*bagian yang italic adalah flashback*
°°°
"DOYOUNGIEE HYUUUUNG!!"
Pekikan nyaring yang langsung dikenalinya menjadi pembuka hari baru ini, sama seperti empat hari sebelumnya. Doyoung menghela napas berat sambil memejamkan kedua matanya erat. Pijatan frustasi ia berikan pada dahinya yang entah untuk alasan apa terasa lebih pening dari biasanya.
Lengan pemuda itu kini merangkul Doyoung dengan erat, sedikit mengguncangnya dengan rasa gemas. Sedangkan yang dihimpit tubuh besarnya hanya dapat memasang wajah lelah.
"Ayo, nanti terlambat," ujar Jungwoo dengan riang, tangannya menggenggam erat milik Doyoung.
Ia rasa sepupunya ini memiliki energi positif yang tak sengaja diberikan Pencipta dalam dosis besar. Tubuh kurusnya mengikuti langkah gembira Jungwoo, sedikit terseret sebab kakinya berjalan dengan malas menuju halte bus.
Sudah hampir seminggu sejak kejadian ia dikejar lalu diantar sekelompok Persefoni, dan empat hari terhitung setelah ia tak sengaja bercerita pada Jungwoo kala pemuda jangkung itu mengunjungi rumahnya. Sepupunya memberikan reaksi yang cukup aneh baginya.
0o0
"Kau gila?? Kenapa hyung baru bercerita sekarang?"
Mata bulat Jungwooo membola; tampang yang seharusnya terlihat menyeramkan malah tampak menggemaskan bagi Doyoung."Kau tak pernah bertanya," jawab Doyoung acuh, "toh nyatanya aku sampai rumah baik-baik saja,"
"Bukan begitu, astaga hyung,"
Dapat ia lihat Jungwoo mengacak surai pirangnya dengan penuh frustasi. Tindakannya mengundang raut bingung pada wajah Doyoung.
"Memangnya ada masalah? lagipula kenapa kau sangat pedu-"
Satu jari menahan laju kalimatnya. Kedua manik itu menatapnya, terdapat kecemasan pada binarnya.
"Berhenti berpikir kau tak perlu diperhatikan hyung," ujarnya, menatap Doyoung dalam, "kau tahu kan hanya ada hyung dan aku di Kromer, aku tak mau ada diantara kita yang terluka,"
"Terluka dalam konteks?"
Bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan hembusan napas keras dari Jungwoo.
"Persefoni itu," ujarnya sebelum Doyoung sempat berucap, "bisa dibilang mimpi terburuk di Kromer,"
Kini yang lebih muda beralih menggenggam bahu Doyoung, seolah hendak memastikan setiap perkataannya tercatat dengan baik dalam ingatan payah sang kakak.
"Persefoni itu kejam hyung,"
Mulut Doyoung hendak berucap namun telunjuk Jungwoo kembali membungkamnya.
"Hyung lebih baik tidak tahu apa-apa dan menghindar saja,"
0o0
'As if menghindari rasa penasaran semudah itu,' batinnya kala mendudukkan diri pada kursi bus.
Ia melirik pemuda yang baru saja melintas dalam benaknya. Sepupunya itu tampak menikmati pemandangan sekitarnya, terlihat sumringah kala mendapati anak-anak berseragam sekolahan menyapa. Beberapa diantara mereka bahkan berkedip genit pada Jungwoo-yang direspon dengan baik olehnya-, mengingat paras manis si pemuda Kim itu jarang ditemui dalam kendaraan umum.
Bukan tanpa alasan dua Kim bersaudara berada dalam bus menuju tempat kerja Doyoung. Jungwoo bersikukuh untuk terus menemaninya selama perjalanan ke restoran untuk satu minggu ke depan. Setelah melewati perdebatan panjang dengan Doyoung perihal tersebut, keduanya sepakat untuk berangkat dengan bus, lalu pulang menaiki motor Jungwoo-yang anehnya tiap hari berubah. Namun Doyoung tak mau ambil pusing, selama ia bisa sampai rumah lebih cepat tanpa mendengar banyak ocehan Jungwoo. Ia setuju saja dengan opsi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
6 Feet Under [JaeDo]
FanfictionBXB | JAEDO | MATURE | MAFIA | ACTION In which Doyoung, an overworked waiter encounter the Capo of Persefoni in undeniably bad terms. JaeDo, with some other pairs Start : 27/6/21 Fin :