Chapter 6 : Under Pressure

528 84 27
                                    

trigger warning : mention of sexual harassment, explicit violence

0o0

Kelip lampu warna warni.
Bising musik EDM yang memekakkan telinga.
Asap tembakau dari segala arah.
Kumpulan manusia datang tanpa henti.

Doyoung benci semua itu, kombinasi suasana club malam. Jika saja ia tidak berpapasan dengan Taeyong dan kekasihnya, Ten mungkin sekarang Doyoung sudah berada di dalam apartemen, bersih dari keringat serta sedang bersiap tidur. Bukan terjebak ditengah lautan manusia yang sibuk mengejar kepuasan duniawi seperti ini.

Ia menarik napas dalam, yang mana langsung ia sesali kala mendapati aroma rokok bercampur bau keringat dalam udara yang ia hirup. Beberapa kali ia mencoba menerobos keramaian ini, namun gagal sebab gelombang pendatang baru segera mendorongnya kembali ke dalam club. Doyoung kehilangan jejak Taeyong dan Ten, kini terhimpit diantara tubuh lengket yang berdesakan. Sendirian.

Bukan tanpa alasan club malam lebih padat dari biasanya. Festival pergantian musim kota Kromer sedang berada pada puncaknya. Pemilik club tersebut-Doyoung tak tahu apa nama tempat laknat itu- membawakan DJ terbaik untuk turut serta menyemarakkan malam yang dihiasi letusan kembang api, mengundang begitu banyak warga lokal serta wisatawan yang berkunjung. Orang-orang berkumpul dalam satu tempat, saling berdesakan sambil bergoyang menikmati alunan lagu yang diputar.

Doyoung mencoba menerobos orang disekitarnya untuk membuka jalan menuju pintu keluar, menggeser bahu mereka dan mendesak maju hanya berakhir  kembali mundur oleh orang lain. Kembali Doyoung mendorong, sebelum ia berhenti ditempat. Keterkejutan terpatri pada wajahnya.

Percampuran antara perasaan tak mengenakkan, jijik dan takut  menerjangnya kala ia merasakan sebuah telapak tangan perlahan hinggap pada pinggulnya. Posisinya terlalu rendah untuk dianggap sebagai gestur sapaan. Lalu usapan kecil dengan makna ganda, sesekali memberi remasan pelan.

Refleks pertamanya adalah menepis tangan kurang ajar tersebut lalu menampar si pemilik.

Akan tetapi dalam kondisi seperti ini; diapit terlampau rapat dan hampir tak dapat bergerak lebih membuat refleksnya tertahan. Sambil menahan napas dan keinginan untuk muntah, ia menoleh ke samping dan mendapati seorang pemuda tersenyum miring padanya,  menggenggam botol minuman berakohol. Sedangkan tangan satunya masih setia mengusap pelan pinggul Doyoung, kini mulai turun menuju bokongnya.

Dengan cepat ia berbalik, berusaha menjauhi pemuda mabuk itu. Namun lengannya ditarik, membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh dalam rengkuhan pemuda itu. Punggungnya menabrak dada pemuda dibelakangnya.

"Lepas," desisnya, menarik lengannya dari cengkeraman pemuda asing.

Tubuhnya semakin dirapatkan, hingga ia dapat mencium aroma alkohol yang begitu menyengat dari hembusan napas pada lehernya. Rahangnya mengeras ketika merasa kecupan basah pada tenguk menjalar hingga bahu.

Doyoung menyikut pemuda tersebut tepat pada perutnya. Membuatnya mengerang pelan.

"Hei, jangan kasar begini manis," bisiknya -mencoba terdengar- seduktif.

Sambil bergidik Doyoung kembali meronta, menyikut sembarang arah dan mendorong tubuh yang seolah menempel dengan erat padanya. Bukan suatu hal yang disukai pemuda itu, sebab ia segera melingkarkan tangannya pada torso Doyoung.

Gerakannya semakin tertahan dengan posisi lengan pemuda itu, mengunci pergerakan dengan baik meski tangannya memegang botol.

"Brengsek, lepas!" Kali ini Doyoung membentak, masih berusaha melepaskan diri.

Rontaan Doyoung tidak mengganggu si pemuda sama sekali. Pemuda itu terkekeh, mendekati telinga Doyoung dan berbisik,

"Puaskan aku dulu manis,"

6 Feet Under [JaeDo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang