“Hei, apa kalian dengar bahwa akan ada siswa pindahan di kelas kita?” tanya Jung Heewon berbisik dalam kelompoknya yang melingkari meja di tengah.
“Iya, apa yang harus kita lakukan? Hanya ada satu tempat duduk yang kosong.” Yoo Sangah melirik bangku di pojokan yang dekat jendela. Urutan kedua dari baris belakang.
Lee Jihye menyela, “Apa masalahnya, jika dia diganggu, biarkan saja. Itu bagus, kan. Kita akan terbebas. Apa maksudmu hanya ada satu yang kosong, lihat itu! Bukankah ada dua tempat duduk yang kosong?” Sambil menggebrak meja.
Jung Heewon memelototinya dengan ganas. “Kau tak tahu apapun, jadi diam saja! Kau juga siswa pindahan sebelumnya.”
Yoo Sangah menengahi dengan melambaikan tangan di antara keduanya yang mengirimkan kejut listrik dengan tatapan sengit. “Jangan begitu, Jihye-ya sudah tahu ceritanya. Dia hanya tidak ingin kita menakuti diri sendiri.”
Lee Jihye mendengus. “Itu benar Unni. Kematiannya tak ada hubungannya dengan angkatan kita. Seharusnya dia tidak mengganggu kita!”
Lee Hyunsung yang memiliki aura keadilan menimpali, “Tapi, tetap saja kita tidak bisa mengabaikan itu. Bahkan, para guru menyediakan bangku khusus untuknya. Apa kalian tahu alasannya?”
Jung Heewon menghela napas. “Pertanyaan itu lagi, Hyunsung-ssi. Kita juga sudah membahas itu berkali-kali. Kesimpulannya adalah kita diharapkan untuk tidak menggali lebih dalam. Tentang siswa pindahan, kita akan tentukan nanti saat melihat seperti apa orangnya!”
Yoo Sangah menyetujuinya dengan anggukan dan kembali ke bangkunya di dekat pintu belakang kelas. Sementara itu, Lee Jihye menarik dirinya untuk menghadap papan tulis dan dengan cemberut memainkan pena.
Jung Heewon mengeluarkan buku dan berpura-pura membacanya sambil memikirkan apa yang harus dia sampaikan ke sahabatnya.
Lee Hyunsung duduk bersama Kim Namwoon yang ceria, mereka sesekali berbicara. Namun, ada atmosfer kegugupan yang melingkupi sekitar.
Ini bukan ilusi, sebenarnya seluruh kelas dan bahkan sekolah takut pada ‘sesuatu’. Berita kematian siswa dan guru telah menjadi bukti untuk ketakutan mendalam mereka pada kelas terkutuk ini. Ada bangku yang khusus disediakan bagi ‘sesuatu’ itu.
Seakan ‘sesuatu’ itu ialah penguasa insiden paranormal di sekolah ini, tak ada yang berani mengungkit penyebabnya. Mereka yang melakukannya dikabarkan tak ada yang selamat.
Kebencian ‘sesuatu’ itu pasti amat besar hingga bertahan selama dua tahun ini.
Kelas 3-3, mereka yang memasuki kelas terkutuk itu akan mendapatkan kemalangan jika melanggar pantangan tertentu.
Penanggulangan pernah dilaksanakan oleh ahli paranormal, tetapi itu tidak berhasil mengusir penyebabnya. Justru orang tersebut meninggal tak lama setelah itu. Oleh sebab itu, disebut kelas terkutuk.
Laporan demi laporan untuk penutupan kelas tak berhasil disetujui dewan sekolah. Itu karena ada salah satu anggota dewan sekolah yang menolak kasus ditutup dan ingin ada yang menyelesaikannya.
Dengan persyaratan, bahwa akan ada pelindung para siswa yang berada di kelas tersebut. Mereka juga dibebaskan dari jadwal kelas malam dan hanya akan mengadakan acara apapun pada siang hari.
Pelindung yang dimaksudkan belum pernah menampilkan diri sejak diumumkan setahun yang lalu. Akan tetapi, benar bahwa tak ada korban jiwa lagi di kelas itu. Hanya saja, beberapa siswa ketakutan hingga mereka bolos sekolah dan beberapa pernah mengalami kejadian mengerikan selama waktu di sekolah.
Hari ini merupakan hari istimewa bagi penghuni kelas 3-3. Kedatangan siswa pindahan yang beritanya bocor dari Jung Heewon, siswa yang memiliki hubungan dengan salah satu anggota dewan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfic ORV Horror : Your Unreal Excistence
FanfictionMencoba genre horror untuk fanfic, fanfic ini kira-kira cukup singkat. Tidak sebanyak fanfic lainnya yang kutulis, paling banyak adalah 15 chapter, paling sedikit 10 chapter. Aku harap kamu menyukainya ^^ *** Apakah itu kebetulan atau takdir? Pert...