"Ya Allah..." Entah sudah berapa kali Airanaya Maheswari atau yang kerap disapa Rana ini menghela nafas atas kegiatan yang ia lakukan sekarang, Perempuan yang kira kira berumur di pertengahan 25 an itu sudah merasa lelah atas pekerjaan lembur yang dilimpahkan kepadanya akibat dari salah satu divisi yang salah mengirim data.
Deadline yang sudah di penghujung dan juga atasan yang bawel nya minta ampun dan juga rasa lelah dan kantuk yang sudah menyerangnya akibat aktivitas nya hari ini, padahal ini masih waktu nya menjelang isya.
"Akhirnya...." Serunya sambil merenggangkan otot otot nya yang sudah pegal dan sembari merapikan benda benda yang berada di kubikelnya saat itu.
"Rana, kamu jangan lupa buat cari gandengan dong ran, umur dikit lagi mau 27 tapi kelihatan punya gandengan cowok juga ngga,". Tiba tiba saja terlintas perkataan sang ibu tentang ocehan atas Rana yang masih melajang di umur segitu, teman teman Rana pun bukan sedikit yang sudah memiliki momongan, katanya ibu ingin gendong cucu juga.
Sebenarnya Rana setuju sih atas ocehan sang ibu. Di masa karir Rana saat ini memang sulit kemungkinan untuk memiliki waktu luang, apalagi Rana yang hampir setiap hari masih berkutat dengan pekerjaannya apalagi waktu pulang dan libur yang tidak menentu membuat dirinya super sibuk.
Mungkin pikir Rana ia akan mengajukan resign untuk beberapa bulan lagi, mau sampai kapan dia terus berkutat menjadi sekertaris yang super sibuk, apalagi ia sendiri memang mempunyai planning untuk menikah sebelum umur 30. Masih banyak pertimbangan juga sih atas resign nya Rana sendiri.
"Halo, Rana bisa dengar saya?" Sebuah suara yang mungkin ia dengar dari telepon genggam yang tadi memang sedang memanggil nomor ponsel Rana.
"Halo, bisa pak, ada apa?"
"Rana, lembur kamu sudah selesai kah? Kalo sudah, boleh tolong temani saya untuk makan malam keluarga tidak? Tadi saya lupa mengabarkan kamu untuk ikut dinner hari ini, tapi dimohon bisa ya na, " Jelas sang penelepon yang sebenarnya tidak bisa di tolak.
"Kebetulan baru saja selesai pak, saya bisa temani bapak, namun saya sendiri boleh diberi waktu untuk bersiap diri dan istirahat sebentar? " Pinta Rana.
"Boleh, makan malam nya sih baru mulai nanti jam setengah sembilan, kamu bisa bersiap di kantor aja, nanti saya jemput, atau kalau kamu pengen pulang ya silakan, nanti kabari saya saja"
"Saya pulang aja pak, gak kuat saya lama lama di kantor, suntuk"
"Oh yasudah, saya tutup dulu ya Ran, Assalamu'alaikum"
"Iya pak, waalaikumsalam"
Rana lagi lagi menghela nafas nya, memang, bos nya saat sedang bertelepon seperti bos normal biasa dan terkesan ramah, apalagi yang umur nya hanya setahun dua tahun di atas Rana, namun sebenarnya Rana sudah muak sekali dengan nya, Danendra Gibran Adimas, atau yang kerap disapa mas Gibran atau pak Gibran ini sebenarnya sudah dikenal galak ataupun tegas dan juga perfeksionis di kantornya, namun ada juga hal yang mungkin hanya Rana yang tahu, yaitu sikap narsistik nya yang benar benar tidak tertolong, pak Gibran sendiri juga sebenarnya sangat menyebalkan jika sedang bersama Rana, itu juga merupakan alasan kuat, Rana ingin resign di posisi nya saat ini.
––––––––––
(Cerita ini disesuaikan keadaan yang bertempat di mobil ya, posisi Rana bersebelahan dengan Gibran, di kursi penumpang , btw ini timming nya pas udah selesai jadi perjalanan pulang gitu)
"Rana, perkembangan kamu dari tahun pertama kamu kerja sama saya sampe sekarang benar benar terasa ya, kamu lebih cekatan dan benar benar saya mengapresiasi itu, apalagi tadi kamu tidak kesulitan saat diminta untuk menjaga ponakan saya aduh terimakasih ya"
Jadi sebenarnya acara makan malam keluarga besar tadi, Rana gak ada ngapa ngapain hanya sebatas berbincang dengan keluarga pak Gibran yang memang sudah ia kenal, tapi itu juga jadi salah satu kegiatan, karna Rana ternyata juga diminta menjaga keponakan pak Gibran yang masih kecil untuk di pomong, jadi double job nih.
"Ah, terimakasih pak atas apresiasinya, kebetulan ada yang ingin saya bicarakan pak,"
"Wah, membicarakan apa nih, membicarakan hubungan spesial antara saya sama kamu ran? Aduhhh inget ya ran, hubungan kita harus profesional hahaha" jawab pak Gibran yang diselingi tawa kecil.
"Bukan dong pak, saya mau mengajukan surat permohonan resign pak"
––– hening
Pak Gibran yang tadinya memasang ekspresi cool, tiba tiba berubah menjadi ekspresi kaget , shock lah dia.
"Kamu gak becanda kan RAN? Are u serious about this?"
"IYA betul pak, saya serius"
Seperti dijatuhi tangga, Gibran benar benar kaget sampai ia tak tau memasang wajah apa sekarang, persetan dengan wibawa di depan supir tapi benar benar Gibran kaget bukan kepalang.
"Kenapa?bisa saya tahu alasannya, ini benar benar di bawah pikiran saya, tapi kamu gak bercanda kan Ran? Apa slip gaji mu kurang? atau kamu ingin cuti? Seterah apapun bakal saya kasih, tapi untuk becanda kali ini saya gak percaya Ran"
"Alasan pribadi pak, tapi bener ini bukan becanda, saya jarang kan membohongi bapak"
"Apa jangan jangan bapak gak mengizinkan saya resign? Apa bapak yang malah ada perasaan sama saya?" Goda Rana.
"Ehm- oke silahkan, permohonan resign kamu saya terima kapan saja" Gibran langsung mengubah wajah kaget nya setelah di goda Rana, langsung berganti wajah cool seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rana, Are U Serious?
ChickLit"Rana, ternyata sekarang kamu udah berkembang banget ya, beda banget sama diri kamu dulu saat pertama kali dampingi saya buat rapat saat saya masih ketua divisi, ini pasti berkat bantuan saya yang udah bimbing kamu sampai sehebat sekarang, kamu per...