Girls Talk

219 51 10
                                    

"Don't wanna know anymore, I don't wanna know know know"

                4MINUTES - Hate


Irene meninggalkan cafe itu, ia mengendarai mobilnya; entah tak tahu arah tujuan. Otaknya masih mencerna apa yang baru saja terjadi, ketika kesadarannya kembal menguasai, ia berhenti di tepi jalan. Sebagai seseorang yang juga merasa dirugikan, ia menghubungi Ari; mencoba untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Yeoboseo?" suara perempuan itu terdengar lembut tapi jelas.

"Ari-ya, aku tidak ingin membuatmu salah paham. Aku dan Mino sungguh tidak ada hubungan apa pun"

"kau tidak perlu khawatir, aku tidak marah sama sekali pada mu. Di sini kau tidak salah, lagi pula untuk apa aku marah. Itu tidak ada gunanya, dia sudah mengatakan dengan jujur saja aku merasa bersyukur"

"kau juga tidak perlu khawatir atau merasa terbebani, baik sekarang mau pun di masa depan. Kita sudah sangat dewasa untuk paham dan mengerti soal masalah seperti ini"

Irene terdiam sejenak, di dalam hatinya ia mengutuk Mino. Betapa bodohnya pria itu melepas wanita sedewasa Ari.

=============

Irene bahkan tak melakukan apa pun tapi ia merasa sangat lelah, tak seperti biasanya ia memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya.

Perempuan itu langsung pergi menuju dapur , tadinya ia mencari ibunya namun hanya ada assisten rumah tangga di sana. Ia mencuci tangan lalu naik ke lantai dua menuju kamar orang tuanya. Dia mengetuk pintu lalu membukanya, mendapati sang ibu terbaring di tempat tidur.

"ibu tidak apa-apa?" tanya Irene

"tidak apa-apa hanya sakit perut"

"ibu sudah makan?" tanya Irene

"belum, ibu tidak nafsu makan"

"aku buatkan bubur, setelah itu minum obat. Jika tidak membaik, kita ke rumah sakit" ucap Irene menaikkan selimut ibunya lalu keluar dari kamar utama.

.

.

Irene secara pribadi memasak bubur untuk ibunya, setelah menanyakan kondisi ibunya pada assisten rumah tangga. Ternyata ibunya sudah dua hari sakit, dan tidak mau dibawa ke rumah sakit. Irene merasa sedikit kecewa karena tidak ada satu pun orang rumah yang memberitahunya.

Irene masih mengaduk bubur ketika ponselnya berbunyi, tapi setelah melihat nama Song Minho di layar, ia tak tergerak sama sekali; membiarkan ponselnya berbunyi memenuhi dapur. Tak hanya sekali-dua kali, ponselnya terus berbunyi namun Irene masih berada di posisinya, masih mengaduk bubur.

Masih menatap bubur di panci, pikirannya melayang ke masa ketika dia masih kelas sebelas sekolah menengah atas, hampir sembilan belas tahun yang lalu.

---

Bel berbunyi dua kali tanda pergantian mata pelajaran, karena pelajaran setelah ini adalah Matematika dan kelasnya sedang berada di Lab. Komputer maka tak heran siswa kelas itu berebut untuk segera keluar, karena guru matematika mereka lebih menakutkan dari pada hantu.

Irene berjalan sendirian keluar dari Lab. Komputer, dia berjalan sangat santai karena dia tahu, hari ini guru Shin tidak masuk. Dia sekertaris kelas dan tadi pagi guru piket memberitahunya tugas dari Guru Shin untuk kelasnya. Informasi yang membuatnya bertindak santai.

Entah itu keberuntungan atau malapetaka, dia tak sengaja menginjak buku seseorang; lebih tepat disebut komik dibanding buku. Irene mengambil komik itu, melihat apakah ada nama pemilik tertulis di sana. Ia membuka buku itu dan ia hanya bisa menelan ludah. Tak habis pikir.

KATARSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang