Hawa dingin menjalari sekujur tubuh Yoo Jonghyuk selama beberapa saat sampai kesuraman Dokja menghilang, seolah-olah yang sebelumnya adalah imajinasinya saja.
"Boneka kecil? Kau bisa menyimpannya jika kau mau. Anggap saja sebagai hadiahku, ah, orang-orang sudah datang," ucapnya dengan riang, sikapnya berubah dalam sekejap mata.
Yoo Jonghyuk dengan kaku merapikan bangkunya dan duduk, lalu memikirkan apa yang barusan terjadi. Dia melirik sosok yang hendak menghilang itu dengan linglung dan sedih.
Dia teringat ketika dia pertama bertemu dengannya dalam mimpinya.
***
"Hei, siapa namamu?"
Dia seperti cahaya di lautan kegelapan mimpinya, membuatnya selalu ingin dekat dengannya.
"Kim Dokja," jawabnya membuat Yoo Jonghyuk agak heran.
"Nama yang aneh," sahutnya pelan menimbulkan tawa dari pihak lain.
"Benar, aku lebih memilih menjadi pembaca daripada anak tunggal yang kesepian, bagaimana denganmu, siapa namamu?" tanya Kim Dokja dengan rasa tertarik karena wajah tampan Yoo Jonghyuk.
"Yoo Jonghyuk," balas yang terakhir dengan suara yang dalam.
"Nama protagonis, itu sangat cocok untukmu," komentar Kim Dokja dengan nada nakal, dia memberikan pancaran emosi yang berlimpah di dunia yang gelap ini.
"Begitu ... Kenapa kau bisa ada di sini?" Yoo Jonghyuk akhirnya menanyakan keganjilan ini, dia sadar bahwa dirinya sedang bermimpi dan dunia ini adalah Lucid Dream miliknya.
Akan tetapi, bagaimana bisa ada orang lain, yang belum dia kenal sebelumnya, masuk ke dunianya yang gelap ini?
"Entahlah, aku berkeliling ke berbagai dunia mimpi, lalu menemukan dunia mimpi milikmu, di sini benar-benar gelap hampir tanpa cahaya, apa kau baik-baik saja, Jonghyuk-ah?" lontar Kim Dokja dengan dengan langsung memberinya nama panggilan yang akrab.
Yoo Jonghyuk agak terkejut mendengar nada khawatir dari Kim Dokja. Dia tidak ingin memberitahunya, jadi dia tetap diam.
"Biar kutebak, apakah kau kesulitan merasakan emosi?" tebak Kim Dokja, yang hampir mendekati kebenaran.
Mata coklat Yoo Jonghyuk bergetar, dia menjawab dengan, "En." Tanpa menjelaskan lebih lanjut. Menurutnya, itu bukan sesuatu yang perlu diceritakan, dia juga tidak mengerti apa yang harus dia rasakan saat ini. Dia bisa mengenali emosi orang lain, tetapi dia tak bisa merasakannya sendiri.
Kim Dokja cukup pintar untuk tidak melanjutkan topiknya, dia mengubahnya ke sesuatu yang lain.
"Tidak bisakah kau menyulap bangku atau semacamnya? Terlalu melelahkan untuk terus berdiri meski ini hanya dalam mimpi, tapi bagiku, dunia mimpi ini setara dengan 'kenyataan'," pinta Kim Dokja padanya dengan menuturkan hal yang tak dapat dipahami.
Yoo Jonghyuk menoleh ke arah lain, memang hanya ada kegelapan di sekelilingnya. Dia memejamkan matanya, mengaduk alam mimpinya dengan pemahaman terbatas. Sementara dia melakukannya, Kim Dokja memandunya untuk mengendalikan alam mimpinya lebih kuat.
Tiba-tiba, kegelapan surut, cahaya muncul perlahan, meskipun menimbulkan suasana senja, setidaknya itu bukan tempat yang seperti jurang tanpa harapan. Kim Dokja senang dengan keberhasilannya, dia merasakan beberapa energi pencapaian.
Bangku taman muncul seperti di negeri dongeng Alice in Wonderland. Ini adalah manipulasi mimpi yang dilakukan Kim Dokja. Dia memandu alam bawah sadar Yoo Jonghyuk untuk menciptakan pemandangan yang menakjubkan tersebut.
Yoo Jonghyuk mengernyitkan dahinya ketika membuka matanya. Merasa heran dengan perubahan alam mimpinya yang di luar nalarnya. Dia melirik si pelaku, yang berpura-pura bodoh, dengan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfic ORV Horror : Your Unreal Excistence
FanfictionMencoba genre horror untuk fanfic, fanfic ini kira-kira cukup singkat. Tidak sebanyak fanfic lainnya yang kutulis, paling banyak adalah 15 chapter, paling sedikit 10 chapter. Aku harap kamu menyukainya ^^ *** Apakah itu kebetulan atau takdir? Pert...