waktu memang berlalu tapi, perihal rasa masih sama seperti dulu. —Kala
satu pekan ini aku tinggal terpisah dari Kala. ah tidak, maksudku dia yang pergi ke rumah temannya. menetap sebentar disana karena, tugas-tugas kuliahnya.
semenjak ia pergi tujuh hari terakhir ini, notifikasi ponselku jadi bising sekali. biasanya aku akan berbicara lewat telepon dengan Ibu dan Ayah disore hari. lalu bertukar kabar dengan kedua Kakakku dimalam hari atau diakhir pekan.
tapi, Kala ikut merecoki lewat telepon juga akhir-akhir ini. ia berbicara lewat telepon bukan tentang hal mendesak. biasanya bertanya aku sudah makan atau belum, istirahatku cukup atau tidak, apa semalam aku bertemu dengannya didalam mimpi.
ah yang benar saja. untuk apa aku menemui orang menyebalkan sepertinya dimimpiku. sudah kupastikan kalau aku memimpikannya, akan terjaga semalaman penuh pastinya.
malam ini ia kembali. setelah selesai dengan urusannya, ia pulang ke tempat kosnya. kemudian, seperti hari yang lalu pasti ia akan berkunjung ke tempatku ini.
tapi, tidak apa aku senang akan kedatangannya malam ini. bukan sebab rindu tapi, tempat ku tinggal sekarang ini sepi sekali. teman kos yang aku kenal baik dan karyawati yang kerap menjadi teman berbincangku, sedang pulang ke rumah mereka yang lumayan dekat dari sini.
mengingat tiga hari ke depan adalah tanggal merah. sudah pasti akan digunakan guna berkumpul dengan keluarga mereka. atau beberapa pergi bersama pasangannya, berbeda denganku yang hanya berkutat dikamar kos ini.
dengan banyaknya tugas pastinya, tiga hari kedepan akan aku jadikan kesempatan terbaik. untuk menyelesaikan tugas kuliahku. juga kembali meningkatkan nilai-nilaiku yang sempat turun.
"selamat malam nona! aku kembali," -sapa Kala berlari ke arahku.
"iya, selamat datang kembali tuan," -balasku tersenyum ke arahnya.
tiba-tiba ia mendekapku, aku agak terkejut akan hal ini. meski aku mengingat ia pernah memelukku saat wisuda lalu. tapi, ah tetap saja anak ini suka seenaknya.
"ah baiklah, sudah cukup acara penyambutan kedatanganmu," -ucapku melepas pelukan kami.
"hehe maaf," -ujar Kala menggaruk tengkuknya malu.
benar, apa dugaanku. Pak Retno dan Istrinya sedang mengamati kami dengan terkekeh. ah sepasang orang tua itu, gemar sekali melihat momen begini.
aku pernah mendengar Istri Pak Retno, berbincang pada Suaminya. perihal aku dan Kala, ia berkata suatu saat nanti aku dan Kala pasti akan menjadi sepasang pengantin yang sangat serasi. mereka pasti akan menjadi hadirin yang ikut berbahagia.
ah yang benar saja siapa yang mau mengundang mereka datang. tidak, tidak. maksudku siapa yang mau menikah dengan Kala.
"kau kesini untuk berbincang denganku? kalau iya, kita berbincang diatas saja. kurasa balkon didekat ruang tengah, kosong sekarang ini," -saranku ke arahnya.
"apa boleh aku berkunjung sampai lantai atas?," -tanyanya.
"jelas boleh tapi, tidak sampai ke dalam kamarku. hanya sampai dibalkon," -terangku padanya.
"baiklah kalau begitu. Pak Retno, saya izin ke lantai atas ya. berbincang dibalkon saja tidak lebih kok!," -seru Kala meminta izin keluarga pemilik berkedok penjaga keamanan itu.
"iya silahkan, jangan berbuat macam-macam ya!," -balas Pak Retno tersenyum ke arah kami.
"tenang saja sebelum ia berani macam-macam, jelas sudah ku tendang dari lantai atas!," -ujarku percaya diri.
ditimpali kekehan tawa sepasang Suami Istri, dilantai bawah itu. sedang Kala yang mengikutiku berjalan ke lantai atas. dengan bibir tebalnya mencebik kesal.
"jadi, bagaimana kuliahmu?," -tanya Kala setelah selesai makan nasi goreng yang telah kusiapkan tadi.
iya, sebelum pulang dari rumah temannya itu. ia memintaku untuk memasakkannya nasi goreng. beruntung bukan ia mempunyai sahabat yang baik sepertiku begini.
"apa maksudmu? aku rasa kuliahku baik-baik saja. ya memang aku sering mengeluh saat menerima banyak tugas. tapi, pada akhirnya akan kuselesaikan juga satu persatu," -balasku ke arahnya.
"bagus kalau begitu! lantas perihal hati, apa sekarang sudah ada yang mengisi?," -ujarnya menatapku menaik turunkan alisnya.
"kau meledekku? anti sosial sepertiku sulit mencari pasangan. berbeda denganmu, mungkin sudah banyak perempuan yang kau ajak kencan selama berada disini?," -jawabku jujur padanya.
"tidak, juga. kau dengar dari siapa? jelas aku tau aku tampan. tapi, bukan berarti mudah bagiku mencari pasangan yang cocok untukku. meski, belum memiliki pasangan hatiku sudah ada yang mengisi sedari empat tahun lalu," -celoteh Kala kepadaku.
"wah benarkah? ck, percaya diri sekali. aku ucapkan selamat padamu," -balasku memujinya.
"apa kau tidak mau bertanya, siapa yang mengisi hatiku ini?," -ujarnya lagi.
"haruskah? aku rasa itu tidak penting. kalau tiba waktunya nanti aku juga akan tau," -komentarku.
ah sayang sekali Isha tidak mau bertanya. padahal, Kala akan menjawab kalau pengisi hatinya adalah Isha. malang betul nasibmu, Kala.
"kalau satu hari nanti, ada teman pria lama yang datang padamu mengutarakan perasaan sukanya padamu. kau akan terima atau tolak?," -tanya Kala memecah keheningan.
"tergantung, kalau aku cukup kenal baik dengannya mungkin aku terima. terlebih kalau sampai detik itu aku belum mempunyai pasangan. tapi, kalau aku tidak kenal baik dengannya mungkin akan kutolak," -tanggapku.
"aku harap aku kenal baik denganmu, bukankah begitu?," -ucap Kala padaku.
"apa maksudmu, biar kenal dekat kau ini tetap saja menyebalkan!," -ledekku menjulurkan lidah ke arahnya.
"kuberi tau kau, untuk tidak terlalu membenciku," -seru Kala memperingatkanku.
"kenapa?," -tanyaku penasaran.
"karena, semakin kau membenciku maka semakin besar juga nantinya rasa sukamu padaku haha!," -sambung Kala berdiri dari duduknya berlari menuju lantai bawah.
aku mematung sebentar, ah tidak tidak anak ini kelewatan. aku mengejarnya hanpir menyusul sampai didepan tangga bagian atas. kupukul-pukul kepala dan bahunya dengan botol plastik kosong ditanganku.
"ah ayolah, aku hanya akan pulang sebentar. besok kita akan bertemu lagi, kenapa kau memukuli begini. apa kau masih rindu padaku?," -goda Kala dengan suara besar membuat Pak Retno dan Istrinya terpingkal melihat kami.
"sudah sana cepat pulang, jangan sok puitis begitu! mau bagaimanapun kau tetap menyebalkan!," -usirku pada Kala yang masih terkekeh.
diusaknya surai hitamku, kemudian ia tersenyum memperlihatkan bulan sabit kecil disisi matanya. bagus lah sebentar lagi pukul delapan malam, dimana semua kunjungan tamu ditempat ini harus selesai. apalagi kalau tamunya laki-laki.
Kala, jelas tau aturannya. sebab, dia sangat sering berkunjung ke sini. dari awal sekali aku tinggal begitupun dengannya diseberang sana.
perihal obrolan absurd kami tadi adalah, lanjutan topik semalam yang belum terselesaikan. apa yang Kala katakan tadi, membuat aku bergidik ngeri. apa nantinya ucapan orang tua juga orang yang kerap menjodoh-jodohkan aku dengannya benar.
kalau Kala, bukan sekedar sahabat. tapi, nantinya akan menjadi pendamping hidupku dimasa depan. segera ku tepis pikiran yang terus terlintas dikepalaku.
ah sudahlah, aku tidak mau sibuk memikirkannya. lebih baik sekarang berganti pakaian. dan lanjut mengerjakan tugas kuliahku.
tbc,
KAMU SEDANG MEMBACA
monochrome ( hwangshin )
Fanfic(baku) ❝Kita bentuk nyata perihal singgah, yang tak sungguh.❞ (started 07/07/2021 , end 30/12/2021) -pict & gif source, pinterest. /©️ameriicaneo