Checkmate

231 43 4
                                    

Kembali dengan keadaan sangat monoton yang ada di kantor. Bicara soal kantor, Arika teringat sosok Ana. Menurut cerita Zidni, wanita itu pernah kerja disini, pasti ada oranglain yang juga mengenalnya disini.  Harusnya lebih mudah mencari informasi mengenainya.

"ciee, yang baru pulang liburan sama para bos, enak banget sih di ajak jalan-jalan sama mereka, ada hubungan apa lo dan bu Sekar dan Mba Zoya? Sampai disuruh ikut mereka pergi gitu"tegur Tiara, rekan kerjanya.

"gak ada ko, gue disana juga tetep kerja, biar lebih enak kominikasi aja sama bu sekar"jawab Arika. "oya, gimana keadaan kantor? Gue sempet denger bu Sekar sama mba Zoya ribut-ribut"

"oh, pasti soal bu Shintia itu,bawel banget sumpah,gue rasa dia mulai gak banyak bisa berkutik, jadinya dia cecar orang produksi sampai gak karuan"

"gue gak ngerti cara kerjanya gimana, kaya gak tertib banget"komentar Arika.

"dari dulu, gak kompeten dia, cuma pintar disatu titik, selebihnya nol besar"

"oya, ngomongin soal dulu, gue sempet denger ada karyawan nama Ana disini, kenal?"

Tiara segera melirik Arika agak heran. "darimana lo tau namanya? Oh, Bu sekar ya?"

"kurang lebih"

"dia dulu jadi admin produksi, anaknya pinter, teliti, cekatan, tapi selalu disalahin sama bu Shintia itu, sampai kena marah sama pak Abraham, padahal tuduhannya tuh gak bener, alur sebenernya bukan dia yang salah, tapi tetep aja dia yang selalu disalahin"

"ko gitu?"

"entah, mungkin karena pak Abraham tau Ana ada hubungan sama anaknya, jadi agak sedikit gak suka aja,gue sih liatnya kaya gitu"

"terus? Bu Shintia juga ikut-ikutan?"

"dia sih kompor, sengaja dia bikin Ana salah dimata orang-orang, biar keluar dari sini dan saudaranya yang gantiin, soalnya nih waktu Ana gak masuk 2hari gue denger kabar kalau bu Shintia mau cari penggantinya,dari situ gue mulai curiga"

"curiga soal?"

Tiara mencondongkan wajahnya dan berkata sangat pelan. "permainan dalam kecelakaan Ana,gue gak tau ini bener atau engga, tapi feeling gue bilang gitu"

"gue gak ngerti deh, gimana maksudnya?"

"gue gak sengaja denger omongan pak Abraham sama bu shintia, selain bu Shintia minta pengganti Ana, bu Shintia juga bilang, dia gak akan kembali, ngapain ditunda-tunda lagi? Terus kata pak Abraham, kita harus sabar, jangan terlalu kelihatan, bisa hancur semua"

Deg. Arika terhentak saat itu. Masa iya, Ana meninggal karena mereka. "ko lo bisa menyimpulkan kesana? Apa penyebabnya?"

"gue gak tau, tapi teman sebelah Ana pernah bilang, bu shintia kewalahan beresin laporan Ana yang terlalu valid, bisa jadi selama ini ada kecurangan yang dilakukan Bu Shintia dibagiannya, kedua pak Abraham gak suka dengan hubungan Ana dan Zoya yang bakal mencoreng nama baiknya,ketiga Ana mendapat hak atas saham dibengkel Zoya, harusnya Saham itu milik bu Jane karena dia yang ngasih modal, tapi bu Jane gak mau ambil, dan serahin haknya ke Ana, pak Abraham kan gila harta, pasti cemburu banget waktu tau dia gak dapet apa-apa"

"kalau mereka emang pelakunya, mereka gak punya hati"

"psikopat!"tambah Tiara. "gue sempet denger kabar terakhir waktu Jasad Ana di temuin, bener-bener gak manusiawi menurut gue"

"wajar Zoya gak bisa maafin kelakuan Ayahnya,apalagi kalau dia tau semua gara-gara Ayahnya"

"tapi kan itu menurut gue dan beberapa yang gue denger, belum tentu juga itu ulahnya, tapi kalau memang iya, bener-bener bajingan mereka"

Brown Eyed GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang