warning : explicit violence
°°°
"Mana dia?"
Demi mendengar suara baritone dari sosok lain disana, Doyoung segera memejamkan matanya dengan erat. Bahu pria yang membawanya menjadi tempat kepalanya bersandar, sebisa mungkin tampil selayaknya orang pingsan.
Kini dengan satu inderanya tertutup, Doyoung dapat merasakan sekitarnya setingkat lebih peka dari sebelumya. Termasuk hawa panas yang datang dari arah pintu yang masih terbuka.
ia hampir terlonjak kaget dalam ketakutan begitu pintu terbanting. Lengan pria jangkung itu segera meremat kakinya, mengingatkan untuk tetap bersandiwara.
"Aman, dia masih belum sadar,"
"Lekas keluar, van hitam seperti biasa. Persefoni mulai bergerak."
Tubuhnya sedikit terguncang, hangat dan udara segar menyapa tubuhnya setelah beberapa langkah. Dapat ia dengar sayup-sayup pekikan marah disusul letusan senjata, kemudian suara keras berasal dari arah belakang.
Namun sebelum Doyoung dapat memberi respon, sosok yang membawanya berhenti. Kedipan kendaraan yang ia kira adalah van yang dimaksud terdengar, sebelum dengan hati-hati pria yang menggendongnya meletakan Doyoung pada jok belakang. Pintu kembali terbanting bersamaan dengan guncangan pelan pada van.
'Apa pria tadi benar-benar akan menolongku?'
Dalam posisi berbaringnya berbagai macam pertanyaan memenuhi pikiran Doyoung, cukup banyak untuk mengalihkan fokusnya hingga tak menyadari mobil van yang ia tumpangi sudah mulai berjalan.
Ketika hembusan angin pendingin dalam mobil mengenai tubuhnya, Doyoung tak dapat menahan diri untuk tidak menggigil. Tampaknya gerakan tubuhnya diperhatikan oleh sosok disamping kursi kemudi, ditandai dengan pertanyaan yang ia lontarkan.
"Apa dia masuk daftar putih?"
"Tidak," pria yang membawanya segera menjawab, "dia tak sengaja melihat eksekusi mata-mata kemarin jadi boss.. begitulah,"
"Benarkah? Sayang sekali, padahal dengan rupa seperti itu pelanggan akan semakin banyak berdatangan,"
Perkacapan mereka sedikit menarik perhatian Doyoung, terlebih dengan topik yang menyangkut dirinya. Pelanggan? Daftar putih? Boss?
"Dengan senang hati aku akan menghabiskan berjuta-juta hanya untuk satu malam dengannya, apapun resikonya," bahkan dengan mata terpejam Doyoung hampir bisa mendengar bagaimana sosok itu tersenyum miring ketika mengucapkan kalimat tersebut, yang semakin membuatnya merinding.
Pria jangkung hanya mendengus geli mendengar perkataan kawannya.
"Hati-hati dengan ucapanmu, boss mendengar semuanya,"
"Ah, kau terlalu membosankan untuk seorang Arcadia,"
"Dan kau terlalu liar untuk ukuran anak baru,"
Keheningan kembali mengudara, hanya menyisakan deru mesin pendingin serta kedipan lampu sen.
Namun keheningan itu terpecah, sama halnya seperti jendela kaca kursi samping pengemudi. Teriakan kaget dari sosok yang duduk disana terendam letusan pistol. Mobil sedikit terguncang saat pintu penumpang dibuka, membiarkan sosok itu keluar terjatuh. Lalu aroma karat mengudara, menusuk penciumannya.
Sepanjang itu Doyoung semakin meringkuk ketakutan di kursi, berusaha memeluk diri dengan gerakan yang tak begitu kentara. Ia hampir menjerit saat mendengar suara pistol. Sepanjang itu juga mobil tak berhenti, terus melaju seolah tak terjadi apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
6 Feet Under [JaeDo]
FanfictionBXB | JAEDO | MATURE | MAFIA | ACTION In which Doyoung, an overworked waiter encounter the Capo of Persefoni in undeniably bad terms. JaeDo, with some other pairs Start : 27/6/21 Fin :