"Ibu ... Ibu!" Aku mencoba menghampiri Ibu yang sudah tak bernyawa. Namun, Ji Eun terus menghalangiku menyentuh Ibu.
"Bong Yi, jangan! Tunggu sampai polisi datang." Ji Eun memelukku erat .
"Ji Eun ... Ibu ... Ibu!" Aku hanya bisa terduduk lemas, menangis sejadi-jadinya. Aku merasa diriku ini sudah mati saat melihat Ibu tergeletak bersimbah darah.
Saat para polisi tiba, seseorang membantu menenangkanku, dia adalah Paman Cha Hee Jun--seorang detektif sekaligus teman Ayah.
Dia memelukku dengan erat. Namun, pelukkannya tak cukup membuatku tenang. Aku kehilangan seorang Ibu dengan tak wajar. Aku tak bisa mengendalikan emosiku dan dada ini terasa sesak.
***
Samar-samar aku mendengar tangisan seorang gadis. Perlahan, kubuka mata dan melihat Ji Eun sedang menangis di sampingku.
"Ji Eun ...."
"Kau sudah sadar, Bong Yi." Ji Eun memelukku erat. Di sebelah Ji Eun, berdiri Paman Cha Hee Jun. Mereka berdua terlihat cemas.
"Paman, bagaimana dengan Ibuku?"
Paman Cha terdiam. Ia tak menjawab dan malah menundukkan kepala di depanku. Apa arti sikap Paman Cha ini?
"Paman, kenapa Paman diam! Siapa pembunuh Ibuku!" Aku membentak Hee Jun yang masih tak menjawab.
"Bong Yi ... kasus Ibumu mungkin adalah kasus bunuh diri."
Apa yang dikatakan Paman Hee Jun tidak mungkin. Ibu tidak mungkin mengakhiri hidupnya sendiri. Ibu adalah wanita yang kuat, bahkan aku tak pernah mendengar Ibu mengeluh.
"Tidak! Paman pasti salah! Paman pasti salah! Ada aroma mint di dapur, aku yakin orang itu membunuh Ibuku."
Tak dapat menerima kenyataan inilah aku sekarang. Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tak bisa percaya kalau Ibu mengakhiri hidupnya.
"Bong Yi, kau harus tenang. Ibumu akan bersedih jika melihatmu seperti ini," ucap Ji Eun seraya menyeka air mataku.
Aku memeluk Ji Eun dengan erat untuk melepas kesedihan. Sekarang, apa aku harus percaya dengan semua kata-kata Paman Cha?
Tidak! Aku harus temukan siapa pembunuh Ibuku.
***
Pemakaman telah dilaksanakan. Aku duduk di depan makam Ibu. Tak pernah sekalipun aku membayangkan hal seperti ini akan terjadi pada Ibu.
"Ibu, aku minta maaf. Aku sungguh minta maaf." Aku kembali menangis sejadi-jadi di depan makam Ibu.
Di tengah kesedihanku, Paman Cha datang menghampiri. Ia menaruh bunga lili biru di atas makam Ibu. Bunga lili adalah bunga favorit Ibu.
"Bong Yi, seseorang ingin bertemu denganmu di kantor polisi, dia orang yang bisa menjawab keraguan soal kasus ibumu," ucap Paman Cha.
"Benarkah, Paman?"
Paman Cha mengangguk, akan tetapi raut wajahnya tak sedikitpun menunjukkan kelegaan. Apa arti ekspresi Paman Cha?
Saat sampai di kantor polisi, aku melihat seorang pria berkaca mata sedang duduk di depan salah satu detektif. Ia tertunduk dan menunjukkan raut wajah sedih saat melihatku.
Pria yang terlihat seumuran dengan Paman Cha itu menghampiri dan langsung menangis di hadapanku. Ia terus mengucapkan kata "maaf" padaku.
"Anda siapa? Kenapa minta maaf?" tanyaku penasaran.
"Bong Yi, dia Tuan Joo Woo Seok. Dia teman ayahmu di laboratorium. Dia juga ...."
"Juga apa, Paman Cha?" Aku masih berusaha sabar saat Paman Cha masih diam tak melanjutkan ucapannya.
"Aku minta maaf, Nona Oh Bong Yi." Tuan Woo Seok kembali meminta maaf dengan uraian air mata.
"Kenapa tak ada yang jawab! Apa kau yang membunuh Ibuku?" Aku mulai emosi pada pria tua itu karena dia ataupun Paman Cha tak ada yang menjawab pertanyaanku.
Perlahan kutodongkan belati yang diam-diam aku bawa saat kemari.
"Bong Yi, tunggu! Kau harus sabar. Turunkan pisaumu! Tuan Joo adalah orang terakhir yang bertemu dengan ibumu tapi dia bukan pembunuh."
Aku tidak percaya dengan ucapan Paman Cha. Aku terus menodongkan belati pada Tuan Joo. Aku tak peduli dengan para polisi yang berusaha menghentikanku.
"Hentikan, Bong Yi." Seseorang dari arah belakang tiba-tiba mengunci tubuhku dengan lengannya dan Paman Cha merebut belatiku.
Sialan!
"Lepaskan aku! Aku akan bunuh dia yang membunuh Ibuku."
"Bong Yi, tenang! Ini aku Cha Yo Han. Tenanglah, sekarang ikut aku, ayo."
Aku terpaksa mengikuti Cha Yo Han karena ia masih mengunci tubuhku dengan lengannya. Paman Cha juga mengikutiku dan Yo Han menjauh dari Tuan Joo yang masih menangis dan terus meminta maaf.
"Bong Yi, duduklah dan dengarkan aku," ucap Yo Han sembari memberikan minuman padaku.
Aku tak menghiraukannya dan masih merasa emosi dengan pria tadi. Siapa yang tak emosi jika bertemu pria yang sudah membunuh ibunya?
"Dengar! Aku dan Detektif Cha sudah melakukan penyelidikkan tentang kasus ibumu dan kami menyimpulkan bahwa, ibumu bunuh diri."
"Kau sama dengan Paman Cha! Kau mengenal Ibu tapi kau tetap yakin kalau Ibu bunuh diri? Yo Han, kau itu sudah Ibu anggap sebagai anak Ibu sendiri, tapi apa sekarang? Dan pria itu juga orang terakhir yang bertemu Ibu, itu artinya dia pembunuh!"
"Dia bukan pembunuh!" bentak Yo Han padaku.
"Dia teman ayahmu, dia datang untuk memberitahu kalau ayahmu memiliki banyak hutang padanya dan saat dia mengetahui kau adalah peserta kompetisi violinist, dia berniat untuk menagih. Dia hanya menagih dan tak memaksa untuk mengembalikan semua uangnya, ia hanya berharap kalian mau mengembalikan uang itu walau sedikit," sambung Yo Han.
"Tidak mungkin!" bentaku pada pria yang juga berprofesi sebagai detektif itu.
"Semua keterangan yang dia katakan sesuai dengan bukti yang kami temukan. Kami menemukan buku harian ayahmu, di sana ayahmu mencatat seluruh hutangnya pada Tuan Joo. Di sana tercatat sekita sepuluh juta won dan itu juga sesuai dengan keterangan Tuan Joo."
Aku masih tak percaya dengan penjelasan Yo Han. Aku bahkan tak pernah tahu jika Ayah punya buku harian, Ibu juga tak pernah memberitahuku.
"Cobalah untuk memahami, Bong Yi. Tidak ada tanda kekerasan di jasad ibumu. Ini murni bunuh diri."
Ya, tidak akan ada yang percaya dengan keyakinanku. Aku putri Ibuku, aku sangat tahu sifat Ibu. Apapun yang aku katakan juga tak akan mereka hiraukan. Jadi, untuk apa aku tetap di sini.
"Bong Yi, ayo aku antar pulang." Paman Cha menawarkan diri untuk mengantarku pulang.
"Tak perlu. Aku bisa pulang sendiri."
Aku pulang dengan taksi. Untuk apa mereka mengantarku pulang padahal mereka tak peduli padaku. Rasa sedih dan sakit hati membuatku membenci semua orang.
Aku menghentikan taksi di jembatan Mapo. Terlintas dipikiranku untuk mengakhiri hidup di sini. Ya, lebih baik aku menyusul Ibu. Udara di sini membuatku yakin untuk melenyapkan diriku sendiri di sini.
"Apa kau tidak rindu samgyetang? Ayo makan samgyetang denganku."
Aku menoleh ke arah kanan dan melihat Jung Ba Reum di sana. Dia pria yang mengajak makan seseorang yang ingin mengakhiri hidup.

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Scandal
ActionOh Bong Yi memiliki impian menjadi violinist terkenal. Ia harus mengubur mimpinya demi mengungkap fakta kematian sang ibu. Takdir mempertemukannya dengan Jung Ba Reum, pria malang yang kehilangan sang kakak. Mereka saling menguatkan dan bekerjasama...