Jungkook masih terngiang dengan wajah perempuan bernama Jiseo yang tadi ia temui. Ia bahkan melupakan buku yang kini ia letakkan hingga menutupi mulut dan sebagian hidungnya. Matanya berkedip, seolah menghitung guguran daun yang jatuh menerpa wajah tampannya. Lelaki muda yang tengah menikmati udara sore sambil merebahkan tubuhnya di atas kursi dekat taman sebelah perpustakaan tersebut nampak santai saja. Ia bahkan memandang langit seperti kanvas kosong yang siap ia lukis.
Jungkook mendesah, angin baru saja bertiup menerpa helaian rambutnya yang mulai panjang. Aroma hujan dan musim dingin yang Jungkook hirup ketika berpapasan dengan Jiseo masih saja Jungkook ingat. Paras cantik dengan kulit tan kemerahan terpapar matahari yang sekarang memenuhi pikiran Jungkook. Terlebih lagi, mata indah sewarna dengan sunset yang tak bisa Jungkook lupakan. Tapi mengapa, setiap ia melihat wajah Jiseo dadanya terasa sesak. Sempit, bahkan udara seperti enggan masuk ke dalam paru-parunya. Jantungnya berdegup cepat, rasanya ia ingin mati saja saat itu.
"Jaman sekarang, mana ada penyihir… ."
Jungkook menggerutu, mengenyakan pikiran aneh yang berlalu lalang di otaknya. Terlebih mimpi-mimpi yang tak bisa Jungkook terima nalar yang sekarang menghantuinya. Jungkook tidak takut, hanya saja—
"Apakah dia ada hubungannya dengan semua ini?"
Anak itu nampak berpikir sebelum memutuskan untuk bangun dari kursi, menyisir rambutnya ke belakang kemudian sejenak termenung.
"Dia mahasiswa teknik, 'kan?"
Jungkook ingat dengan drafting tube yang Jiseo bawa. Hanya mahasiswa Teknik yang membawa perlengkapan merepotkan seperti itu. Jungkook berpikir sejenak lantas ia memasukan buku yang ia baca ke dalam tasnya sebelum berdiri dan melangkahkan kaki meninggalkan kursi kayu tua yang tadi ia duduki. Jungkook berjalan cepat, pergi ke gedung fakultas teknik mungkin adalah ide yang bagus untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan menyebalkan di otaknya. Ia menanyai satu per satu mahasiswa teknik yang ia temui. Ia juga memasuki beberapa kelas, berharap bahwa ia mendapatkan apa yang ia cari. Tapi semuanya nihil. Semuanya tak ada yang mengetahui dimana keberadaan gadis dengan rambut sebahu tersebut. Jiseo si musim gugur, gadis yang terlihat suram dengan tawa yang menyenangkan. Sampai…
"Jiseo?"
"Ya!" Jungkook mengiyakan seseorang dengan jawaban antusias.
"Seingatku tidak ada mahasiswa teknik bernama Jiseo," kata mahasiswi yang Jungkook tanyai.
"Bohong, aku baru saja—"
"Nama keluarganya? siapa tau dia ada di kelas lain," kata gadis itu.
Jungkook terdiam. Ia tak tau nama keluarga Jiseo. Mahasiswi dengan sepatu hak tinggi tersebut nampak menopang dagu, ia juga mengatakan bahwa ada beberapa mahasiswa yang bernama Jiseo.
"Jangan-jangan, Jiseo yang kau maksud itu gadis bermata coklat angkuh itu?"
"Angkuh?"
"Ya, jika dia yang kau maksud mungkin sekarang dia sedang berada di ruang kesenian." jawabnya.
Tanpa basa basi, Jungkook membungkuk berterima kasih kepada mahasiswi yang memberinya informasi. Namun, sebelum Jungkook pergi gadis itu nampak berbalik kemudian mengatakan pada Jungkook agar tidak terlalu dekat dengan Jiseo.
"Memangnya ada apa?"
"Gadis itu sepertinya penyihir, dia—dia terlihat menyeramkan bahkan tak banyak bicara. Semua orang tau itu," katanya.
"Maksudmu?"
"Terakhir dia membawa jantung ke dalam kelasnya, entah apa yang dipikirkan gadis itu. Dia selalu bilang kalau dia adalah penjaga,"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HOSTEL : A Woman From The Past [Jungkook Ver.]
FanfictionBOOK I: A WOMEN FROM THE PAST "Dialah sosok samar yang orang bilang hanya hidup dalam legenda." THE HOSTEL [Jungkook Fanfiction] BTS in AU! ⚠️ M Rated! Copyright by JS