ALMOST

287 58 21
                                    

"ah ya, aku juga tidak mau jadi ibumu. Jika begitu bersihkan dirimu, aku akan menghubungi ibu kandung mu" ucap Irene tersenyum pada Somi seolah mengejek gadis itu.

Irene keluar dari kamar mandi dan membanting pintu. Tepat di depan pintu ia berhadapan dengan Mino yang berdiri menatapnya.

Irene membuka pintu kamar mandi, Mino berdiri di depan pintu; masih dalam keadaan basah kuyup. Wajah kesal Irene terbaca dengan jelas, ia menatap Mino dan mengatakan pada pria itu jika putrinya baik-baik saja dan ia tak perlu khawatir karena apa yang menjadi kekhawatiran Mino sama sekali tidak terjadi.

Irene berniat turun ke lantai satu menemui dua sahabatnya namun ketika matanya menatap pintu, ia melihat serpihan pecahan vas bunga.

"Kau yang melemparnya? Atau Somi?" Tanya Irene

"Aku"

"Woah" gumam Irene

"Aku menyuruh Seunghoon dan Seulgi pulang, udara malam tidak bagus untuk ibu hamil" ucap Mino seraya berjalan ke arah laci dan mengambil handuk, ia memberikan pada Irene lalu berjalan ke arah pintu berjongkok untuk membersihkan pecahan vas bunga.

Irene mengedarkan pandangan di kamar Somi, ia mengeringkan badannya sembari berjalan ke arah meja belajar gadis itu. Ia melihat deretan buku dan Somi menemukan sesuatu di sana. Irene menyampirkan handuk di bahu; menarik sebuah buku di rak itu.

Irene tersenyum, ia memegang buku itu dan mengedarkan pandangannya ke arah jendela tapi ekor matanya menemukan hal lain, ranjang Somi yang tidak rapi. Irene hendak merapikan seprai tapi ada hal besar lain yang ia temukan. Ia melempar dua bungkus rokok, tiga korek api dan beberapa majalah ke lantai. Membuat Mino yang baru saja membuang pecahan kaca ke tempat sampah menatap perempuan itu keheranan.

Mino melihat bungkus rokok dan cover majalah yang Irene lempar. Dia tertegun.

"putrimu luar biasa" ucap Irene

Somi keluar kamar mandi dengan bathrobe, sembari mengeringkan rambutnya. Ia menatap Mino dan Irene dengan wajah kesal yang sangat jelas.

"woah, aku seperti memiliki orang tua yang lengkap" ucap Somi

"Kalian seperti pasangan suami istri yang sedang mendisiplinkan putri kalian" lanjut Somi.

"heol" gumam Irene.

"Aku bukan anggota keluarga ini jadi aku permisi dulu, sampai jumpa" ucap Irene seraya bangkit dari sofa di kamar itu.

Langkah Irene terhenti di ambang pintu, ia berbalik dan berjongkok mengumpulkan benda-benda yang ia ambil dari bawah kasur Somi.

"Kau sudah tidak membutuhkannya lagi kan? Rokok, majalah dan komik dewasa" ucap Irene.

Mendengar ucapan Irene, Somi menatap ayahnya. Ayah dan anak itu masih berperang tatapan laser ketika Irene menyobek majalah dan mulai menyalakan api di sana.

Irene masih sibuk membakar majalah dan komik itu ketika Mino merasa ada yang salah dengan bau kamar itu.

"Apa yang kau lakukan?"

"Kalian kedinginan kan, aku membuat perapian untuk kalian" ucap Irene seraya tersenyum. Ia kembali berdiri dan pergi dari sana, meninggalkan kamar somi yang berbau kertas terbakar.

"Dia lebih gila dari yang aku pikirkan" gumam Mino.

.

.

"Kau tahu apa salah mu?" tanya Mino.

"aku tahu, dan aku juga mengantuk. Lebih baik ayah segera putuskan hukuman yang akan ayah berikan padaku, aku lelah" ucap Somi.

KATARSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang