[6] Sunset In the Corner Universe

667 99 56
                                    

Jungkook meringkuk nyaman di atas tempat tidurnya. Menggeliat beberapa kali, hingga selimutnya tersingkap. Mengekspose bebas dada telanjangnya yang tak tersentuh sehelai benang. Sementara di ujung cahaya, Jiseo berdiri memandang lelakinya dengan setangkai tulip merah di tangan kanannya. Terlihat, sebuah ikat menjuntai bebas melewati pundaknya seolah ia baru saja melakukan hal yang seharusnya tidak perlu ia lakukan. Kepalanya menoleh, mengamati matahari yang bergerak menciptakan semburat jingga keunguan di ufuk barat. Sejemang, ia menarik assimetris bibirnya lalu kembali mengawasi laki-laki yang nampak tak ingin diganggu tidurnya.

"Dia akan melihatmu, lalu membunuhmu."

Jiseo mengusap lembar demi lembar kelopak tulip basah nan beku tersebut.

"Ah, nampaknya aku harus makan sesuatu …,"

Lagi-lagi, seringai mengerikan itu mucul namun hanya sesaat ketika langkah per langkah kaki telanjangnya menapak pada ubin di bawahnya. Dingin, bahkan sanggup berubah menjadi es bila Jiseo ingin. Ia menyibakkan rambut ikal berantakan si pria. Meletakkan tulip di atas meja, dekat tempat tidur dengan aksen tua di depannya.

"Apa aku harus menidurimu sekarang, Jungkook?"

Pria berwajah tegas bernama Jungkook, mendesah. Napas hangatnya bahkan sanggup mencuri perhatian Jiseo untuk tetap mengawasinya tanpa lelah. Manik rusa itu lantas menampakkan pesonanya, diiringi keterkejutan yang ia tak pernah kira. Jungkook, pemuda dengan iris sehitam jelaga di hadapan Jiseo hanya sanggup menatap. Mengamati senyuman menyakitkan, yang terukir nyata di wajah wanita yang mengatakan bahwa ia menyukai Jungkook beberapa waktu lalu.

"Tidurmu nyenyak?" tanya Jiseo.

"Ah, maaf … aku tidak tau kalau …," Jungkook memperhatikan tubuh setengah telanjangnya. Mungkinkah …

"Kau pikir aku benar-benar menidurimu?" Jiseo terkikik, terdengar remeh meski tak masalah bagi Jungkook. "Aku tidak sejahat itu," lanjutnya.

Jungkook lantas membangunkan tubuhnya, membiarkan selimut berbahan satin itu jatuh dan mengekspos badan kekar terlatihnya. "Apa yang terjadi?" Jungkook bertanya.

"Tidak ada, hanya aku suka melihatmu saat tidur," ucap Jiseo. Ia mengusap dada Jungkook kemudian. "Sakit?" tanyanya.

"Masih bisa kutahan," lirih si pria.

"Hari sudah sore," Jiseo menoleh. Mengamati semburat lembayung yang berusaha menembus jendela di samping mereka. "Kau mau pulang?" tanya Jiseo.

"Kau mengusirku?" tanya Jungkook.

"Aku mengizinkanmu jika kau ingin tetap di sini, Jungkook," jawabnya ramah. Jiseo hampir beranjak kalau saja ia tidak ingat bahwa Jungkook terus mengawasinya penuh selidik. "Ada yang ingin kau katakan padaku?" Jiseo lalu bertanya.

"Sebenarnya, mengapa—kau memilihku?" tanya Jungkook.

Jiseo tersenyum tipis, mengusap pipi Jungkook lembut hingga anak itu bisa merasakan bagaimana tangan itu terasa sangat dingin layaknya hujan di musim salju. "Bukan aku, tapi semesta," balas Jiseo. Tubuhnya yang semakin dekat dengan Jungkook, meresonansi setiap gerakan yang ia buat. Selimut yang tadinya mengurung Jungkook lantas jatuh ke lantai dengan begitu mudahnya. "Aku sudah memberimu tawaran," kata Jiseo.

"Aku menolaknya, kau sudah dengar itu," kata Jungkook.

"Menolak karena penasaran atau ...," bibirnya terkatup sebentar, menunggu jawaban meskipun akhirnya ia meneruskan kalimatnya. "Menolak karena kau memang menginginkannya?"

"Jiseo—"

"Penasaran?"

"Tidak …,"

"Ah … ekspresimu mengagumkan sekali," Jiseo menautkan jari-jarinya sambil tersenyum lebar kala melihat Jungkook kebingungan mencari jawaban. "Meskipun melihat manusia sekarat lebih menyenangkan, tapi ekspresimu tak kalah dari itu, Jungkook," ujarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE HOSTEL : A Woman From The Past [Jungkook Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang