Chapter 1 : Someone

1.8K 137 3
                                    

Suara singkat yang nyaring memekakan pendengaran pemuda tersebut. Langkahnya terhenti tepat  di depan pintu usang itu. Ia cukup yakin penghuni lantai tujuh hanyalah dirinya sendiri, setidaknya sampai dua hari yang lalu. Manik kelamnya menatap pintu itu dalam diam. Kembali terdengar suara nyaring yang bahkan dapat ditangkapnya dari luar kondominium tersebut. Ia melirik jam tangannya; waktu menunjukkan pukul setengah duabelas. Malam.

Orang macam apa yang sibuk pada jam-jam seperti ini? Pemikiran itu membuatnya semakin meresa penat, setelah seharian sibuk berkutat dengan segala tetek bengek urusan di restoran. Keinginannya hanya kembali masuk apartemen, membersihkan diri lalu berbaring istirahat demi mengisi ulang tenaganya yang akan dikuras habis lagi keesokan hari. Bekerja mengumpulkan uang untuk menyambung hidup di Ibu Kota yang sudah menjadi rutinitasnya. Melakukan siklus sama berulang kali dalam kemonotonan hidupnya.

Pemuda itu terjengit kaget ketika pintu dihadapannya seperti terbentur sesuatu dari dalam.  Seolah tetangga barunya sedang bergulat -atau digulat- dengan orang lain. Dobrakan kembali terdengar, kali ini disertai ketukan panik dalam ritme semakin meningkat. Kedua alis pemuda itu bertaut, membuatnya bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di balik pintu jati itu.

Setengah logikanya menolak keinginan hati untuk menolong, mengingat bagaimana pria tampan yang tinggal di seberangnya itu bersikap saat pertama kali mereka bertemu. Namun Doyoung hanyalah seorang anak muda yang masih memiliki sedikit hati nurani dan banyak rasa penasaran. Ketukan terdengar dari arah luar, dengan tangan Doyoung yang menggantung tepat di depan pintu. Menghentikan sejenak apapun kegiatan tetangga barunya.

Hening merayap pada lorong temaram itu.

Lama Doyoung berdiri menanti jawaban atas ketukannya. Hingga akhirnya ia menghela napas kesal, lantas berbalik dan memasuki apartemennya dengan bantingan pintu yang terdengar sepanjang lorong lantai 7. Persetan dengan tetangganya itu, tubuhnya letih dan mendamba istirahat pada kasurnya. Bodoh sekali dirinya membuang waktu mengkhawatirkan orang asing yang bahkan tak memiliki sopan santun seperti pria baru itu. 

Lantai kamar mandinya yang tak berdosa menjadi target landasan untuk melempar buntelan kemeja dan rompi formal dari seragam restorannya. Jika Doyoung berada dalam sebuah film animasi, akan tergambar kepulan asap keluar dari kedua telinga imbas dari emosinya yang terus melunjak. Bahkan sepanjang air shower mengguyurnya, mulutnya tak henti-henti mengumpat dan mengucap segala sumpah serapah yang entah ia tujukan pada siapa.

Setelah melewati aktivitas membersihkan diri sekaligus mendinginkan kepalanya -benar-benar mendinginkan diri, salahkan penghangat air yang rusak- pemuda berparas manis itu segera membanting diri ke atas kasur. Gumaman senang mengalun dari belah bibirnya, merenggangkan tubuhnya sejauh yang ia sanggup sambil menguap lebar. Lampu kamarnya kini padam, menyisakan temaram dari layar ponsel yang sedang menampilkan aplikasi alarm. Tak lama, sebab Doyoung segera menyelimuti diri dan mencari posisi paling nyaman untuk terlelap. Dengkuran halus terdengar, menjadi bukti bahwa pemuda itu sudah memasuki alam mimpi dengan tenang.

0o0

Kericuhan dapur sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Doyoung. Koki dan pelayan seperti dirinya yang sibuk bergerak hilir mudik untuk mengambil atau mengantar sesuatu guna melaksanakan pekerjaannya. Beruntung hari ini ia mendapati jatah di balik wastafel besar yang terletak paling belakang dalam susunan tata letak dapur besar ini, jauh dari gangguan pekerja lain. Membersihkan puluhan piring, gelas dan berbagai macam peralatan makan lainnya sepanjang hari. 

Pengalaman sebelumnya selama tiga bulan ia memperkerjakan dirinya di restoran milik sang  kakak tidaklah mencerminkan bagaimana ia sanggup menjalani semua daftar pekerjaan yang diembannya. Kinerjanya setara dengan seseorang yang telah terjun dalam bidang ini selama lebih dari lima tahun. Tak sedikit rekan sesama pelayan memujinya dan menitipkan pekerjaan mereka -baca : membiarkan Doyoung mengerjakannya dan mereka memakan gaji buta- pada Doyoung. Salah satunya Taeyong. Jarak usia satu tahun dengannya tidak membuat pemuda nyentrik itu merasa berat hati saat meminta pertolongan pada Doyoung.

6 Feet Under [JaeDo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang