How About Now?

1K 149 10
                                    

Lorong sepi menjadi latar belakang tempat dimana seorang Jeno Li Pamungkas tengah berlari kian cepat menuju ke tempat parkiran sekolah mereka. Tungkainya ia gerakkan semakin melebar, membuat larinya kian lebar nan jauh. Namun tampaknya ia memilih sebuah kesalahan untuk di belokan selanjutnya, dengan keras menghantam sesuatu atau lebih tepatnya seseorang yang tengah mengaduh.

Jaemin yang masih setia mengekori sahabat manisnya itu dengan reflek yang bagus merengkuh tubuh mungil yang akan jatuh ke belakang setelah menubrukan tubuh mungilnya dengan seorang pemuda jangkung yang sama - sama tengah mengerang kesakitan di lantai sekolah.

Tangannya yang besar terulur ke depan guna mengusap dahi yang tertutupi dengan surai pirang nan lembut milik Renjun. Tatapannya tetap tertuju kebawah, memandang sahabat jangkungnya yang lain.

"Pamungkas? "Suara bass yang sangat familiar di dengarnya itu membuat Jeno mendongakkan kepalanya, dengan cepat terburu untuk bangkit dan berdiri tepat di hadapan sahabat manisnya yang masih mengaduh kesakitan.

"Maaf! Aku tidak sengaja! "Pekiknya panik, tangannya ikut terulur ke depan, menyibak helaian - helaian lembut milik Renjun agar tersingkirkan. Menyisakan kedua kepingan hitam yang tampak berkaca - kaca.

Yang terhimpit hanya mengangguk pelan, kepalanya terlampau pusing untuk mengangguk atau sekedar mendongak guna melihat dua pemilik tangan besar yang sama - sama mengusap dahinya. "Ya, aku tau kau tak sengaja. "

Perlahan Renjun mulai melepaskan rengkuhan Jaemin, mengusap - usap dahinya sendiri dan menghela nafasnya. Ia menatap kedua sahabatnya dengan manik berkaca - kaca.

"Ini memar, aku akan pergi ke UKS terlebih dahulu. "

Jeno maupun Jaemin saling melempar pandangan, keduanya kembali menatap sahabat mungil mereka yang tampaknya sudah berjalan menjauh dengan sedikit sempoyongan.

"Kami ikut! "

♤ ♧ ♡  ♢ 

"Aduh! "Pemuda jangkung dengan surai pirang itu menghentikan pergerakannya sesaat setelah Renjun mengeluarkan aduhannya. Sebuah senyuman menenangkan terpatri di sana, bersamaan dengan tangannya yang bergerak mengompres memar ungu di dahi bersih sahabat manisnya. "Tenang, sebentar lagi akan selesai. "

Dengusan malas di keluarkan oleh pemuda manis itu, bibirnya mengerucut lucu. Menarik atensi lebih dari kedua sahabat tampannya yang diam memandang.

"Kalian tidak ada latihan tambahan? "Keduanya menoleh secara bersamaan guna menatap sang ketua OSIS yang nampaknya sibuk dengan ponsel yang tengah ia genggam. Tatapannya tak teralihkan sedikitpun dari layar terang tersebut, alisnya yang menukik tajam itu menunjukkan jika dirinya tengah serius dengan apa yang ia kerjakan di dalam sana.

"Ya seharusnya ada, tetapi kami izin terlebih dahulu. "Jeno mengangkat kepalanya, menelengkannya pula tanda jika dirinya tak paham dengan jawaban yang di keluarkan oleh Jaemin. "Ha? Untuk apa? "

"Untuk berbicara kepada mu. "Tunjuk Renjun, mengusap dahinya yang sudah di perban renggang oleh Jaemin. Kedua kepingan indahnya bertubrukan dengan milik Jeno.

Dengan kesal ia mendengus, "kami tak bisa menjemput Jisung pulang. Dan aku tau pasti kau juga mencari kami untuk berbincang tentang masalah ini. "

Jeno mengangguk pelan, tangannya ia jentikkan tepat di hadapannya. "Yap! Kau benar. Lalu bagaimana sekarang? "

Ketiganya terdiam, sama - sama larut ke dalam pemikiran masing - masing sebelum suara tepukan keras dari yang bersurai pirang dengan tubuh jangkung itu mengejutkan keduanya.

𝑩𝒂𝒃𝒚 𝑱𝒊𝒔𝒖𝒏𝒈?Where stories live. Discover now