Hari Minggu di rumah Tara sedang di adakan kumpul keluarga rutin, yang pasti nya akan selalu di adakan satu bulan sekali untuk sekedar bersilaturahmi dan menjaga keakraban sesama.
Rumah Tara ramai, banyak saudara-saudara Tara yang datang. Ada yang menggunakan mobil dan ada juga yang kesini naik motor.
Seiring berjalannya waktu, hari mulai gelap langit sudah menampakan warna hitamnya dan kini para saudara Tara sudah kembali ke rumah masing-masing.
Tara membantu sang ibu untuk membereskan piring kotor dan gelas kemudian ia bawa ke wastafel untuk di cuci.
"Tara. Anterin ke rumahnya Tante Ani ya." Tante Ani adalah ibu dari Aziz yang rumahnya tepat di hadapan rumah keluarga Tara.
"Kok aku Bu, aku bersihin ini aja." Ucap Tara mencoba bernegosiasi dengan ibunya. Ibunya adalah cerminan dari seorang Tara yaitu sama-sama keras kepala. Kalau A ya A.
Akhirnya Tara memilih menyerah dari pada harus berdebat dengan ibunya dan berakhir panjang nanti nya.
Tara mengambil wadah Tupperware yang sudah ibunya siapkan dan pergi menuju rumah Tante Ani tentagganya yang hanya berjarak satu rumah lagi dengan tetangga lain.
Tak lama kemudian Tara sampai, ia mengetuk pintu sembari bersamaan mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam sebentar." Terdengar suara laki-laki dari dalam rumah.
Aziz yang melihat Tara sudah berada di depan pintu rumahnya mengangkat alis bingung. Tumbenan sekali.
Gak ada sangkut pautnya tentang pembicaraan halal kemarin kan?
"Kenapa?" Tanya nya to the point.
Tara Tak menjawab ia hanya menyerahkan Tupperware yang ia bawa ke hadapan wajah Aziz.
"Oh kirain mau nagih kemarin yang mau di halalin. Aku belum ada uang buat ke KUA masalahnya." Tara mendelik, hei! Bahkan ia tidak berharap dengan lelaki di hadapannya ini. Mengapa dia PD sekali mengatakan itu.
"Gak usah geer. Aku disuruh ibu, kalau gak di suruh ogah aku kesini." Jelas Tara.
"Mana Tante Ana?" Lanjut Tara bertanya pada Aziz. Aziz membuka pintu nya lebih lebar agar mempersilahkan Tara masuk ke dalam rumah dan bertemu ibunya.
Tara yang sudah paham akan pintu yang di buka lebar itu ia masuk kedalam tanpa mengucapkan salam lagi.
Tara melihat sekitar. Sepi, tidak ada orang. Ia menoleh kebelakang dan mendapati Aziz yang tengah bersender di tembok dan kedua tangannya bersilang di depan dada.
"Kok sepi." Celetuk Tara.
"Emang." Ucap Aziz dengan santainya. Aziz melangkah melewati Tara yang masih berdiri di ruang tamu.
Aziz mengambik wadah yang tidak terpakai atau sebut saja piring atau mangkuk lah.
Kemudian ia taruh wadah tersebut di meja ruang tamu.
"Taruh situ. Jangan manja! Taruh sendiri." Ucapnya pada Tara. Ini sebenarnya Tara itu tamu loh, kenapa di perlakukan seperti babu dengan Aziz. Tidak tau terimakasih.
Dengan gerakan cepat, Tara segera menaruh nya dan kemudian ia cepat-cepat keluar dari rumah yang berhawa permusuhan.
"Sudah itu. Bilang apa mas Aziz?" Tanya nya pada Aziz. Aziz hanya menatap datar kemudian mengucapkan kata terimakasih pada Tara.
Selanjutnya Tara sudah keluar dari rumah Aziz dan berjalan kembali ke arah rumahnya sendiri.
***
Di hari Minggu juga Tara selalu rutin untuk mencuci motor matic nya, agar glowing. Cukup wajah Tara saja yang seperti kentang, motornya jangan. Sebisa mungkin ia harus menjaga badan dan wajah motor nya itu tetap glowing Dan silau.
Tara bersenandung ringan, tangan nya sibuk memeras air sabun yang ada di spons dan ia sikat kan ke area motornya.
"Berisik!" Celetuk orang tiba-tiba. Tara yang tadi nya sumringah kini menampilkan wajah kusutnya. Tara menghiraukan ucapan setan lewat.
Alias Aziz."Udah mau Maghrib, anak kecil gak boleh keluar-keluar. Nanti di gondol Wewe gombel loh." Ucap Aziz yang merasa ucapan nya tadi tidak di balas dengan Tara.
Tara yang akhirnya jengkel, mengarahkan selang nya ke Aziz yang masih betah di belakang nya.
Aziz yang kaget pun berusaha menghindar dan mengambil alih selang dari tangan Tara. Tapi tidak bisa, Tara terlalu kuat untuk membalas dendam. Alhasil Tara pun ikut basah-basahan.
"Heh! Udah! Ini Maghrib Tara! Kamu mau Aku mandi lagi?" Tanya Aziz sewot. Tara tidak mengindahkan ucapan Aziz, tangan nya terus mengarahkan selang nya ke wajah dan pakaian yang di pakai tetangga menyebalkan nya itu.
"Bodo amat! Mandi tinggal mandi. Air banyak, Mas Aziz masa gak bisa bayar Air, kan udah KERJA." Ucap Tara yang kini malah semakin menambah kadar Air. Dan menekan kata "Kerja."
Orang tua masing-masing yang mendengar keributan di depan pun segera keluar.
Aisya, selaku Ibu dari Tara pun langsung melotot melihat dua manusia tidak beradab di depan sana. Maghrib-Maghrib malah asik pacaran.
Padahal gak tau aja, anak ibu itu yang mulai duluan.
"Tara! Nak Aziz! Kalian ini udah tau mau Adzan Maghrib malah asik pacaran!!" Ucap Aisya sembari mematikan Air agar Air itu tidak mengalir terus menerus.
"Aku? Pacaran sama dia? Amit-amit Ya Allah. Jangan." Ucap Tara sembari menunjuk Aziz. Bahkan kini nada berbicara Tara seperti memohon kepada sang pencipta agar tidak berjodoh dengan manusia meyebalkan seperti orang di depan nya ini.
Entah bagaimana jika ia benar-benar berjodoh, dan hari-hari nya akan seperti apa?
Kenapa malah jadi membayangkan?
"Bu. Anak Ibu yang sudah mulai duluan, Saya hanya menegur untuk tidak beraktivitas saat Maghrib." Ucap Aziz menjelaskan. Sudah dari kecil Aziz memang terbiasa memanggil Aisya dengan sebutan Ibu.
"Tapi dia ngatain Aku kayak Wewe gombel Bu!" Rengek Tara mencoba mencari pembelaan.
Karena terus menerus berdebat, Ibu dari Aziz pun mendekat. Karena sudah ia lihat dari jauh, mereka tidak akan pernah bisa di lerai.
"Sudah! Aziz kamu masuk mandi lagi! Tara, Aziz emang kadang suka usil jadi mohon di maklumi." Ucap Ibu Aziz.
"Tara kamu juga masuk! Mandi, dari sore di suruh mandi gak mandi-mandi!"
"Anak gadis kok malas." Kini gantian Tara yang di amuk dengan ibunya sendiri.
Sebelum benar-benar masuk ke rumah. Tara berucap, "Aziz di bilangin ya Tante jangan suka usilin anak gadis yang masih ting-ting ini." Kini ucapan Tara melembut, bodo amat dirinya tidak memakai embel-embel Mas.
"Ya sudah, besok kami nikahkan saja kalian berdua biar tidak di usilin lagi." Ucap Ibu Aziz yang di selingi dengan tawa dari Ibu nya Tara.
Tara mendelik tajam. Enak aja! Gak mau! Bisa suram nanti.
"GAK MAU! GAK MAU SAMA PEDOFIL KAYAK AZIZ JELEK!"
Sudahlah...
---LIMA LANGKAH---
TBC
APRIL 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
5 Langkah [On Going]
Short StoryKata Tara, laki-laki yang tampan itu banyak tapi yang menundukan pandangan nya ketika bersitatap dengan perempuan itu langka. Tara kadang di buat kagum oleh tetangga nya yang jarak nya bahkan tidak ada 100M. Tapi juga kadang Tara merasa jengkel bang...