🐛LEMBAR 2🐛

4.9K 600 33
                                    

Selesai mandi dan memilih baju yang tepat, Azlan melompat ke atas ranjang. Mengambil boneka beruang yang tampak bulat. Azlan tersenyum lebar sembari mengelus bulu-bulu lembut bonekanya.

"Zizi anak Azlan yang paling unyu, Azlan sayang Zizi!" Azlan memeluk erat boneka beruangnya. Mungkin jika boneka beruang itu menjelma menjadi beruang asli, sudah pasti akan mati. Namanya mah pelukan maut Azlan, apapun yang dipeluknya pasti berakhir mati. Contohnya kelinci bunting pemberian Dirga di ulang tahunnya yang ke empat belas kemarin.
Azlan terlalu sering memainkan, memeluk erat kelincinya tanpa memberi kesempatan makan.

"Zizi, Azlan takut. Gimana kalau Ayah beneran jual Azlan? Azlan nggak mau Zizi. Azlan nggak mau pisah sama Ayah. Juga sama Zizi!" Azlan mengecup gemas puncak kepala Zizi. Tanpa tahu di luar, dibalik tembok, seseorang tampak meleleh karena rasa gemasnya melihat calon anaknya yang menggemaskan. "Shttt... Dengar! Bara, Syam, kepung kamar Baby Azlan. Biar Saya sama yang lain di sini. Siap-siap nangkep kalau Baby Azlan lepas dari kalian!"

Suara Dario sangat lirih. Membuat Azlan yang tenggelam dalam dunia bermainnya bersama Zizi, tak mendengar. "Zi, Azlan kangen Bunda. Zizi ingat gak, Bunda itu siapa? Ah, Zizi pasti lupa. Bunda itu, orang yang buat Zizi jadi boneka beruang gendut kesukaan Azlan, hahaha!!"

Azlan berhenti tertawa. Matanya melirik waspada, kala mendengar sebuah suara. Seperti suara langkah kaki yang begitu pelan.

Bukannya menjerit ketakutan, Azlan terpikirkan itu Dirga yang dipanggilnya tadi telah datang. Azlan menggendong Zizi, membawa Zizi keluar. "Ayah?! Ayah Azlan udah selesai mandi. Azlan mau main sama Ayah, ya? Jual Azlannya besok-besok!"

Azlan membuka pintu kamarnya yang setengah terbuka. Kepalanya menyembul lebih dulu. Menengok kanan-kiri.

Deg

"AYAH!!!!!!! AYAHH AZLAN MAU DICULIK!!" Azlan menjerit ketakutan kala Bara dan Syam mengunci pergerakannya. Karena panik, Azlan berontak. Membuat boneka Zizi jatuh di atas lantai. "AYAAAAAH! TOLONGIN AZ-Hmmmpfft!!!"

Dario membekap mulut dan hidung Azlan menggunakan sapu tangan yang sudah dibasahi cairan alkohol. Azlan mencoba berontak. Jantungnya berdetak lebih cepat, karena rasa panik. Pandangannya mendadak menghitam. Dan, dia mengantuk.

Dario melepaskan bekapannya. Memandang sebentar Azlan. "Bersiaplah pulang ke rumah baru. Ke rumah Daddy dan Mommy baru!"

🐈

Dirga berlari memasuki rumahnya dengan perasaan gusar. Anaknya dalam bahaya! Dirga tidak mau kehilangan lagi setelah kehilangan istrinya. Dirga sadar, Dirga salah memilih jalan. Di dunia ini, Dirga hanya punya Azlan. Begitu pula sebaliknya. Kenapa? Kenapa pikirannya dangkal dengan cepat memutuskan menjual Azlan.

"Rioo! Lepasin anak gue! Gue gak jadi jual dia, please!" Mohon Dirga dengan air mata berkaca-kaca. Melihat anaknya yang sudah tidak berdaya dipelukan Dario. Yaps, Dario sudah menggendong anaknya yang sudah tak sadarkan diri. Ataukah mati tinggal dipotong-potong?

Melihat kedatangan Dirga yang ingin merampas Azlan, membuat Dario mundur dan menghindar. Sebab, Dirga juga berniat merampasnya. Ada apa dengan sahabatnya? Biasanya kalau sudah mengambil keputusan, tak akan menyesal dan memilih kembali bertukar dengan yang lain. "Gak bisa! Lo sendiri yang milih buang ni anak dan uang dari Gue. Jadi Gue yang berhak tentang anak ini sama mbek-mbek lo. Entah itu nantinya mau gue apain, itu hak gue!"

Dirga menggeleng. Tidak, itu tidak boleh terjadi. Tapi bagaimana caranya agar Dario mau mengembalikan putranya? Mungkinkah dia jujur tentang status aslinya dengan Azlan. Baiklah, mungkin seperti itu perlu. "Rio. Gue mohon balikin anak Gue! Dia anak kandung Gue Rio!"

Dario berdecak. Sebenarnya dia sudah tahu tentang kebohongan yang satu ini. Jadi, tidak masalah kan, dia tetap kukuh membawa Azlan?

"Rio. Gue mohon. Gue cuma punya Dia setelah istri Gue meninggal!" Dirga yang mendapati Dario lengah. Dengan cepat merampas tubuh Azlan. Namun, naas. Dirga hanya mendapati kaki Azlan dalam genggamannya.

"HEH!! LEPASIN TANGAN LO!" Dario menjerit bak anak perempuan melihat Dirga yang nyatanya dulu sempat menjadi musuh bebuyutannya semenjak SD menyentuh kaki Azlan.

Dirga sontak menganga. Barusan itu teriak atau menjerit? Kenapa suaranya persis tikus betina kejepit?

"Ekhemmm hmm, anu... Maksud Gue, lepas! Jangan sentuh sentuh My Baby Azlan!" Dario seketika berdehem dan membenahi suaranya lebih tegas.

"GUE GAK MAU!! INI ANAK GUE! GUE GAK JADI JUAL! GUE KEMBALIIN NIH YANG SEKOPER LO!" Gemas Dirga dengan berteriak. Bahkan saking ganasnya, Dirga sudah mendapatkan Azlan. Menciumi pipi tembam Azlan. "Tenang ya, Azlan! Ayah gak jadi jual kamu!"

Dario seketika mendelik, melihat anak barunya dirampas dan koper uangnya tadi di tendang tepat mengenai kakinya. "Lakukan apapun, buat dia pingsan!"

Para bawahannya seketika mengangguk. Berlari mengejar Dirga yang sudah tua, kepayahan berlari sembari menggendong Azlan.

🐈

Wahh gelut nya cem kucing betina. Sampe jerit jerit kek gitu

Capricorn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang