Di teriknya matahari siang, dengan langit yang cerah, awan awan yang hanya sedikit menampakan wujudnya. Tampak 15 remaja sedang berdiri di tengah lapangan, mereka sedang menjalankan hukuman akibat ide gila dari salah satu remaja tersebut.
Mulut dari gadis mungil yang berdiri di tengah tengah mereka tak henti hentinya mengkomat kamit dan menggerutu kesal, karena dirinya yang juga terseret dalam hukuman tersebut padahal mah dia tidak ada dalam kelas saat ide gila itu terjadi.
"Gak capek mulutnya goyang goyang gitu".celetuk Seno yang berada di sebelah Lea.
Lea menatap Seno garang, matanya mendelik tajam dengan alis menungkik, "Diem deh! Gara gara lo, gue juga ikut terseret kan".galak Lea.
Bukannya takut, Seno malah gemas melihat gadis yang berada di sampingnya.
"Oh ya? Kan gue gak ada nyeret lo tadi".tanya Seno pura pura seolah tak tau karena dia ingin menggoda gadis mungil yang jika sedang kesal pasti akan menggemaskan
"Ish iya, gara gara lo! Gara gara ide lo! Gue juga terseret huaaa, padahal tadi gue gak ada di kelas".pekik Lea dengan bibir melengkung kebawah.
"Siapa suruh lo juga mau masuk kelas, jadinya kenak seret kan".seru Cepi yang juga ikut menggoda.
"ISH HUAAA, KESEL KESEL KESEL!!".
Lea menghentak hentakkan kakinya dengan bibir mengerucut, jangan lupakan mata yang berkaca kaca karena menahan cacing yang sedang meronta ronta untuk di beri asupan.Mereka semua terkekeh melihat wajah menggemaskan milik Lea "Duh gemes banget sih degem gue".ujar Wahyu mencubit pipi Lea.
"Ish jangan dicubit cubit, nantik tambah melar!".kesal Lea namun tak dihiraukan sang empu.
"Gue juga mau dong nyubitin pipi Lea, supaya makin melar".sahut Rista setelah Wahyu selesai mencubit pipi Lea.
Lea yang melihat Rista berjalan kearahnya, langsung saja berlari kearah Sefa yang berada di depannya. Bersembunyi di badan pemuda tersebut.
Sefa yang melihat itu menggelengkan kepalanya "Babang Sepa liat tuh, masak pipi gue mau dicubit lagi sih".adu Lea seperti anak kecil mengaduh ke Ayahnya.
"Siapa suruh jadi orang itu gemesin".
Ucap Sefa santai.Lea menggembungkan pipinya dan beralih berjalan kearah sang ketua kelas yang berada di samping Sefa, menarik ujung seragam sekolah Radit yang mengundang tatapan gemas semua teman sekelasnya.
Fyi, kelas Lea alias IX IPA 3 ini hanya berisi 15 siswa, yaitu 8 siswa dan 7 siswi termasuk Lea. Ntah siapa yang membuat kelas itu yang hanya memiliki 15 siswa, sedangkan kelas yang lain siswanya rata rata 30 an.
Raditya, sang ketua kelas menundukkan kepalanya menatap wajah menggemaskan Lea, menaikkan alisnya menanyakan 'ada apa?'.
"Babang Radit, masak pipi Lea dicubitin. Kan sakit, terus nantik tambah melar".adu Lea dengan nada ngerengek.
Radit terkekeh kecil, mengusak rambut Lea gemas "Habisnya lo gemesin sih, jadinya pengen nyubit aja bawaannya".
Kekeh Radit.Lea yang mendengar itupun merenggut kesal. Help Lea, dia sudah sangat kesal ditambah dengan cacing yang sudah meronta ronta diperutnya.
Kriukkk kriukkk
"Setdah, suara perut siapa tuh?".kaget Danu.
"Gue kenapa? Gak sukak".ketus Lea.
"Setdah ketus amat neng, jan ketus ketus dong".genit Danu yang dibalas delikan kesal.
"Dih bisa aja lo playboy".seru Jerino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vereleya [On Going]
أدب المراهقين"Kalian siapa sih? Seenaknya ngeklaim gue jadi adik kalian?". "Kita adalah abang kamu! Dan kamu adalah permata kita!". ••• "Ihh Elsa! Lo kenapa sih, kok jadi posesif kayak gini?". "Karena mulai sekarang lo jadi adik gue!". Apa jadinya Geng motor Del...