Saturday Morning

480 76 12
                                    

"AKU IKUT JALAN - JALAN YA!!! "

Nana Adiwiyata Jaemin Satya yang baru saja bangun dari tidur lelapnya akibat handphonenya yang bergetar dari meja kecil di samping kasurnya hingga jatuh ke lantai itu berjengit, bahkan berhasil jatuh diikuti oleh selimut tebalnya yang masih menggulung nya seperti sebuah burito.

pemuda bersurai persis dengan milik Renjun itu memindahkan handphonenya di sisi telinga yang lain, "apa yang kau maksud, Mark? aku baru saja bangun tidur. jalan - jalan kemana? aku dan yang lain saja masih di rumah. "

"kata Jeongin kalian bakal jalan - jalan sama Hyunjin sama Dongpyo, aku sama Lucas ikut ya??? "

"aku tidak paham sedikit pun perkataan mu, manis. "jawab Jaemin, mulai bangkit dari atas tanah dan melemparkan begitu saja selimut nya ke atas kasur.

kaki - kaki jenjangnya yang berbalut celana pendek itu mengejang sedikit saat merasakan hawa dingin begitu ia keluar dari dalam kamarnya. rumah minimalis modern milik mereka bertiga itu masih tampak sunyi, hanya terdapat bunyi samar - samar dari ruangan televisi yang menandakan jika ada orang yang sedang menonton acara TV di pagi hari.

"ugh... masa kau tidak tau sih? Jisung akan jalan - jalan bersama Dongpyo. memangnya kau tidak di kasih tau oleh Renjun atau Jeno gitu? "

Pemuda jangkung itu menggaruk surai berantakannya dengan kebingungan, "tidak. aku tidak di beritahu. tunggu, biar aku tanyakan ke Renjun. nanti ku telepon lagi, okay? "

dengan itu kekasih Lucas yang berada di seberang sana tentu memekik dengan senang hati, panggilan tersebut terputus begitu saja saat Jaemin berhasil mencapai ruang televisi.

menemukan satu - satunya sahabat manis mereka tertidur dengan pulas di atas sofa, terhempit di antara punggung sofa dan juga tubuh mungil Jisung yang berbalut kan tangan kurus Renjun.

sahabat manisnya itu tampak sama sekali tak terganggu, ia malah mengeratkan pelukannya di atas tubuh mungil bocah tersebut.

"hey... wow? "Jaemin berjengit terkejut, tangannya secara otomatis memukul kepala Jeno yang tampaknya juga sama - sama baru bangun dari tidurnya. "sialan, jangan mengagetkan ku seperti itu brengsek. "

"tidak ada seorang pun yang berniat mengejutkan mu sialan. "hardik Jeno, kembali tersenyum dengan lembut saat menatap dua gumpalan daging menggemaskan yang masih terlelap di atas sofa.

"kita akan membangunkan mereka? "

"... Renjun saja lebih baik. "

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

pemuda cantik tersebut mecebikkan bibirnya malas, acara ini terlalu mendadak baginya. namun setidaknya mereka bisa mengabulkan permintaan Jisung, anak kecil itu sudah berbaik hati tidak merengek ingin bertemu orang tuanya selama seminggu ia bersama mereka.

ah ya... orang tua Jisung.

"apa yang tengah kau pikirkan?"sang kapten basket tersebut mendongak, menatap kekasih menjulang milik Mark yang saat ini tengah berdiri di hadapannya. menunggu teman - teman mereka yang saat ini tengah mengantri untuk membeli ice cream.

sang empu mengurut pangkal hidungnya lelah, "entahlah, hanya saja aku masih merasa bersalah terhadap orang tua Jisung yang bahkan kita tidak ketahui berada di mana. bagaimana jika orang tuanya sibuk mencari Jisung, menangisi anak mereka yang bahkan sampai saat ini tak ada kabar kehilangannya sama sekali. aku sudah melaporkan ini kepada polisi, namun tetap tidak ada informasi apapun. "

Raden Lucas Nathaniel Edjan dengan penuh iba duduk di samping lelaki mungil tersebut, tangan panjangnya ia angkat guna menenangkan Renjun yang saat ini hanya sibuk mengusap wajahnya dengan kasar seraya mendesah frustasi.

𝑩𝒂𝒃𝒚 𝑱𝒊𝒔𝒖𝒏𝒈?Where stories live. Discover now