4

2 1 0
                                    

Assalamu'alaikum.
Selamat membaca, semoga suka. Jika ada typo bisa langsung di komen di bagian nya ya.

Menerima kritik dan saran, silahkan ke komentar langsung.

Terima kasih.

---LIMA LANGKAH---

Aziz duduk di kursi kerja nya sembari memandang Handphone yang ia genggam. Menunggu balasan dari Tara, sebenarnya saat Aziz tadi mengirim pesan ke Tara hanya sekedar kayak iseng aja gitu.

Tangan nya yang mau, padahal di hati Aziz gak ada niatan sama sekali untuk mengirimkan pesan kepada Tara.

Tapi setelah melihat beberapa balasan dari Tara di chat, membuat diri Aziz malah bersemangat untuk semakin menjahili gadis itu.

Bikin gemes.

Aziz tersenyum, bukan! Ia bukan sedang jatuh cinta. Hanya saja kini yang dirasakan oleh Aziz sekedar senang bisa menjahili patner debat nya(?)

Karena sudah kebanyakan ngalamun, Aziz memutuskan untuk menaruh handphone nya kembali dan memulai kegiatan nya bekerjaa untuk hari ini.

Jadi cowo gak boleh malas-malasan, nabung yang banyak biar bisa buat modal nikah.

Aziz dengan wajah serius membaca dokumen-dokumen yang sudah terpampang banyak di depan matanya. Kadang Aziz merasa cape banget, kerja kayak gini gak selesai-selesai.

Tapi Aziz seperti nya harus bersyukur, karena ia sudah mendapat pekerjaan yang layak. Tidak seperti orang-orang di luar sana, yang sampai saat ini masih menunggu panggilan kerja.

Lebih baik lelah bekerja, dari pada Lelah mencari pekerjaan.

Sekedar info, Aziz bekerja sebagai manager keuangan di salah satu perusahaan yang sudah memiliki banyak anak cabang.

Dan perusahaan itu sendiri, bergerak di bidang nya masing-masing dan berjalan lancar di berbagai kota.

Sedangkan Aziz sendiri, menjadi manager keuangan sudah lebih dari dua tahun sejak lulus kuliah. Dan langsung di boyong oleh perusahaan, karena pada saat magang Aziz salah satu mahasiswa yang sangat berkompeten.

Bunyi dering ponsel menganggu aktivitas Aziz dalam mengerjakan pekerjaannya. Di lihat, ada nama tertera Tara segera tanpa berpikir panjang Aziz segera mengangkat nya.

Sebelumnya tadi Aziz sempat berpikir, tumben banget ni orang.

"Assalamu'alaikum." Sapa Aziz terlebih dulu.

Tara tanpa menjawab salam dari Aziz langsung mengatakan apa tujuan nya menelpon tetangga nya itu.

"Mas. Kunci motor ku hilang." Lirih Tara di seberang sana. Aziz yang tidak tau menahu pun hanya mendengarkan nya saja.

"Kok bisa? Di inget-inget dulu."

"Hikss... udah, tapi tetap gak ada." Baru kali ini Aziz mendengar rintihan Tara, yang seperti nya memang sedang takut di sana.

"Ya Aku gak tau harus gimana Tara. Kan Aku masih kerja, dan gak tau sebelumnya kamu taruh mana itu kunci." Aziz mencoba menjelaskan dengan nada sehalus mungkin.

"Ya makannya bantuin! Aku telfon mas Aziz tu mau minta tolong! Tadi udah telfon bapak, tapi gak aktif. Sedangkan kalau ibu kan emang gak punya Hp."

"Mas Aziz masa gak mau bantuin sih! Ku bilangin Bunda mu nanti! Aku udah di luar nih, kantor magang ku juga sudah di tutup. Dan aku sendirian, Mas Aziz jadi laki tu peka sedikit bisa gak sih?!" Ucap Tara yang menerocos dengan nada yang tidak santai.

Aziz yang mendengar itu pun, harus sabar. Dia perempuan Aziz, dan perempuan itu selalu benar.

"Jadi mau nya gimana?"

"Pesenin ojol kek! Atau apa kek usaha dong!" Lagi-lagi Aziz harus mengelus dada nya sabar. Untung saja pekerjaan nya sudah hampir selesai tinggal beberapa saja, dan juga waktu sudah menunjukkan untuk pulang.

"Gak mau, Aku tau pasti kamu gak bawa uang kan buat bayar nya?" Tara berdehem membenarkan ucapan Aziz.

"Dan aku gak mau pinjamin kamu Uang, aku belum gajian."

"Gak nanya! Buru deh mas, aku udah capek ini mau rebahan!" Kalau bukan tetangga Aziz tidak bakal mau meladeni Tara sama sekali.

Dan keputusan akhirnya adalah, Aziz yang akan menjemput Tara, dan untungnya saja Aziz hari ini menggunakan motor matic jadi ya aman-aman aja.

Soalnya Tara gak mau di bonceng pake motor gede, biasanya kan cewe-cewe di sana lebih seneng yang gede-gede.

Tapi seperti nya Tara bukan cewe, nyatanya gak suka di bonceng motor gede.

Katanya, gak nyaman. Harus menahan pantat nya agar tidak merosot dan juga pinggang nya yang akan capek.

Gak tau lah, ribet.

***

Malu banget!

Tara rasanya ingin menghilang saja, tadi saat di room chat nya dengan Aziz ia menolak mentah-mentah ajakan untuk di jemput karena ia membawa motor sendiri, dan sekarang ia malah akan pulang bersama dengan laki-laki itu?

Ini semua akibat kuncinya yang tiba-tiba tidak bisa di temukan dalam tas nya, ia yakin dan ia ingat betul bahwasanya Tara menaruh kunci motornya di dalam tas dan tidak ia keluarkan sama sekali. Tapi kenapa bisa hilang?

Atau jatuh di tempat ia menaruh tas tadi? Karena tadikan Tara sempat buru-buru untuk duduk di kursi maka dari itu, ia tidak benar-benar melihat apakah kunci motor nya itu masuk ke tas atau tidak.

Tara menunggu Aziz di depan kantor Magang nya. Duduk di kursi yang memang sudah di sediakan untuk karyawan jika ingin bersantai di luar ketika istirahat.

Sudah lebih dari 15 menit Tara menunggu, tapi batang hidung Aziz tak kunjung nampak.

Dan setelah Tara bergumam kesal karena Aziz, tetangga menyebalkan nya itu datang.

"Lama banget sih!"

"Sabar! Aku naik motor, bukan terbang."

"Terus motor aku gimana?" Tanya Tara sembari menunjuk kan motornya di depan sana, dan Aziz melihat memang benar di sana hanya ada motor Tara.

Sudah sepi ternyata, apa selama itu Aziz? Jadi merasa bersalah.

"Taruh disini gak papa?" Bukannya menjawab, Aziz malah balik bertanya. Dan itu membuat Tara semakin berdecak.

"Jangan! Nanti di maling."

"Gak boleh seudzon!"

"Buka gitu. Aku hanya waspada mas, sekarang lagi musim pencurian. Kayak tadi ada mas-mas ganteng yang berhasil curi hati aku." Kali ini Tara berbicara dengan nada salah tingkah. Pasalnya, saat tadi Tara melayani customer ada laki-laki tampan dan suara nya tu keren banget.

Kali ini Aziz yang berdecak sedikit kurang suka, di depan Tara ada Aziz, masa ngomongin laki-laki lain.

"Ya udah! Motor kamu parkir di hotel sana aja, paling juga cuma bayar parkir perhari." Aziz berucap dengan nada datar nya. Mood Aziz entah kenapa saat ini kurang bagus, tadi pagi perasaan baik-baik aja.

"Katanya gak punya uang! Belum gajian." Aziz tak menjawab lagi. Ia turun dari motornya, dan berjalan ke arah motor Tara berada.

Kemudian Aziz menuntun motor tersebut dan berjalan ke arah hotel yang jarak nya hanya beberapa langkah saja dari kantor magang nya Tara.

Kurang peka apa lagi coba?

---LIMA LANGKAH---

TBC
Sab, 23 April 2022

5 Langkah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang