
Keduanya sedang sama-sama terdiam ketika Karina tiba.
"kenapa sangat mendadak bilang kalau ada di Jakarta? kan udah mama bilang,jangan dateng kesini,biar kami yang mengunjungi kamu disana"
"aku ini udah besar,sampai kapan aku terus di kurung di kota itu? lagipula tujuanku kesini bukan untuk bertemu kalian aja"
"jadi,mau apa kamu kesini? meminta uang lagi? Karina,dengarkan papa,sampai kapan kamu mau terus menerus minta uang sama orangtua? kuliahmu sudah lulus,carilah pekerjaan,hasilkan uang dari keringatmu sendiri"
Mendengar kalimat itu,Karina langsung merasa tak nyaman berada didekat orangtuanya. Selama bertahun-tahun bersama,bahkan kehidupan keluarganya tak seperti apa yang orang lain bayangkan. Harmonis? jarang sekali terjadi. Kumpul bersama dan makan bersama seperti saat ini sulit Ia jumpai,terkadang selalu saja ada ucapan yang tidak mengenakan hati ketika mereka bersama.
"papa mau membandingkan aku dengan anak papa yang satu itu? papa tenang aja,aku kesini memang akan pergi kerja juga"
"oya? dimana kamu keterima kerja nak?"ucapan Mamanya lebih baik walau selalu meminta nya dengan banyak aturan.
"kali ini,aku ingin benar-benar kalian menyetujui apapun yang aku ingin,aku gak mau selalu diatur kemana aku harus pergi"
"mau kemana kamu?"suara sang Papa menjadi lebih tegas.
"aku dapat tawaran pekerjaan ke belanda,dan aku bilang iya"
"lihat? bahkan anak yang selalu aku utamakan melangkahi keputusan ku"ujarnya kesal. "kalau begitu,apalagi yang mau kamu bicarakan? pergilah,kamu sudah putuskan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Brown Eyed Girl
RomanceCerita ini mengandung unsur GxG, read it or leave it, thank you ******************** "aku tau tentang lukamu, tapi bukan berarti semua yang ada didepanmu sama, aku beda, aku mencintaimu tidak berarti apapun tentang latar belakangku" ~Arika Juliana ...