Suara kicauan serta bau-bau sehabis hujan masih terasa padahal hujan sudah berhenti sejak dini hari tadi. Tapi pagi ini bau-bau yang menurut Tara enak di hirup masih terasa sampai sekarang.
Tara sudah sampai di depan pintu dan hendak memakai sepatu sekolahnya. Setelah Tara memakai sepatu ia akhirnya berpamitan dengan orang tua yang sudah ada di dalam.
Saat Tara ingin mengeluarkan motor nya yang ada di bagasi ada satu motor yang menghalangi jalan keluarnya motor Tara.
Ia sedikir menggeram, karena sudah seperti sejak kemarin-kemarin.
"Mas...motornya pinggirin! Aku mau ke sekolah." Ucap Tara sedikit teriak agar sang pemilik motor tersebut mendengarnya. Bukan, dia bukan kakanya melainkan tetangga yang sedikit menyebalkan karena setiap pagi selalu merepotkan orang.
Karena tak kunjung keluar, akhirnya dengan terpaksa Tara meminggirkan sendiri motor tetangga nya itu yang ukurannya lebih besar dari pada motor matic milik Tara.
Sudah Tara pegang stangnya dan Tara akan memajukan sedikit, tetapi sang pemilik malah keluar dan mengomeli Tara. "Hei, mau kau apakan motorku!" Ucapnya.
Tara berdecak sebal. Sudah berat motor ini pasti pemiliknya juga kebanyakan dosa.
Tara kembali menyetandarkan motor besar itu. Dan bergacak pinggang sembari memasang wajah yang ya...kurang enak di pandang lah.
"Lagian, kenapa sih setiap hari Mas Aziz tuh taruh motor di Deket bagasiku. Kan aku juga mau keluar." Protes Tara pada Aziz.
Aziz malah mengangkat alisnya. Dirinya di salahkan nih?
"Lagian kamu bangun bagasi kenapa di sebelah rumahku, kan sebelah rumahmu masih kosong tuh." Aziz tak mau mengalah ia juga sembari menunjuk tanah yang memang kosong di samping rumah Tara.
Tara kembali berdecak. " Ya! Mana aku tau tanya bapakku sana!" Ucap Tara.
"Udah deh, mending ini motor cepet buru di pinggirin! Aku mau keluar udah telat mau ke sekolah, emang Mas gak sekolah." Ucap Tara mengejek. Aziz tersenyum miring. Dirinya tidak sekolah? Hei bahkan Aziz sudah kerja dan kuliah dua hanya dua tahun karena mengikuti kelas akselerasi. Lebih pintar mana coba.
Tara bocah ingusan yang masih anak SMK dan masih magang pula.
Tak mau membuat keributan di pagi hari Aziz memilih mengalah dari Tara, bisa-bisa tetangga pada kumpul hanya ingin menonton pertunjukan gratis.
"Sudah tu sana keluar." Suruh Aziz setelah ia meminggirkan motor nya.
Tara melangkah mendekati motor matic dan mulai menstater. Tapi seperti ada masalah nih, ini memang benar-benar hari yang kurang baik untuk Tara.
Tara turun dari motor dan memasuki rumahnya. Tak lama kemudian Tara keluar lagi dengan laki-laki paruh baya alias bapaknya.
Bapak Tara mendekati motor Tara yang anaknya itu mengadu kalau motor ini susah untuk di hidupkan.
dan itu memang benar adanya.
Aziz yang sebelumnya sudah kembali masuk ke dalam rumah kini ia keluar lagi berniat untuk berangkat kerja, tapi bapak Tara memanggil dirinya. Karena ingin menghargai orang tua maka Aziz berjalan menuju Bapak Tara.
"Aziz, kamu bisa kan anterin anak Bapak ke sekolah habis itu ke tempat magang nya?" Tanya bapak Tara. Aziz yang memang paham betul apa yang di katakan bapak Tara tadi. Aziz sebenarnya enggan, tapi ini yang meminta langsung Bapaknya Tara jadi mau tidak mau ia harus mengangguki dan menyanggupi.
Tara yang mendengar bapaknya malah melototkan mata. Yang benar saja, tadi ia sudah marah-marah dengan pria ini tapi sekarang bapaknya malah meminta bantuan kepada Aziz.
Malu lah.
"Terimakasih ya Aziz. Bapak tinggal dulu." Aziz mengangguk tersenyum. Sampai kemudian pandangan nya jatuh kepada Tara yang cemberut.
"Kenapa gak mau? Yaudah sana berangkat sendiri." Ucap Aziz yang kini sudah standby di motornya.
"Mas. Mas ada motor matic gak sih yang kecilan dikit, ini aku pakek rok dan jilbab loh panjang juga yakali nanti pantat ku ke angkat gak lucu." Aziz melihat penampilan Tara dari atas sampai bawah.
Tara yang di lihati seperti itu merasa risih. Karena tatapan Aziz adalah tatap an seperti orang mesum, jadi Tara segera menutup kedua tangan di depan dadanya dengan menyilang.
"Ck. Ngrepotin, kalau gak bapak kamu yang nyuruh Aku ma ogah." Ucap Aziz. Dan akhirnya setelah perdebatan panjang Tara sudah naik ke motor Aziz yang sudah di ganti menjadi motor matic.
Di perjalanan hanya hening tidak ada yang memulai pembicaraan.
"Mas. Mas udah tua nikah sana, jadi perawan tua nanti." Akhirnya Tara memilih membuka pembicaraan terlebih dulu. Aziz tak mengubris, dia hanya memikirkan bagaimana caranya agar ia sampai ke tempat tujuan dan meninggalkan Tara yang cerewet nya Nauzubillah.
Tak mendapat kan respon apapun dari Aziz akhirnya dengan perasaan dongkol Tara memilih diam saja. Rasanya di kacangi sama lawan bicara tu gak enaknya melebihi sayur yang gak ada rasanya alias hambar.
Tak berselang lama, mereka sampai di mana sekolah Tara berada. Tara masuk dan ia hanya sebentar alhasil Aziz masih menunggu di depan gerbang.
Tak lama kemudian Aziz melihat Tara yang keluar dari gedung sekolah nya.
"Udah yuk berangkat ke tempat selanjutnya." Aziz hanya diam menuruti. Dia sudah lelah menanggapi berbagai ocehan yang keluar dari mulut Tara. Untung saja Aziz masih punya hati nurani.
Saat di jalan ada sedikit insiden terjadi.
Citttt ..
Aziz yang mengerem mendadak membuat Tara tidak sengaja memeluk Aziz dari belakang. Tara mengeplak punggung belakang Aziz karena sudah berniat modus dengan cara mengerem dadakan.
"Mas. Modus ya, ngerem mendadak, biar aku peluk gitu. Bukan Mahram mas sadar!"
"Ada kucing, gak usah geer kamu." Jelas Aziz pada Tara. Kalau gini benarnya Tara sudah kepalang malu, menuduh yang belum pasti.
"Harusnya tu kamu seneng bisa peluk aku dari belakang." Lanjut Aziz.
Tara berdecak bergidik ngeri. "Seneng gak, dosa iya." Aziz di buat jengah oleh Tara hari ini. Bukan hari ini saja tapi hari-hari sebelumnya hampir sama seperti ini tapi bedanya ini kali pertama bagi Aziz membonceng perempuan selain ibunya.
"Yaudah, emang kamu mau aku halalin biar gak dosa."
"Emang nya aku haram apa?" Nada tak suka keluar dari Tara, apa ia seburuk itu? Sampai - sampai dirinya di halal kan segala, seakan-akan dirinya itu adalah najis yang paling susah untuk di hilangkan.
"Ya udah aku nikahin beesok biar gak dosa sekaligus mendapat pahala." Aziz tidak bermaksud untuk melanjutkan perihal menghalalkan tapi mulut nya seakan tidak mau berhenti.
Tara yang mendengar tersebut tak lagi memikirkan nya ia hanya menganggap percakapan ini hanyalah sekedar omongan biasa dan tidak serius.
"Inget ya mas, aku masih anak kelas sebelas. Jangan jadi pedofil dong."
---Lima Langkah---
TBC
April 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Langkah [On Going]
Short StoryKata Tara, laki-laki yang tampan itu banyak tapi yang menundukan pandangan nya ketika bersitatap dengan perempuan itu langka. Tara kadang di buat kagum oleh tetangga nya yang jarak nya bahkan tidak ada 100M. Tapi juga kadang Tara merasa jengkel bang...