01 || Yes, Di DO!

4.5K 431 32
                                    

"Ish Papi! Bikin kaget aja, kalok anak mu yang gemoy ini jantungan gimana?!".
Kesal gadis tersebut mendongak menatap wajah tampan Papinya.

Arsel yang mendengar ucapan sang anak, langsung saja menyentil mulut anaknya. Membuat sang empu mengaduh sakit.

"Kok di sentil sih Pi?".dumel Lea mengusap mulutnya baru disentil.

"Habisnya mulut kamu yang nggak nggak aja! Emang kamu mau apa jantungan? Nggak kan".ucap Arsel galak membuat Lea mecebikkan bibirnya.

"Papi kok udah pulang? Tumben, biasanya sore kalok nggak malam".bingung Lea mengubah topik.

"Ya Papi kan mau full time sama anaknya Papi yang gemoy ini! Lagi pula kantor kantor Papi, jadi suka suka Papi dong mau kerja apa nggak. Bos mah bebas".
Ujar Arsel sombong membuat Lea memutar bola mata malas.

"Udah aki aki pun masih sombong".cibir Lea yang dibalas pelototan tak terima.

"Heh! Papi masih umur 35 tahun you know?!".ujar Arsel mendorong pelan kening anaknya.

"Ish dorong dorong segala".desis Lea.

"Oh ya! Kamu ngapain tadi ngendap ngendap kayak maling?".tanya Arsel teringat sesuatu.

"Hehe, mau ngecosplay jadi maling".
Cengir Lea yang langsung dihadiahkan sentilan oleh Arsel.

"Ish Papi suka banget sentil sentil!".desis Lea cemberut.

"Habisnya kamu aneh aneh aja".ujar
Arsel mengedikkan bahu acuh, berjalan kearah sofa ruang tamu. Karena posisi mereka masih berada di depan pintu.

"Gimana sekolah kamu? Masih berulah?".
Tanya Arsel serius, Lea yang melihat Papinya sedang serius pun segera ikut duduk di sofa juga.

"Masih kok Pi".jawaban santai dari sang anak membuatnya geleng kepala heran.

"Papi heran deh sama kamu, dalam tiga bulan ini kamu sudah lima kali pindah sekolah. Kamu gak capek pindah pindah sekolah aja?".ujar Arsel memijat pelipisnya.

Lea menggeleng pelan "Aku gak capek Pi. Itu adalah kesenangan aku, dari situ aku merasa gak kesepian lagi".ucap lirih seraya menunduk.

Arsel yang melihat binar ceria tersebut redup pun langsung saja berjalan kearah anaknya, duduk di sebelah anaknya.

Lea mendongak saat merasa ada pergerakan disebelahnya, mata coklat terangnya bertemu dengan manik mata tajam Papinya yang selalu membuat wanita diluaran sana klepek klepek melihatnya.

"Maafin Papi".ujar Arsel membawa Lea kedalam dekapannya.

Bisa dia rasakan bahwa anaknya menggeleng lirih seraya berucap "Ini bukan salah Papi, tapi ini udah takdir".

Arsel mengelus rambut anaknya sayang
"Yaudah kamu ganti baju gih! Papi mau ajak kamu jalan jalan".perintahnya kepada sang anak, agar sang anak tak terlarut dalam kesedihan.

Bisa dia lihat binar ceria kembali muncul "Beneran Pi?".tanya Lea antusian yang dibalas anggukan.

"Yes!, kalok gitu aku ganti baju dulu ya Pi! Bye Papi gantengnya Lea!".ujar Lea mencium pipi Papinya, dan segera berlari ke kamarnya yang berada di lantai tiga.

Arsel terkekeh kecil melihat kecerian anaknya kembali, "Anna, lihat anak kita. Dia sudah tumbuh menjadi gadis cantik yang ceria seperti mu".

Tak mau larut dalam kesedihan, Arsel beranjak dari duduknya. Untuk bersiap siap pergi berjalan jalan bersama anak kesayangannya.

"Perfect".ucap Lea saat melihat tampilannya di depan kaca.

Dengan hoodie warna baby blue kebesaran, celana jeans selutut yang tertutupi hoodie karena sangking besarnya. Sepatu sneakers putih, dan yang terakhir sling bag berwarna putih.

Vereleya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang