4. HILANGNYA ANNORA

36 14 20
                                    


Kesialan itu membuat dia dan gadis tersebut bertabrakan keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesialan itu membuat dia dan gadis tersebut bertabrakan keras. Kedua wajah mulus mereka telah berhasil bersentuhan kasar dengan aspal yang tertutup dengan salju tebal. Disaat yang bersamaan, mereka juga mendapat sebuah keuntungan berupa tiada siapapun yang terluka.

"Holy shit!  Bisakah kau gunakan matamu dan kakimu bersamaan untuk beberapa saat?! " bentaknya.

Gadis yang berada di depan Tansy hanya menunduk. Tansy menepuk-nepuk kedua telapak tangannya untuk menghilangkan noda yang tersisa. "Kau ini tuli, ya?! Atau bisu?! Kenapa tidak jawab?!" bentaknya lagi sembari memandang sinis kepada gadis sebayanya itu. 

"What the fuck wrong with you?!" geram Tansy. Tangannya tidak bisa diam, dijambaknya rambut gadis yang menutupi wajahnya itu dengan kasar.

Gadis sepantaran yang berada di hadapannya itu seketika diam seribu bahasa. Namun, saat wajahnya terlihat oleh Tansy, matanya yang semula sayu berubah menjadi membulat.

"Tan?" sahutnya dengan nada yang tidak terdengar asing bagi Tansy.

"Zi?" Dilepaskan rambut tersebut dari tangannya. Tansy yang semula tinggi nada bicaranya, seketika mulai merendah.

Mata emerald Tansy yang semula penuh dengan emosi, sontak mulai sayu, kini berubah menjadi tatapan penuh sesal dan kesedihan.

Kening Ziba mengerut. "Tan? Kau baik-baik saja?"

Tubuh Tansy gemetar, kesedihan dalam dirinya tidak lagi tertahan. Kehilangan seorang sahabat tanpa jejak sedikit pun membuat dirinya sesak. Hatinya seolah telah disayat berkali kali oleh sesuatu yang sangat tajam.

Tansy yang sedari tadi menghindarkan tatapannya dengan Ziba, kini mulai berani menatap mata sahabatnya tersebut. Mata gadis itu penuh dengan luka. Air yang berasal dari matanya, mulai mengalir deras.

Tubuh Tansy yang ramping telah hanyut di dalam pelukan Ziba. "Tidak apa, semuanya akan baik-baik saja. Katakan, ada apa?"

Isak tangis yang sedari tadi ditahannya, perlahan mulai lolos tanpa diminta. "Aku melihatnya menghilang! Aku melihat dia tidak ada! Aku melihatnya! Aku melihatnya!"

Ziba tidak bergeming sama sekali. Dia membiarkan sahabatnya melepas semua keresahan dan sesak yang dipendam.

"ANNORA MENGHILANG!" Tangisnya pecah. Isak tangis yang semula hanya terdengar seperti bisikan, seketika berubah menjadi seperti teriakan.

Pelukan dari Ziba semakin erat, seolah mengikat semua kepedihan Tansy. "Aku mengerti. Tidak apa, semuanya akan baik-baik saja. Pegang erat tanganku, semuanya akan baik-baik saja."

"Aku takut! Sangat takut! Mereka menyeramkan!" sambung Tansy dengan suara parau.

Tangan Ziba terangkat mengelus bahu Tansy. "Tidak apa, itu hal yang wajar, bukan hal yang buruk untuk menjadi takut."

FRIEDEN: LOOKING FOR PIECETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang