Tak terasa ternyata kelas terakhir hari ini berakhir lebih cepat. Semuanya langsung keluar dari kelas dan kembali ke asrama untuk beristirahat.
Sama halnya denganku, aku meregangkan otot-otot ku yang terasa kaku sambil berjalan di Koridor sekolah yang mulai sepi. Lagi - lagi, aku selalu menjadi yang terakhir keluar kelas.
Lelah. Satu kata itu terus memenuhi benak ku sedari tadi. Memang siapa yang tidak lelah setelah seharian menguras otak di dalam kelas yang terasa pengap.
Baru saja aku melangkahkan kaki menuruni anak tangga depan gedung, aku mengangkat wajahku dan malah menatap manik abu - abu eyden secara tidak sengaja.
Eyden ? kenapa laki - laki itu bisa ada dimana - mana. Sekali lagi aku menoleh dan terkejut saat mengetahui kalau eyden sedang menatapku intens dan dengan langkah lebar nya ia berjalan kearah ku.
Aku makin mempercepat langkah, menoleh ke kiri dan kanan untuk mencari seseorang yang mungkin dapat membantu ku saat ini. Bagaimanapun aku harus bisa menghindar darinya.
"Kak arsa! " Panggil ku setengah berteriak.
Kak arsa yang merasa terpanggil menoleh dan melambaikan tangannya. Aku berlari cepat kearahnya, melirik sekilas ke belakang dan mendapati posisi eyden yang jaraknya semakin dekat.
"Hei zena, kau kenapa? "
"Ah, tidak, tidak ada" Aku menggeleng cepat tapi sepertinya jawabanku itu malah membuat kak arsa menjadi tambah penasaran.
"Lalu? Ada apa? " Lelaki itu mendesakku untuk menjawab pertanyaan nya . Aku kembali melirik ke belakang, eyden tampak seperti elang yang hendak menangkap mangsa saja saat ini.
"Kak tolong aku! "
"Hm? Bagaimana aku harus menolong mu? " Baru saja aku ingin mengutarakan maksud ku, suara yang familiar itu terdengar tepat dari belakang ku membuat ku terdiam.
"Hai"
Terlambat, terlambat sudah, apa yang harus kulakukan sekarang.
Aku bersembunyi di belakang tubuh kak arsa untuk mencari perlindungan, melihat tatapan yang dilayangkan oleh eyden membuatku sedikit takut dan membuatku terus menunduk.
Kak arsa menaikkan sebelah alisnya melihat tingkahku tapi sepertinya pria itu cepat tanggap dan mulai mengerti dengan situasi yang terjadi.
"Ada apa?" Tanya kak arsa to the point.
"Boleh aku berbicara dengan zena sebentar ?" eyden balik bertanya, menatap tak suka pada kak arsa yang terus mengamit tanganku.
"Pacarku sedang sakit, mungkin lain kali"
"Pacar ? setahuku zena tidak punya pacar" eyden bertanya dengan intonasi suara yang tenang dan santai. Setidaknya eyden bisa mengendalikan dirinya karena yang terlihat dari sifatnya ia adalah tipe yang tidak sabaran.
"Hal ini tidak perlu di ketahui oleh semua orang bukan ?" Ucap kak arsa dengan senyum meremehkannya, aku makin mengeratkan genggaman tanganku pada pria yang terus memancing emosi eyden, jika kak arsa terus berulah, aku yakin akan terjadi pertengkaran antara kedua pria ini.
"Sudahlah, aku hanya ingin berbicara dengan zena-"
"Dan aku keberatan jika kau ingin berbicara dengan pacar ku" kak arsa memotong ucapan eyden begitu saja, aku mengangkat kepalaku untuk melihat perubahan raut wajah eyden, dan benar saja, pria itu tengah menahan emosinya habis - habisan.
Aku kembali memberi kode agar kak arsa berhenti memancing eyden dan pergi dari sini saja.
"Tapi sepertinya zena tidak keberatan" eyden menoleh ke arahku lalu tersenyum tipis. Aku beralih menunduk, tak ingin bertatapan dengannya lebih lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between us [On Going]
Romansa----- "Long time no see you Zena" Sapanya. Aku mengerutkan keningku, dari caranya menyapa, sepertinya ini bukan kali pertama ia bertemu denganku, tapi aku tak ingat pernah bertemu dengannya sebelumnya. "Who are you? " Tanyaku. Ia tersenyum ke...