Ruangan Rahasia

2 1 0
                                        

Aku masih tidak mengerti. Bagaimana ponsel Ibu ada pada Ba Reum. Benarkah dia yang membunuh Ibu?
Aku harus mencari tahu kebenarannya.

Ponselku berdering, tanda panggilan masuk. Rupanya Cha Yo Han yang menelepon. Tak biasanya dia menelepon pagi-pagi.

"Bisakah, kita bicara di luar, Bong Yi," ucap Yo Han di telepon. "Aku ada di luar rumahmu," sambungnya.

Kenapa dia tak masuk dan malah menyuruhku menemuinya di luar? Suaranya tadi juga terdengar tak biasa, seperti suara orang yang sedang putus asa.

Saat membuka pintu, Yo Han masih berdiri di sana dengan mata berkaca-kaca. Aku tak tahu alasan apa yang membuat dia berkaca-kaca.

Pria di depanku ini menatap mataku intens. Mulutnya seperti hendak berbicara sesuatu, akan tetapi susah untuk mengucap.

"Oh Bong Yi ... maaf aku kasar padamu akhir-akhir ini," ucapnya dengan suara bergetar. "A-aku ... melakukannya karena aku membenci diriku sendiri yang tidak bisa menjagamu dan Ibumu. Amarah itu adalah luapan penyesalan dariku. Aku sungguh minta maaf," sambung pria itu lagi.

Aku memahami Yo Han, bahkan akupun bersikap anarkis saat bertemu Tuan Joo Woo Seok karena emosi. Aku juga melakukan itu karena rasa bersalah pada Ibu.

"Kenapa tak bicara seperti ini kemarin? Kau memberikan sarapan untukku tapi seolah hari sebelumnya tak terjadi apa-apa."

"Aku ingin berbicara kemarin, tapi ada pria lain yang datang. Kalau begitu, apa kau mau memaafkanku?"

"Yo Han, kita ini teman. Aku tidak punya alasan untuk tidak memaafkanmu."

Yo Han tersenyum di depanku. Pria yang selalu baik padaku muncul lagi dalam diri Yo Han. Sebelumnya, aku dan Yo Han tak pernah bertengkar. Dia selalu menuruti dan setuju dengan semua kata-kataku hingga Ji Eun dan In Beom menjuluki aku dan Yo Han sebagai "sweet couple".

Aku kembali termenung setelah Yo Han harus kembali ke kantor karena ada kasus baru. Aku kembali memikirkan cara untuk mengetahui bagaimana ponsel Ibu bisa ada di rumah Ba Reum.

Aroma mint yang tercium di dapur saat itu menguatkan dugaanku kalau Jung Ba Reum adalah pembunuh. Aroma itu juga sama persis seperti aroma proa yang tak sengaja bertabrakan denganku di hotel RV.

Jadi, sebenarnya siapa Jung Ba Reum? Bahkan saat aku hendak mengakhiri hidup, dia ada di sana.

Menghabiskan waktu seharian untuk melamun, itulah yang aku lakukan sekarang. Sesekali, bayang-bayang Ibu melintas di pikiran. Tawa, nasihat dan pelukannya yang hangat membuatku rindu.

Entah dari mana, sebuah rencana terlintas di pikiranku. Bagaimana jika aku meminjam pistol Paman Cha untuk mencari tahu kebenaran tentang Jung Ba Reum. Aku yakin, cara itu pasti berhasil, tetapi Paman Cha pasti tak akan meminjamkannya, apalagi itu juga berbahaya bagi kariernya.

Jika aku membuat Paman Cha mabuk, pasti pistol itu mudah kupinjam. Ya, aku harus buat dia mabuk, lagi pula Paman Cha suka minum.

Bagai takdir mengiyakan rencanaku, tanpa diminta, Paman Cha datang ke rumah dengan banyak makanan dan tentu saja minuman.

Setiap kali senggang dalam pekerjaan, Paman Cha selalu menghabiskan waktu dengan minum. Ia tak punya keluarga karena ia sendiri belum menikah. Malang memang nasibnya, ia terus mengabdi untuk menyelesaikan berbagai kasus kriminal, tetapi dia sendiri malah belum menikah.

"Bong Yi, kau tahu? Aku tidak butuh istri, lagi pula aku sudah punya anak yaitu dirimu. Kau sudah seperti anakku sendiri. Tapi, aku baru tahu jatuh cinta itu menyakitkan." Paman Cha mulai mencurahkan isi hatinya padaku.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Paman?"

"Dulu ... saat aku tahu ibu dan ayahmu saling mencintai, aku merelakan mereka, walau sakit, aku tetap bahagia. Tapi sekarang, rasanya sangat sakit. Aku belum menyatakan cinta padanya, tapi dia akan menikah dengan orang lain."

Jadi, ini semua karena patah hati. Siapa wanita yang membuat Paman Cha patah hati. Aku tak pernah melihatnya bersama wanita.

Malang sekali, Pamanku ini. Melihatnya seperti ini membuatku iba.

Sementara Paman Cha sudah tidak sadar karena mabuk. Aku mulai mencari pistol yang biasanya dibawa oleh Paman Cha. Namun, anehnya aku tak menemukan benda itu, yang aku temukan adalah belati yang kemarin Paman Cha ambil dariku.

Tak ada pistol, belati juga aku rasa cukup untuk membuat Ba Reum mengaku. Ya, aku harus ke sana sekarang.

Jam menunjukan pukul tujuh malam. Aku langsung bergegas mendatangi Ba Reum. Semoga saja dia ada di rumah. Aku lupa meminta nomornya, jadi aku tak bisa memastikan keberadaannya.

Saat sampai di depan rumah Ba Reum, pria itu langsung keluar begitu aku membunyikan bel seakan dia tahu aku akan datang.

Aku mengikuti langkah Ba Reum yang menyuruhku masuk. Perlahan tapi pasti, aku todongkan belati ke arah belakang Jung Ba Reum. Seketika Ba Reum menghentikan langkahnya.

"Siapa kau sebenarnya? Kenapa ponsel Ibuku ada padamu? Apa kau yang membunuh Ibuku?" tanyaku seraya menunjukan ponsel Ibu yang kubawa.

"Turunkan belatimu dulu, baru aku beritahu," ucapnya dengan tenang.

Ia terlihat tenang. Sangat tidak wajar jika seseorang yang tiba-tiba ditodong belati bisa setenang ini.

"Kau pikir aku gadis bodoh, yang akan melepasmu tanpa jawaban."

"Dengar, aku tak akan lari. Aku akan jawab, tapi turunkan belatimu. Jika kau melukaiku, kau akan dapat masalah kriminal."

Dia terdengar seperti pria baik yang peduli padaku. Nyatanya, dia pria misterius yang mungkin adalah pembunuh Ibuku.

"Jelaskan saja, jangan banyak bicara!" Aku sedikit membentak Ba Reum.

"Baik, ikuti aku."

Aku mengikuti Ba Reum. Ia menuntunku ke arah sebuah ruangan di bawah tangga rumahnya.

Aku sangat terkejut saat melihat isi ruangan ini. Banyak foto-foto wanita, ada pula foto-foto orang yang kukenal salah satunya foto Tuan Joo Jae Suk. Di salah satu papan tulis kaca yang ada di ruangan ini juga ada foto Ibu.

Ruangan apa ini? Mengapa banyak sekali foto-foto wanita di sini?






Black ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang